1.2 Sandiwara Terkonyol

1.5K 77 0
                                    

Seperti yang diinginkan lelaki itu, kini aku tidur di sisinya tanpa busana. Menatap langit-langit dengan nyalang. Aku memberanikan diri untuk menatap laki-laki itu. Sial. Pandangan kami malah bertemu. Segera kualihkan pandanganku ke arah lain, karena selain senyumnya, mata hazel lelaki itu juga mematikan. Sorot matanya yang tenang tersebut mampu menggoyahkan iman ribuan wanita, termasuk aku. Dan itu sangat bahaya.

"Shalena," panggilnya.

Aku menoleh sejenak padanya. "Kenapa?" tanyaku.

Tak ada jawaban yang terdengar. Sungguh laki-laki aneh. Ya Tuhan, sampai kapan aku akan tidur seperti ini? Ini benar-benar siksaan untukku.

"Kemarilah!" titahnya. Keyshon memeluk tubuhku secara tiba-tiba sehingga aku berjengit kaget dibuatnya. "Pacarku datang," bisiknya kemudian.

Oh, aku menurut saja. Membalas pelukan Keyshon yang sialnya begitu hangat. Tubuhku meremang karena kulit polos kami saling bersentuhan. Apalagi dadanya yang bidang begitu pas untuk kepalaku bersandar. Lelaki ini benar-benar pas dalam segala hal. Benar-benar berbahaya. Bahkan aroma tubuhnya yang maskulin berhasil membuat kepalaku pening bukan main.

Tak lama, terdengar suara heels yang beradu dengan ubin. Tanpa diduga, Keyshon mengangkat wajahku dan mencium bibirku dengan lembut. Sangat lembut sehingga aku benar-benar terbuai.

"Javier, kau!" Suara nyaring itu terdengar setelah pintu kamar terbuka.

Keyshon melepaskan pagutan bibir kami, kemudian menatap perempuan bergaun kuning pudar yang menatapnya garang. Aku hanya berpura-pura polos seraya ikut terbangun dan memeluk perut kotak-kotak Keyshon.

"Oh, Eva. Kenapa?" tanya Keyshon. Menyugar rambutnya sambil menatap wanita di depan dengan wajah pura-pura terkejut. Sialan, lelaki ini pandai sekali bersandiwara.

"Kau sengaja menyuruhku kemari hanya untuk menyaksikan ini!?" teriak wanita itu murka, lalu berjalan ke arahku dan ... Plak! Satu tamparan mendarat kasar di pipi kiriku. "Dasar jalang tidak tahu diri! Pelakor. Wanita murahan!" bentaknya. Memakiku tanpa berniat menyaringnya sama sekali.

Aku tercengang mendengar umpatannya, meski sebenarnya sudah memprediksi bahwa wanita itu pasti akan mencaciku. Namun, ucapannya sangat keterlaluan. Aku benar-benar muak dengan wanita itu. Dia pikir sesuci apa dia? Ck, dasar!

"Nona, Anda dengar. Kenapa Anda marah padaku? Seharusnya Anda berkaca pada diri Anda sendiri, kenapa Anda diperlakukan demikian?" balasku tak gentar.

"Sialan kau, Jalang!" Lagi-lagi wanita itu menyerangku, tetapi bukan Shalena namanya jika aku tak bisa membalas serangannya. Ketika dia menampar, aku akan balas menampar tidak kalah keras. Ketika dia memukul, maka aku juga akan balas memukulnya. Pun saat dia mencakar, aku tak segan-segan untuk mencakar dengan lebih sadis. Tanpa membutuhkan waktu lama, wanita itu sudah menyerah dengan gaun sobek di bagian dada dan rambut berantakan beserta bekas cakaran di pelipis dan pundaknya. Menyedihkan sekali!

"Key, apa ini pacar yang kau ceritakan?" tanyaku, melirik Keyshon yang hanya menyaksikan saat kami berkelahi. Sialan sekali, pria berengsek itu tampaknya malah menikmati kegaduhan yang terjadi. "Dia barbar sekali, ya? Sayang, padahal wajahnya cantik." Aku tersenyum mengejek sedangkan wanita itu menatapku dengan kesal.

"Javier, kau tidak bisa melakukan ini padaku. Kau menolak tidur denganku, tetapi malah tidur dengan jalang ini!?" Eva memprotes pada Keyshon.

Keyshon menatapku, kemudian tersenyum. "Ev, kau tahu aku tidak suka wanita gampangan seperti itu. Dan apa yang kau lakukan itu adalah gampangan," ucapnya. Keyshon mengatakan itu kepada tunangannya, tetapi entah mengapa malah aku yang merasa sedikit nyeri karena ucapannya. Gampangan? Ya, aku gampangan, aku adalah jalang, aku pelacur. Tapi, andai boleh memilih, aku juga tak ingin menjadi seperti ini. Tidak ingin.

GALABATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang