Lima Puluh Tiga

257K 16K 1K
                                    

Suara klakson yang terdengar sekali, membuat perempuan yang tengah duduk di sofa segera menyingkirkan bantal sofa yang tengah ia pangku. Perempuan itu segera menegakkan tubuhnya dan berlari kecil ke arah pintu utama untuk membukakan pintu. Liana yakin itu suara klakson tadi adalah suara mobil Alka yang sudah ditunggu sedari tadi.

Dugaan Liana benar, itu memang mobil Alka suaminya yang baru saja pulang kerja.
Tubuh Liana berdiri di depan pintu yang sudah ia buka menyambut kedatangan lelakinya.
Senyum termanis ia ukir di wajahnya kala pengendara mobil itu mulai turun dan menghampiri Liana.

"Tumben," ujar Alka saat Liana tiba-tiba mencium punggung tangan Alka. Biasanya Liana tidak pernah menyambut kepulangan Alka. Namun sekarang secara tiba-tiba Liana melakukan itu dan tentunya membuat Alka merasa bahagia. Rasa lelah yang ia rasa menguap begitu saja hanya dengan melihat senyum wanitanya.

"Nggak boleh ya kalau Liana pengin jadi istri yang baik? Hormat sama suami," gerutu Liana dengan kepala menunduk.
Dengan jari telunjuknya, Alka meraih dagu Liana agar tidak menunduk.

"Sangat boleh sayang, kamu diam aja aku udah jatuh cinta sama kamu apalagi dengan kamu seperti ini. Makasih buat semuanya. Ayo masuk," ajak Alka. Liana langsung bergelayut manja di lengan Alka yang dibalut kemeja marun yang nampak sedikit kusut.

"Kamu duduk di sini, Liana buatkan susu buat kamu," ujar Liana mendorong bahu Alka untuk duduk di sofa.
Ingin menghargai Liana, Alka memutuskan untuk tidak memprotes dan membiarkan apa yang Liana inginkan.

Sembari menunggu Liana kembali, Alka melepas pantofel dan kaus kakinya. Kedua barang itu ia sembunyikan di kolong meja. Punggungnya yang terasa pegal ia sandarkan di sofa dengan kaki yang lurus menjulur ke lantai.

"Minum dulu susunya, mumpung masih anget," ucap Liana. Alka meraih pinggang Liana. Menarik Liana untuk duduk di pangkuannya. Secangkir susu di tangan Liana ia ambil alih.

"Gimana?" tanya Liana penasaran dengan penilaian Alka dengan susu buatannya.

"Enak kok. Lain kali jangan kemanisan, udah ada kamu soalnya," ujar Alka lalu meletakan cangkir ke meja.

"Gombal," cibir Liana mengundang kekehan geli dari bibir Alka.

Kedua mata laki-laki yang tengah memangku istrinya itu terpejam rapat saat menikmati pijatan tangan istrinya di keningnya yang sadari tadi merasakan sedikit pening. Rasa pening itu seketika lenyap saat jemari lentik wanitanya mulai mengurut kening turun ke pelipis.

"Pasien lagi banyak, ya? Kamu keliatan kecapean banget, atau lagi banyak pikiran?" Liana membuka suara. Ia cukup peka dengan raut wajah suaminya yang menyiratkan rasa lelah yang lebih dari biasanya. Guratan di kening juga bisa menjadi petunjuk bagi Liana jika Alka kini tengah banyak pikiran.

"Enggak kok. Capeknya tadi, sekarang udah enggak. Pas liat senyum kamu, aduh! Nggak kuat aku. Ditambah secangkir susu dan pijatan kamu, rasanya aku jadi superhero yang punya kekuatan," sahut Alka dengan nada jenaka.
Dapat dilihat jelas oleh Alka, ada semburat rona merah di kedua pipi gembul Liana. Rona kemerahan itu membuat Alka gemas dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigit pipi Liana.

Tangan Alka meraih kepala Liana untuk mendekat. Tanpa permisi, Alka menggigit kecil pipi Liana berkali-kali. Kekehan geli pemilik pipi yang tengah Alka gigit tidak menyurutkan semangat Alka untuk menikmati pipi Liana yang selalu membuatnya gemas.

"Udah deh, mandi sana! Bau!" titah Liana. Kedua telapak tangan Liana mendorong dada bidang Alka untuk menjauh.

"Ngejek nih ceritanya? Kamu emang udah mandi?"

"Udah dong, Liana mandi jam 4"

"Hm masa sih? Nggak percaya, coba sun dulu. Kalau wangi berarti udah mandi. Kalau belum berarti harus mandi bareng."
Liana memutar bola matanya dengan saat Alka menaik-turunkan kedua alisnya dengan ritme cepat.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang