Lima Puluh Lima

260K 18.9K 1.2K
                                    

Begitu sampai di rumahnya, Alka langsung menuju kamar mandi untuk berbenah diri dan mengganti pakaiannya yang basah. Tidak lupa, laki-laki itu juga menyuruh anak kecil yang ikut pulang bersamanya agar mandi di kamar mandi yang berbeda dengannya.

Tidak butuh waktu lama bagi Alka, kini ia sudah selesai berbenah. Pakaian serba hitam yang ia kenakan sudah digantikan dengan pakaian santai yang biasa ia kenakan saat di rumah, celana yang panjangnya selutut dan bagian atasnya dibalut kaus pendek berwarna putih.

Setelah menyisir rambutnya, Alka meraih botol minyak wangi dan menyemprotkan ke beberapa titik tubuhnya. Mulai dari kedua ketiaknya secara bergantian, dada, dan terakhir adalah resleting celana yang ia kenakan. Dirasa sudah cukup, Alka meninggalkan kamarnya untuk menilik ke kamar sebelah, dimana ia meninggalkan Genta yang ia suruh mandi.

Langkah kakinya sudah memasuki kamar yang letaknya tidak jauh dari kamar yang ia tempati bersama Liana. Kedatangannya disambut oleh Genta yang tengah duduk di tepi ranjang yang sudah berganti pakaian. Kini bocah kecil itu mengenakan stelan baju bergambar film animasi anak-anak. Wajahnya nampak murung dan kepala yang terus saja menunduk.

"Kok murung sih? Ada yang Genta pikirin?" tanya Alka lembut yang sudah jongkok di hadapan Genta. Telapak tangan Alka mendarat di kedua paha Genta.

"Mama disana gimana? Apa mama udah sampai di surga? Tapi mama sering jahat, kata pak guru kalau jahat nanti masuk neraka," ucap Genta yang kini menatap ke arah Alka. Dari sorot matanya, Alka bisa menangkap ada sebuah luka kehilangan yang menganga begitu lebar. Alka memaklumi, kehilangan seseorang bukanlah hal yang mudah untuk diterima. Apalagi Sarah adalah satu-satunya yang Genta miliki. Seni menerima kepergian seseorang sangat sulit dipelajari. Hakekatnya manusia selalu tidak ingin miliknya pergi. Padahal sudah menjadi suratan takdir bahwa yang bernyawa pasti akan bertemu dengan kematian. Dan kematian sudah menjadi ketetapan-Nya yang tidak bisa dihindari dengan cara apapun.

"Kalau kamu mau mama di sana bahagia, jangan lupa kirimkan doa buat mama di sana. Insya Allah doa kamu akan sampai ke sana," pesan Alka seraya mengusap kepala Genta

"Sekarang kita ke rumah sakit, mama Liana masih dirawat di sana. Papa harus segera ke sana dan Genta harus ikut," ucap Alka tidak ingin ditolak. Tubuhnya kini sudah berdiri tegap di hadapan Genta. Genta berdiri dan langsung melompat ke dalam gendongan Alka. Dengan Genta yang ada dalam gendongannya, Alka mengayunkan kedua kakinya secara bergantian keluar dari kamar. Langkahnya kembali memasuki ke dalam kamarnya untuk mengambil beberapa barang. Dompet, ponsel, dan kunci mobil sudah ia kantungi. Kantung plastik berisi keperluan Liana juga sudah dalam genggamannya.

***

Beberapa jam yang lalu Liana sudah dipindahkan ke ruang rawat inap VVIP yang memiliki fasilitas lengkap untuk menunjang berbagai keperluan Liana. Alya yang ikut menemani Liana selama alka pergi, sudah memberitahukan pada Alka dimana ruangan Liana.
Alka yang sudah hafal dengan letak seluruh ruangan yang ada di rumah sakit ini, tidak memerlukan bantuan orang lain untuk menemukan ruangan Liana.

Masih dengan menggendong Genta di depan dan menenteng kantung plastik, Alka berjalan sedikit tergesa-gesa menyusuri lorong lantai dua. Ruang rawat inap Liana ada di lantai dua tepatnya di penghujung sayap kiri lorong yang tengah Alka susuri.

Beberapa tenaga medis yang kebetulan berpapasan dengannya melempar senyum ramah kearahnya yang dibalas senyumannya yang tak kalah ramah.
Tangan kanan Alka meraih knop pintu dan mendorong pintu untuk memberikan akses masuk baginya. Begitu ia memasuki ruang inap Liana, pandangan seluruh yang ada di sana beralih ke arah Alka. Ada Arsen, Sharen, Alya, Azka, Livia, dan seorang suster yang tengah mengecek tensi darah Liana.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang