Lima Puluh Tujuh

280K 17.4K 1.1K
                                    

Di taman samping rumah yang berseberangan dengan kolam renang, Liana duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu yang dicat putih. Tidak sendirian, ada tiga sahabatnya yang tengah mengerjakan tugas kelompok. Siapa lagi kalau bukan Dimas, Rasya, dan Anggun yang selalu menjadi satu kelompok dengannya di setiap tugas yang diberikan dosen mata kuliahnya.

Saat ini mereka bukan di rumahnya melainkan di rumah Rasya. Rumah megah yang dilengkapi dengan taman di bagian samping yang bersebelahan dengan kolam renang ukuran sedang. Taman yang cukup asri, ditumbuhi aneka tanaman hias dan begitu terawat oleh pemiliknya. Rasya memang anak kalangan orang berada. Ayahnya tercatat sebagai seorang pembisnis yang namanya cukup kondang atas keberhasilan memenangkan tender besar. Sementara ibunya membuka butik di kawasan Jakarta Selatan.

Di taman ini, semua nampak begitu tenang mengerjakan tugas kelompok. Sejuknya udara membuat pikiran mereka lebih tenang. Celoteh untuk mengundang tawa membuat suasana menjadi santai. Terutama lelucon yang keluar dari cowok setampan Rasya yang begitu cerewet menggoda Liana. Godaan Rasya mampu membuat Liana merona dan kesal dalam satu waktu.

Butuh alasan yang sangat detail yang harus Liana katakan pada Alka agar mengizinkannya keluar rumah untuk mengerjakan tugas. Satu alasan tidak berhasil meyakinkan Alka. Butuh puluhan alasan yang kuat. Meminta izin pada Alka lebih rumit dari tugas tersulit yang pernah dosennya berikan. Ada banyak pesan yang Alka katakan untuk selalu Liana ingat. Masih sama, tidak banyak yang berubah soal aturan Alka. Liana sudah hafal dengan aturan tersebut. Tidak boleh kecapean, tidak boleh makan junk food dalam bentuk apapun, tidak ada minuman bersoda yang mengaliri tenggorokannya, tidak boleh banyak gerak, ponsel harus dalam keadaan selalu nyala, dan wajib membawa Genta.

Genta lah yang menjadi mata-mata Alka. Alka bukannya tidak percaya dengan Liana, tapi Alka tidak meyakini teman-teman Liana yang tidak akan menggoda istrinya. Dari gerak-geriknya, salah satu teman Liana yang bernama Rasya, sudah Alka cap sebagai spesies berbahaya.

"Enak nggak Li? Kalau kurang nanti gue ambilin lagi. Masih ada banyak di dapur, kalau mau nanti gue bungkus buat lo bawa pulang," ujar Rasya yang melihat Liana tengah menikmatinya cookies buatan asisten rumah tangganya. Nampak Liana begitu menyukai cookies itu. Terlihat dari cara makan Liana.

"Enak Ras, Liana suka," sahut Liana.

"Ma, Genta mau juga," pinta Genta sembari menarik ujung blouse yang Liana katakan. Tangan Liana terulur untuk mengambil cookies yang akan ia berikan pada Genta. Setelah menerima cookies dari Liana, bocah kecil itu langsung memakannya dengan lahap.

"Li, gimana suami Lo. Apa masih kayak dulu? Secara lo kan sekarang lagi hamil. Nambah atau kurang sifat protektifnya sama lo?" tanya Anggun penasaran. Persoalan rumah tangga terutama persoalan sifat Alka yang over padanya memang kerap Liana bagi dengan sahabatnya sejak duduk di bangku SMA. Rasya dan Dimas yang menjadi pelengkap, kerap mendengarkan curhatan Liana. Tidak jarang juga mereka memberikan solusi.

"Iya gitu deh. Masih sama bahkan lebih parah. Ini liana ke sini aja harus janji ini itu sama Alka. Udah gitu wajib bawa Genta. Pas awal tahu Liana hamil malah parah banget. Liana nggak boleh jalan sendiri. Ke kamar mandi aja harus digendong sama Alka. Pokoknya----." Liana menggantung ucapannya saat mendengar deringan ponsel miliknya yang tergeletak di meja. Deringan sebagai peringatan tanda panggilan masuk. Sekilas, Liana melirik layar ponselnya. Begitu juga dengan ketiga sahabatnya yang penasaran. Siapa lagi kalau bukan Alka.

Setengah jam sekali, Alka memang menelponnya. Menanyakan hal yang sama yaitu seputar keadaan Liana dan tidak lupa Alka mengingatkan Liana tentang aturannya.
"Bentar, Alka nelepon. Kalau nggak diangkat bisa dibanting ponsel Liana."
Liana bangkit berdiri untuk menjauh dari sahabatnya. Ia tidak ingin percakapannya dengan Alka didengar. Sebenarnya Liana sudah bosan terus saja ditelepon oleh Alka. Tapi, jika Liana tidak menjawabnya panggilan Alka maka Liana harus siap ponselnya hancur seperti Minggu kemarin.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang