Tiga

533K 29.6K 1.1K
                                    

Alka menggulung lengan kemeja panjang yang ia kenakan sampai sebatas siku saat mengaduk susu putih yang ia buat khusus untuk istri kecilnya. Kebiasaanya jika bangun terlebih dahulu dari Liana, ia pasti akan membuatkan secangkir susu.
Alka membawa cangkir susu buatannya ke atas, Liana masih terlelap padahal hari sudah menunjukkan pukul 07.00. setelah shalat subuh berjamaah dengannya, Alka memang menyuruh Liana untuk kembali tidur dan Alka janji akan membangunkan Liana setengah tujuh, namun melihat Liana yang begitu tenang ia tidak tega membangunkan istri kecilnya.

Diletakannya secangkir susu buatannya di nakas. Alka duduk di tepi ranjang menatap istrinya yang tengah meringkuk kedinginan tanpa selimut yang menutupi.
"Sayang, bangun udah siang" bisik Alka sembari mengusap lengan dan wajah istrinya.

Perlakuan Alka mengusik tidur Liana, membuat wanita itu terpaksa membuka kedua kelopak matanya yang menutup.
"Pagi sayang, gimana tidurnya nyenyak?" Alka mengulum senyum tipis, ibu jarinya mengusap lembut pipi empuk Liana lalu kecupan hangat Alka mendarat di sana.

"Pagi, selalu nyenyak kalau sama kamu" sahut Liana.
Alka mengulurkan tangan, membantu Liana untuk bangun. Dengan senang hati, Liana meraih uluran tangan dari Alka. Punggungnya kini bersandar di kepala ranjang dengan kedua kaki sejajar lurus.

"Aku buatkan susu, diminum dulu biar kamu sehat" ujar Alka menyerahkan secangkir susu buatannya. Liana menggelengkan kepala pelan, mendorong lengan suaminya untuk menjauh. Jika seperti ini itu artinya Liana menolak untuk meminum.

"Baru banget, enggak enak. Entar aja aku buat sendiri," ujar Liana lalu menutup bibirnya dengan telapak tangan.
Alka menghela napas.

"Liana--- aku nggak yakin kalau nunggu nanti, yang ada kamu bohong lagi. Apa susahnya nurut sih? Aku udah buatin lho, kamu nggak ngehargain?"'

"Iya iya, tapi dikit aja ya?"
Liana meraih cangkir di tangan Alka. Segera ia menyeruput susu hangat buatan Alka. Niatnya ingin sedikit saja, namun kepalanya didorong oleh Alka untuk tidak terlepas dari cangkir.

"Habiskan sayang," bisik Alka membuat Liana terpaksa menghabiskan.

"Ini," ketus Liana mengembalikan cangkir kosong pada Alka. Ia sedikit kesal dengan sikap pemaksa Alka padanya. Meskipun ini demi kebaikan Liana, tetap saja Liana kesal.

"Jangan ngambek gitu ah, nggak baik kayak gitu sama suami. Iyaudah mending sekarang kamu mandi deh, aku minta maaf kalau bikin kamu kesel. Tapi kamu harus tahu kalau aku lakuin ini demi kamu."

"Hm," Liana menjawab dengan deheman. Tangannya meraih boneka beruang untuk ia peluk dengan erat, melepaskan kekesalannya pada Alka.

"Buruan mandi, ada kelas kan? Entar telat dihukum gimana? Udah jam 7 lebih tuh, ngambeknya dipending dulu. Sekarang kamu mandi biar aku buatin sarapan dulu, mau sarapan apa?"

"Nggak usah dibuatin Ka, kan udah ada bibi yang buatin. Kamu siap-siap aja, harus kerja kan?"

"Iya deh iya, aku ke bawah ambilin makanan aja ya? Nanti aku bawa ke sini, kamu mandi aja. Atau mau dimandiin?" Alka menaik-turunkan kedua alisnya membuat Liana mengangkat tangan untuk memukul bahu suaminya.

"Udah jangan mesum, minggir! Aku mau mandi" Alka berdiri, memberikan jalan untuk Liana beranjak dari tempatnya.
Bergegas Liana masuk ke dalam kamar mandi sementara Alka segera turun ke bawah untuk mengambil sarapan.

Untuk urusan mandi dan lainnya, Alka sudah paham kebiasaan istrinya. Tidak cukup waktu sebenantar, minimal setengah jam. Alka heran sendiri. Entah apa yang dilakukan istrinya selama setengah jam. Sambil menunggu, Alka menikmati secangkir kopi susu di ruang makan. Kedua asisten rumah tangganya tengah menyiapkan sarapan untuk istrinya yang hampir selesai, tinggal meletakkannya dalam piring.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang