9.1 Istri Kedua?

1.1K 38 0
                                    

"Dasar pelakor!" teriak gadis bergaun merah itu di hadapanku. Tunggu, aku mengenalnya. Dia adalah Sesilia, bukan? Kekasihnya Barry. Apa maksudnya mengataiku dengan hal nista semacam ...

"Kau merebut Barry, dan kau juga merebut Kak Evan! Apa kau tak punya hati, ha? Bisakah kaucari laki-laki lain yang lebih pantas? Yang masih sendiri. Bukannya ..."

"Apa-apaan kau?" Evan dengan segera menyembunyikan aku di belakangnya. Sedangkan aku benar-benar berang. Aku tidak mengerti dengan apa yang Sesilia katakan. Aku, merebut Barry? Sama sekali tidak. Meski aku sempat keliru bahwa aku menyukainya. Dan aku merebut Evan? Merebut Evan dari siapa? Dia jelas-jelas suami sahku.

"Sil, ayo ..." Kudengar suara perempuan lain di sana. Aku keluar dari perlindungan Evan. Menatap berang Sesil yang juga menatapku dengan sinis. Di sisinya seorang gadis bergaun putih menatapku dengan penuh penyesalan. Sebenarnya apa ini? Dia adalah karyawan Evan. Ya, aku mengingatnya karena ia adalah karyawan yang pernah memergokiku dan Evan sedang dalam keadaan yang ... Yah, kalian tahu waktu itu kami sedang apa.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, Kak. Kakak bermesraan dengan wanita ini. Dia siapanya Kakak, ha? Angela bilang Kakak sedang sibuk bekerja, tapi nyatanya?"

Aku diam sejenak. Angela? Kurasa aku tak asing dengan nama itu.

"Gadis gila! Ayo pergi!" Evan menarik lenganku.

Tapi beberapa saat kemudian ... "Argh!" teriakku saat rambutku dijambak seseorang. "Sialan! Apa-apaan kau, ha!?" teriakku, balas menjambak rambut Sesilia. Dan perkelahian itu pun terjadi. Kami saling menjambak dan menampar satu sama lain.

"Sesil, Sesil, berhenti. Ayo kita pulang!" Gadis bernama Angela itu menarik-narik Sesil. Berusaha melerai kami berdua. Tapi kami tak peduli. Selama emosi masih menguasai, aku tidak akan berhenti menyerang gadis barbar bernama Sesilia ini. Evan juga menarikku, tapi tak kupedulikan. Hingga Barry datang. Ia menarik Sesil dan kami berhasil terpisah.

"Apa yang terjadi padamu, ha? Kau menyerang Shalena?" teriak Barry pada Sesilia.

Aku menatap Evan sejenak. Ia ingin menarikku untuk pergi, tapi aku bergeming. Kurasa ada yang tidak beres di sini. Dan aku tidak akan pergi sampai aku tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Ya. Aku menyerangnya. Karena dia wanita murahan. Sebelumnya dia merebut perhatianmu dan sekarang ..."

Plak! Barry menampar Sesilia. Aku bergeming. Menatap keduanya.

"Kak Barry!" Angela menghampiri Sesilia dan memeluk temannya itu. Jelas sekali gadis itu syok.

"Kau keterlaluan!" ucap Barry. Suaranya bergetar.

Setitik air mata luruh dari sudut mata Sesilia. Sungguh, aku seperti menonton serial drama di mana aku ikut andil menjadi pemeran dalam drama itu.

"Keterlaluan, Bar? Kaupikir aku akan diam saja melihat sahabatku disakiti? Kaupikir aku akan diam saja melihat suami sahabatku selingkuh di hadapan mata kepalaku dan sahabatku sendiri, ha!?" Sesilia berteriak berang. Sedangkan Barry bergeming. Menatap ke arahku dan Evan kemudian pada Angela dan Sesilia.

"Sesil ..." Angela menarik lengan Sesilia, tetapi gadis itu menepisnya.

Dan aku mematung. Mencerna baik-baik kalimat yang Sesilia ucapkan barusan. Sahabat suaminya selingkuh? Dan dia menyerangku? Apa mungkin ... Aku melirik Evan. Dan rahang Evan mengeras. Tatapannya tak lepas dari Angela dengan tatapan tajam. Dan aku mulai ingat nama Angela sekarang. Bukankah itu adalah orang yang terus menghubungi Evan beberapa waktu lalu? Dan dia ... Mungkinkah dia ... Istrinya Evan? Ah, tidak tidak.

"Kak Evan suaminya Angela. Dan dia bermesraan dengan Shalenamu itu. Apa aku akan membiarkannya? Sebagai seorang wanita aku merasakan apa yang sahabatku rasakan. Meski dia tidak mengatakan apa pun!"

Aku menatap syok Sesilia. Jadi benar? Evan suami Angela? Lalu, aku siapa? Siapa yang lebih dulu Evan nikahi? Jantungku berdenyut nyeri mendengar rentetan kalimat yang Sesilia ucapkan.

"Sayang, jangan dengarkan gadis itu. Ayo kita pulang!" Evan menatapku dengan penuh permohonan. Tangannya menarik tanganku, tetapi aku menepisnya. Aku ingin mendengar semuanya. Semua, meski pasti akan menyakitkan.

[][][]

Eh, baru update. Dikit lagi update nya😂 hehe, maaf ya. Ini aku lagi fokus ngetik di Ms.Word, mau terbit soalnya. Hehe lagi dikebut, dan bentar lagi beres. Bukunya mulai PO besok sampai tgl 15 Agustus. Besok aku umumin 😘

Cerita di wattpad gimana, kak? Di wattpad tetap aku publish sampai end kok. Tapi nothing epilog dan extra part 😂😂 dtunggu saja, ya. Maaf kalau updatenya telat.

O ya, cek lapakku yang lain. Ada cerita baru juga. Fanfic suka? Korea-korea gitu. Soalnya author lagi deman INFINITE wkwk 😂😂

 Soalnya author lagi deman INFINITE wkwk 😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nah nah, coba deh cek. Ya, meskipun fanfic, tapi gaya bahasa dan gaya cerita aku tetap sama. Ada mellow-mellownya, ada baper-bapernya. Cuma mungkin karakter merekanya aja yang ngambil dari orang korea hihi.

Nih aku kasih blurbnya. Dibaca. Mana tau suka😋

Sembilan tahun lalu di Seoul National High School, Kim Myungsoo menjadi siswa paling diminati karena wajah tampan dan otak cemerlangnya. Myungsoo yang lugu dan datar, diam-diam jatuh hati pada seniornya, Yura. Tak ayal, setiap hari ia membuntuti Yura ke mana pun gadis itu pergi. Hanya ada satu orang yang mengetahui hal itu, Park Shin Hye. Gadis periang yang secara terang-terangan menyatakan cinta pada Myungsoo di depan seluruh siswa Seoul National High School di tahun pertamanya sekolah. Gadis yang menghilang secara tiba-tiba, seminggu setelah penolakan yang Myungsoo lakukan.
     Kemudian pada suatu hari di musim gugur, Myungsoo dipertemukan kembali dengan Park Shin Hye, ketika ia mengalami kecelakaan. Dan ia menemukan sosok berbeda dari Park Shin Hye. Terutama di bagian matanya. Tidak ada kehangatan layaknya musim semi di mata itu yang senantiasa diperlihatkan dokter. Ia hanya melihat kekosongan yang kentara di sana. Dan tatapannya dingin, sedingin musim salju yang akan datang beberapa waktu lagi.
     Pertemuan demi pertemuan lanjutan yang dipenuhi dengan sorot dingin dan penuh kemarahan di mata Park Shin Hye terus terjadi, karena mau tak mau, Myungsoo harus menyelesaikan kasus kliennya yang bersiteru dengan Park Shin Hye.

_Winter in Your Eyes_

Nah loh? Ini aku publish di salah satu grup fanfic di facebook dan responnya alhamdulillah baik. Banyak RCL (Read, Coment, Like), tapi posting di wp viewers masih seuprit karena mungkin followers juga seuprit:((

GALABATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang