20.1 Langit Biru

748 30 0
                                    

Sometimes late at night (Terkadang pada larut malam)
I lie awake and watch her sleeping (Aku berbaring sambil tetap terjaga dan melihatnya tidur)
She's lost in peaceful dreams (Dia hanyut dalam mimpi penuh kedamaian)
So I turn out the lights and lay there in the dark (Jadi aku mematikan lampu dan berbaring dalam gelap)
And the thought crosses my mind (Dan angan melintas dalam benak)
If I never wake up in the morning (Jika aku tidak pernah bangun di pagi hari)
Would she ever doubt the way I feel (Akankah dia akan meragukan tentang perasaanku)
About her in my heart (Tentangnya di hatiku)

If tomorrow never comes (Jika esok tak pernah datang)
Will she know how much I loved her (Akankah dia tahu betapa kumencintainya)
Did I try in every way to show her every day (Kucoba segala cara untuk menunjukkannya setiap hari)
That she's my only one (Bahwa hanya dialah satu)
And if my time on earth were through (Dan jika waktuku di bumi habis)
And she must face this world without me (Dan dia harus menghadapi dunia tanpaku)
Is the love I gave her in the past (Cinta yang t'lah kuberikan padanya)
Gonna be enough to last (Akan cukup hingga akhir)
If tomorrow never comes (Jika esok tak pernah datang)

'Cause I've lost loved ones in my life (Karena ku t'lah kehilangan orang yang kucintai di hidupku)
Who never knew how much I loved them (Ia yang tak pernah tahu betapa kumencintainya)
Now I live with the regret (Sekarang kuhidup dalam penyesalan)
That my true feelings for them never were revealed (Perasaanku yang sebenarnya tak pernah terungkapkan)
So I made a promise to myself (Jadi aku berjanji pada diriku sendiri)
To say each day how much she means to me (Untuk mengatakan betapa dia sangat berarti bagiku)
And avoid that circumstance (Dan menghindari hal itu)
Where there's no second chance to tell her how I feel (Di mana tak ada kesempatan ke dua untuk mengatakan yang kurasa)

Ronan Keating - If Tomorrow Never Comes

***

Penyesalan memang menyesakkan, tetapi menyesal tanpa melakukan apa pun untuk memperbaiki kesalahan, adalah kebodohan tak termaafkan.

Kutatap wanita paruh baya yang tengah melahap makan malamnya dengan nikmat dari suapan tanganku. Wajah cantik wanita itu kini hanya menyisakan pucat dengan kantung mata yang menghitam. Tubuh berisinya juga kini hanya menyisakan kulit dan tulang yang membuatku meringis nyeri.

"Ini pertama kalinya aku melihat Ibu makan dengan begitu lahapnya."

Kutatap seseorang yang barusan berkata di belakangku. Aku tersenyum kecil ke arahnya sambil berdecih.

"Tentu saja Ibu akan makan lahap setelah ini. Makan dari suapan tanganku rasanya sangat lezat."

Pria yang berdiri sambil bersandar pada dinding kaca itu terkekeh, kemudian ia sudah berada di sampingku.

"Kalau begitu, aku juga ingin makan dari tanganmu." Dia nyengir. Ya Tuhan, sangat menyebalkan!

"Cih! Tidak. Suapanku hanya untuk orang-orang spesial, seperti Ibu," balasku pura-pura mendelik.

"Kalau begitu, can I be a special person for you?"

"Ha? Dasar playboy cap kutu busuk!"

"Shalena!"

Aku menoleh pada Ibu, kemudian nyengir lebar saat mendapati tatapan penuh peringatan darinya. "Ibu..." gumamku pelan. "Dia itu memang playboy. Ibu tahu, dia memiliki banyak kekasih, dan..."

"Shalena!" Keyshon menutup mulutku dengan kedua telapak tangan seraya matanya menatap penuh peringat. Kupukul-pukul tangannya agar membuka bekapan mulutku. Tapi sial Keyshon, dia tidak membiarkannya. "Jangan membuat namaku buruk di depan calon mertuaku!" celetuknya. Astaga. Entah aku harus tertawa, terbawa suasana atau apa. Tapi sungguh, wajah Keyshon begitu lucu seperti kucing minta ditimpluk!

GALABATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang