16.2 Awkward

786 36 0
                                    

Akhirnya, acara masak yang berubah menjadi sangat awkward selesai. Setelah selesai makan malam, kini kami duduk di depan televisi, menonton drama Korea yang sudah sejak pagi aku angan-angankan. Keyshon tidak keberatan menonton drama, ia sudah sering dimintai Gea untuk menemaninya menonton itu, jadi tak ada masalah.

Tungku api menyala, memberikan sedikit kehangatan. Beberapa camilan kue dan minuman ringan berada di meja. Keyshon terlihat menikmati adegan demi adegan yang terpampang di depan layar sambil memakan kue kering di dalam toples.

"Kau menikmati menonton drama?" tanyaku.

Key menatapku sekilas. "Sebenarnya biasa saja," balasnya. "Tapi menemani Gea menonton adalah keharusan. Jika tidak, dia akan terus merajuk. Dan lama-lama aku sudah terbiasa menonton drama. Lagi pula, tidak ada salahnya. Aku jadi tahu, jenis film seperti apa yang disukai remaja. Dan perkembangan film di Korea seperti apa."

Aku terkekeh. Sungguh lucu sekali. Laki-laki semacam Keyshon, menonton drama. Tapi memang, seorang produser harus pandai mencari peluang dan harus tahu konsumsi yang diminati orang dari waktu ke waktu. Jadi tak ada salahnya juga dia menonton drama, sekalian riset pasar.

Adegan demi adegan silih berganti, hingga sampailah pada ending dari cerita, dan ... shit! Aku memeluk toples berisi kacang tanah dengan erat. Sebelah tangan yang bebas terus memasukkan kacang itu ke dalam mulut dan mata terpaku pada layar kaca di depan, yang menampilkan adegan kedua sejoli tengah berciuman lembut. Ya Tuhan, ini ending termanis yang pernah kutonton.

Grep!

"Eh?" pekikku saat sebuah lengan tiba-tiba menarikku. Bahuku menubruk dada Keyshon. Aku mendongak, menatap bola mata terang lelaki itu. Tidak ada ekspresi apa pun yang diperlihatkan Keyshon. Hanya ada matanya yang menatap mataku lurus, seakan menyampaikan sesuatu yang tidak bisa diutarakan lewat lisan. Pun tidak ada suara, kecuali suara detak jantungku dan jantung Keyshon yang begitu menggila, ditambah dengan lagu manis yang terputar di televisi sebagai soundtrack drama yang telah usai.

Seharusnya aku keluar dari kungkungan lelaki ini, tetapi yang kulakukan hanya mematung. Seharusnya aku berbicara apa saja agar terbebas dari pelukan Keyshon, tetapi yang kulakukan hanya membisu.

Ada sesuatu yang salah dengan hatiku, dengan jantung dan pikiranku. Mereka seolah mendemo, memintaku untuk terus bertahan di pelukan hangat yang membawaku pulang. Ya, pelukan ini membuatku merasa pulang. Aku pernah merasakan pelukan ini. Bukan ketika Keyshon datang ke club dan memintaku menemaninya. Tapi jauh-jauh hari sebelum waktu itu. Dan itu entah kapan.

Wajah Keyshon mendekat. Dengan spontan, aku memejamkan mata. Sesaat, kurasakan embusan napas hangat di sekitar wajahku, sebelum benda kenyal itu mendarat sempurna di bibir. Diam. Benda itu hanya diam di atas bibirku. Aku membuka mata, dan pandanganku menemukan kehangatan di balik mata Keyshon yang juga menatap mataku.

Kesadaranku mulai kembali. Aku bangkit, berusaha lepas dari kungkungan lengan Keyshon. Tapi lelaki itu tidak membiarkannya. Ia memelukku semakin erat, dan bibir lembutnya kembali mendarat di bibirku. Kali ini benda itu tak hanya diam. Ia bergerak, memagut lawannya dengan lembut dan mesra. Aku ingin memberontak, ingin lepas, tetapi hatiku menolaknya. Hatiku menginginkan sentuhan ini. Hatiku menginginkan kelembutan dan kehangatan ini. Sehingga yang terjadi, aku kembali memejamkan mata. Dan pikiranku kosong. Hanya ada kehangatan yang kurasakan. Perutku bergolak, kupu-kupu seakan menari riang, mengepakkan sayap ke sana dan kemari.

Pagutan bibir kami terlepas saat kami mulai kehabisan napas. Mataku menatap mata hazel Keyshon yang sayu. Dan, aku menemukan sesuatu di sana. Sesuatu yang...

Dengan cepat, aku keluar dari pelukan Keyshon. Aku berlari dengan segera ke dalam kamar. Tidak tidak. Ini tidak mungkin, kan? Ini hanya perasaanku. Tidak mungkin Keyshon ...

GALABATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang