8.2 Bentuk Cinta

802 30 0
                                    

Aku mematut diri di depan cermin. Memutar tubuhku 180 derajat, kemudian kembali ke posisi semula seraya menyisir rambut cokelatku dengan jari.

"Tidak terlalu berlebihan, tapi cantik," gumamku seraya mengikat tali gaun biruku di pinggang.

Ya, malam ini Evan mengajakku makan malam di luar. Bukan makan malam biasa karena hari ini adalah hari ulang tahunku. Jadi, aku harus memastikan penampilanku sempurna. Ya, harus sempurna.

Dengan senyum yang terukir di bibir, kupoleskan lagi sedikit bedak di sekitaran permukaan wajah. Selesai. Kuambil tas kecilku bertepatan saat Evan muncul di ambang pintu.

"Siap, Sayang?" tanya Evan lembut seraya tangan kanannya terulur padaku.

Aku tersenyum kecil, menerima uluran tangannya dan bergegas mengecup pipi pria itu. "Tentu!" jawabku mantap. "Kau tidak menyiapkan hal-hal aneh, kan?" tanyaku seraya berjalan di sisi Evan menuju area parkir apartemen.

"Hal aneh?" Evan terkekeh. "Kaupikir aku akan melakukan hal-hal aneh semacam apa?"

Kami sampai di parkiran. Evan membukakan pintu mobil dan aku masuk ke dalamnya. "Ya, kupikir kau akan melakukan pesta dansa sepanjang malam. Kuharap itu hanya pikiranku, karena aku tidak suka acara menyebalkan semacam itu," kataku seraya menatap Evan jenaka.

Evan tertawa pelan. "Sayangnya aku sudah menyiapkan hal itu," gumamnya seraya menutup pintu mobil. Hisss!

Evan duduk di kursi kemudi dan mulai menyalakan mesin mobil, menuju tempat yang sudah Evan persiapkan.

"Ada DJ, kan?" tanyaku. Berusaha bergurau.

"Eh? Kita akan dansa sepanjang malam. Tidak ada DJ. Hanya ada musik lembut, Sayang."

Jadi itu bukan hanya becandaan!?

"Van!" geramku. Evan hanya terkekeh. Dan dua puluh menit kemudian kami sampai di tempat yang Evan maksud.

Sebuah bangunan hotel dengan desain mewah menjadi pilihan Evan. Terpukau, itu yang terjadi padaku. Semakin terpukau saat kami memasuki lobi, tempat acara akan di selenggarakan --sepertinya.

"Van?" bisikku tak percaya. Aku kira Evan akan mengajakku makan malam berdua, atau pergi ke sebuah pesta dengan DJ dan musiknya yang berdentum keras disertai lampu kelap kelip. Tapi ini? Ya Tuhan! Pesta macam apa ini? Evan tidak mungkin becanda seperti ini.

"Ayo, tamu-tamu sudah menunggu," kata Evan dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampannya.

Tapi aku masih diam. Diam dengan bodoh. "Aku tidak mau," gumamku akhirnya.

Aku menatap Evan yang juga tengah menatapku dengan tatapan tak terbacanya. "Kenapa?" tanya Evan pelan.

"Aku tidak suka hal seperti ini, Van! Bisakah kita hanya makan malam berdua saja? Atau kalau ingin ramai, sekalian saja kita pergi ke club malam, itu lebih baik dari pada acara seperti ini!" Akhirnya, mulutku berbicara panjang kali lebar disertai bom atom berjatuhan di sana sini.

Dan reaksi Evan? Dia malah tertawa. Menyebalkan sekali, padahal tidak ada yang lucu.

"Van!" Aku merengek kesal saat Evan menggandeng lenganku. "Ini terlalu berlebihan. Aku tidak suka--"

"Kita makan di tempat khusus hotel ini. Lantai paling atas."

"Apa?" Aku menatap Evan semakin kesal. Ya Tuhan! Evan malah nyengir. Ternyata acara semi-formal ini bukan acara Evan.

Syukurlah. Kukira Evan yang membuat acara di sini yang--mewah, sih, tapi aku tidak suka. Terlalu formal dan pasti akan monoton. Evan menggandeng tanganku, memasuki lift dan menekan tombol untuk menuju lantai paling atas hotel ini.

Setelah keluar dari lift, seorang pelayan laki-laki menyambut, kemudian mengantarkan kami ke tempat yang--ah, aku harus menahan napas sejenak. Tempatnya sungguh romantis!

[][][]

GALABATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang