Saat ini Livia berlagak mempunyai kemampuan seperti Roy Kiyoshi yang bisa merasakan adanya aura jahat di ruang keluarga kediaman Alka saat melihat ternyata ada Varo yang berdiri di belakangnya.
"Bang Alka kok nggak bilang kalau ada Varo di sini," bisik Livia pada Alka yang duduk di hadapannya.
"Dokter Varo silahkan duduk, anggap aja rumah sendiri," ujar Liana ramah pada tamunya.
"Makasih Liana," sahut Varo.
"Nggak usah baperan Var, gue tahu lo jomblo. Tadi Liana itu bukan perhatian sama lo, jadi nggak perlu senyum sok ganteng karena kegantengan sudah melekat sama gue," sinis Alka dengan nada tidak suka pada Varo. Mendengar ucapan suaminya, Liana mengikut perut Alka cukup keras.
"Apaan sih kamu, malu-maluin aja," ketus Liana lirih memarahi Alka yang berlaku tidak sopan pada tamunya.
Livia mengedarkan pandangannya ke atas, menatap langit-langit saat Varo mulai duduk di sampingnya dan menatap intens ke arahnya. Livia pura-pura tidak menyadari. Tendangan Varo di kakinya membuat Livia menendang balik tak kalah keras.
"Maaf dokter Alka, saya diundang ke sini ada apa ya?" tanya Varo penasaran.
"Maksud gue----"
"Bang Alka! Siang-siang begini enaknya ehem-ehem lho di kamar. Mending ke kamar aja gih sama kak Liana," potong Livia agar Alka tidak mengutarakan maksud mengundang Varo ke rumahnya. Bisa tamat riwayatnya jika Varo tahu maksud Alka. Bisa-bisa besok Varo berjabat tangan dengan papanya mengucapkan ijab qobul.
"Gue mau ngomong sama Varo dulu biar lega," sahut Alka menatap Livia.
"Ngomong apa dok?"
"Jadi gue----"
"Bang Alka! Mending bang Alka jalan-jalan sama kak Liana. Ajak istri jalan-jalan pahalanya gede lho bang. Sekalian pamerin dan tunjukkan ke semua orang kalau bang Alka udah punya istri. Buruan gih bang!"
Liana menggelengkan kepala pelan. Merasa ada yang aneh pada Livia yang terus saja menyela pembicaraan Alka. Seperti ada sesuatu yang membuat Livia seperti ini."Livia! Nggak perlu diajari gue udah ngerti. Sekarang lo diem! Gue mau ngomong sama Varo. Nyela sekali lagi gue sumpel mulut lo pake sempak gue baru nyaho!" geram Alka yang mulai kesal.
Livia semakin was-was. Ditambah varo yang terus saja menendang tulang keringnya. Meski tendangannya lirih namun tetap saja Livia kesal.
"Jadi gini Var----"
"Bang! Lo mending-----"
"Gue mending ngawinin lo sama Varo sekarang! Kesel gue sama lo. Ngomong ditabrak Mulu dari tadi," murka Alka sembari melempar bantal sofa ke arah Livia. Livia langsung memejamkan mata lantaran takut. Beruntung, bantal sofa yang melayang ditangkap begitu mudahnya oleh Varo sebelum menubruk wajah gadisnya.
"Buka matanya Liv, nggak terjadi apa-apa," ujar Varo lirih yang langsung dilaksanakan oleh Livia. Livia membuang napas lega.
"Hm maaf tadi maksud dokter Alka apa ya? Maksudnya gimana kok bawa-bawa kawin segala?"
Alka menarik napas sebelum menjelaskan pada Varo.
"Jadi gini, gue maksa lo. Garis bawahi kata maksa. Kalau maksa itu artinya lo harus nurutin. Gue maksa lo nikahin Livia secepatnya. Biayanya biar gue yang tanggung mulai dari akad, resepsi, sampai honeymoon lo terjamin. Yang penting lo nikah sama Livia dan berhenti buat gue khawatir. Karena gue ngerasa lo sejenis manusia bahaya yang bisa nikung," ujar Alka dengan nada tegas."Selesai sudah," gumam Livia lirih sembari menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Selang beberapa detik, Livia langsung memeluk Varo. Mengalungkan kedua tangannya di leher sang kekasih.
"Kamu menang banyak," ujar Livia dengan nada frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Doctor
Romance"Aku ingin menjaga, tidak untuk menyakiti" Alka Alfiano Putra Maurer, dokter muda yang begitu possessive dan overprotektif jika menyangkut istri kecilnya, Liana. Terkadang sifat berlebihan dokter muda itu membuat Liana merasa kesal. Ruang gerakn...