"Alka! Apa-apaan kamu hah?"
Liana buru-buru menghapus air matanya saat mendengar suara bentakan penuh amarah yang ditujukan pada Alka. Suara canda tawa lenyap, saat seseorang datang memarahi Alka.Semuanya menoleh ke arah sumber suara dimana Alya, mami Alka berdiri bersama Sharen mertuanya dengan pandangan tak percaya pada apa yang mereka lihat saat ini.
Alka segera berdiri dan menghampiri dua wanita yang sangat ia hormati, meraih tangan kedua secara bergantian untuk ia cium sebagai rasa hormat dan sopannya."Ini apa-apaan Ka? Kenapa mereka ada di sini dan mana menantu kesayangan mami?" tanya Alya mencari keberadaan Liana yang tidak ada di meja makan bersama Alka.
Alya mengangkat tangan, terulur menunjuk ke ujung tangga dimana di sana Liana berdiri dengan lesu bersandar di pembatas tangga."Liana sayang, kenapa kamu di situ? Sini turun" seru Alya mendongak menatap menantunya. Alka menoleh cepat ke arah tangga. Sedari tadi ia tidak menyadari jika istrinya berdiri di sana. Belum menjawab pertanyaan Alya, Alka sudah terlebih dahulu berlari menaiki tangga menghampiri istrinya.
"Udah lama? Kenapa nggak turun?" tanya Alka dengan suara lirih pada Liana. Tangan Liana menepis pelan tangan Alka yang hendak meraihnya. Sengaja Liana mundur selangkah untuk menjauh dari Alka.
Liana hanya menatap Alka untuk beberapa detik lamanya sebelum akhirnya memalingkan wajah tanpa berkata apapun.
Kini Liana tidak bisa mengelak genggaman tangan Alka yang begitu hangat menggenggam telapak tangannya yang dingin."Kita turun, aku sudah menyiapkan makan malam buat kamu" ajak Alka.
Alka tidak berbohong, ia memang sudah menyiapkan makan malam untuk Liana yang akan ia berikan pada saat Liana terbangun nanti. Semuanya sudah Alka persiapkan, jauh sebelum Fara mempersiapkan hidangan untuknya. Nasi dengan lauk pauk yang Alka jamin bergizi, air mineral, susu kotak kesukaan Liana dan vitamin sudah tertata rapi di nampan yang ada di meja makan."Nggak, Liana mau di sini aja. Nggak mau ganggu. Udah sana kamu makan, udah ada yang ngelayani kan? Silahkan, Liana nggak marah kok malah seneng, suami Liana ada yang ngurusin" ucap Liana membuat Alka menggelengkan kepala tidak percaya.
Alka berani bersumpah jika antara dirinya dan Fara tidak ada hubungan apapun. Soal Alka yang menerima begitu saja saat Fara mengambilkan nasi dan lauk pauk untuknya itu hanya sebagai bentuk ia menghormati Fara. Jika ia menolak Fara mungkin Fara akan berkecil hati dan nenek Miranda pasti akan menyangkut pautkan dengan Liana. Pasti kata pedas akan keluar dari mulut neneknya itu untuk Liana.
Jauh dari dalam lubuk hati Alka yang paling dalam hanya ada Liana, Liana, dan Liana. Cukup Liana yang Alka inginkan dihidupnya. Hatinya sudah ia tutup rapat untuk wanita lain selain Liana. Tapi--- kenapa Alka selalu menempati posisi yang salah di mata Liana? Semua yang ia lakukan selalu membuat liana menangis dan membuat beban pikiran bagi istrinya.
Alka bahkan sudah menganggap Fara sebagai adiknya sendiri, seperti ia menganggap Livia. Tidak akan pernah ada cinta yang sama untuk Fara seperti cinta yang Alka berikan pada Liana.
Semua egoisnya, overprotektif, over possessive dan semua aturan yang Alka buat adalah untuk Liana. Alka tidak mau Liana pergi, tidak mau Liana berpaling. Bukan meragukan Liana, namun dalam dirinya selalu ada rasa takut yang begitu besar. Takut kehilangan Liana hingga kadang rasa takut itu membuatnya merasakan sesak di dada. Tubuhnya kerap tidak terkontrol saat rasa takut itu menghampiri.
"Iya udah sekarang kita ke kamar, nanti makan malamnya aku ambilkan" usul Alka yang diangguki oleh Liana.
Alka merangkulkan tangan di pundak liana yang sepertinya sangat keberatan memikul beban rumah tangannya. Liana terlihat begitu rapuh semakin hari. Setiap hari Alka merasa intensitas senyum Liana semakin berkurang. Guratan wajah dipenuhi kepedihan, sorot matanya penuh luka dan lebih suka menangis belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Doctor
Romance"Aku ingin menjaga, tidak untuk menyakiti" Alka Alfiano Putra Maurer, dokter muda yang begitu possessive dan overprotektif jika menyangkut istri kecilnya, Liana. Terkadang sifat berlebihan dokter muda itu membuat Liana merasa kesal. Ruang gerakn...