Matahari sudah bangkit dari tempat peristirahatannya sejak beberapa waktu lalu. Di luar, angin pagi yang bercampur dengan polusi kendaraan sudah berembus bersamaan dengan bisingnya klakson mobil yang saling sahut menyahut di tengah kemacetan. Sedangkan Shalena, ia masih terpaku pada sosok tampan yang terlelap damai di sisinya. Menatap sebuah jaket cream yang semalaman menjadi selimut untuk dirinya. Jantungnya lagi-lagi menggila memikirkan hal apa yang terjadi padanya semalam.
Shalena membenarkan posisi duduknya dengan segera saat melihat Keyshon menggeliat. Mengangkat tangan dan meregangkannya, kemudian menguap lebar. Shalena mengulum senyum menatap pemandangan itu. Ternyata, orang tampan juga bisa menguap lebar, pikirnya.
"Ah, sudah pagi." Keyshon bercicit kecil seraya membenarkan duduk saat sadar ada orang lain di sisinya. "Maaf, semalam kautidur begitu nyenyak. Aku jadi tidak tega membangunkanmu untuk masuk ke dalam."
Shalena berdeham dengan semburat merah yang hadir di pipinya. Lihat, ia sudah seperti perawan naif yang dekat dengan lawan jenis sekarang.
"Tidak apa," balasnya pelan. "Ngomong-ngomong, kenapa kautahu apartemenku? Seingatku, semalam aku tidak menyebutkan alamat."
Keyshon menggaruk tengkuk. Menatap Shalena kemudian menatap setir mobil dan menatap Shalena kembali dengan senyuman kikuknya. Suasana yang aneh ternyata tak hanya dirasakan Shalena, tetapi dirasakan Keyshon juga.
"Sebenarnya, aku sudah tahu sejak lama. Dulu Gea pernah memintaku untuk mengantarnya ke sini. Jadi, kupikir sekarang kau juga masih tinggal di sini," ungkapnya. Sedangkan hatinya mulai mengoceh, Bohong! Kautahu tempat tinggal Shalena karena kau adalah penguntit sejatinya. Kau adalah pria pecundang yang selalu pura-pura dan menahan dirimu sendiri!
"Oh, ya." Shalena mengangguk canggung, kemudian memberikan jaketnya pada lelaki itu. "Maaf merepotkanmu. Kau jadi tidur di sini."
"Tidak apa. Masuklah. Nanti sore, aku akan menjemputmu lagi di sini." Keyshon tersenyum, sangat manis di mata Shalena. "Dandan yang cantik."
"Apa?" Shalena memekik pelan, tetapi sejurus kemudian, ia berdeham. "Ah, iya. Sampai jumpa," ucapnya, lalu keluar dari mobil, membawa serta jantungnya yang sudah loncat-loncat girang di dalam sana.
[][][]
Shalena berguling di atas kasur empuknya. Sudah sejak beberapa saat lalu ia hanya berguling-guling di atas tempat tidur, bingung harus melakukan apa. Jantungnya juga, tidak berhenti menggila sejak ia bertemu Keyshon.
"Keyshon akan mengajakku ke mana?" tanya Shalena pada dirinya sendiri. "Aku harus dandan cantik? Apa jangan-jangan, Keyshon akan mengajakku kencan dan kemudian melamarku?" ia mendekap bantal dengan erat di dadanya. "Astaga! Shalena bodoh. Apa-apaan itu? Tidak mungkin! Tidak mungkin!" bangun seperti kesetanan, memukul kepalanya sendiri kemudian berbaring lagi seperti orang gila.
"Tapi... kalau iya, aku harus bagaimana?" wanita itu bangun lagi, menatap kaca besar di sisi kasurnya. "Aku terima atau..."
Diam beberapa saat.
"Bitch Shalena! Jangan sampai kauterima begitu saja!" ia menunjuk wajahnya sendiri di depan cermin itu sambil menatapnya tajam. "Kauharus pintar memilih sekarang. Jangan sampai patah hati lagi. Atau kau akan mati konyol!"
Shalena bangkit dari tempat tidur, mencuci wajah di westafel dengan kasar. Ia ingin menghentikan pikiran-pikiran bodohnya!
[][][]
Keyshon duduk di dalam mobilnya di depan gedung apartemen Shalena. Diliriknya pintu keluar lobi tanpa henti, menunggu wanita itu datang. Hingga beberapa saat kemudian, senyum Keyshon terbit saat Shalena muncul di sana dengan gaun selutut berwarna peach. Demi apa pun, wanita itu selalu cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALABA
ChickLit#155 in Chicklit (1 Mei 2018) #186 in Chicklit (29 April 2018) Private Acak. Follow sebelum baca❤ [][][] Blurb: Shalena Kelsen, yang sejak lahir tak pernah bisa merengkuh cinta. Lahir dari seorang wanita bernama Melia, yang dicampakkan pacarnya...