10.1 Wanita Paling Buruk

1.1K 47 0
                                    

"Shalena!"

     Kutarik napasku dalam-dalam saat aku memasuki apartemen Evan, berjalan menuju kamar yang biasa aku tempati bersamanya. Berusaha mengabaikan Evan yang barusan memanggilku. Aku bertekad akan melepaskannya. Yah, itu yang terbaik. Karena kupikir, tidak semua orang berpikiran terbuka dan berhati lapang seperti Angela. Bisa saja kedua orangtua Evan menentang kami. Apalagi ketika tahu aku adalah seorang pelacur yang menjadi istri kedua Evan. Lagi pula, aku tidak akan mungkin terus menjalani rumah tanggaku yang seperti ini bersama Evan. Hubungan ini diawali oleh kebohongan. Tentu akan ada kebohongan-kebohongan lain di kemudian hari, dan sungguh itu tidaklah menyenangkan.

     "Kau mau ke mana, Sayang?" Evan menahan lenganku yang tengah mengemasi barang-barang ke dalam koper.

     "Aku menunggu surat cerai kita secepatnya," gumamku tanpa mau melihat wajah Evan. Melihatnya hanya akan menambah luka di hatiku. Hanya akan menimbulkan air mata berderai tak berkesudahan. Aku mulai mencintainya, dan cinta itu menggoreskan luka sebelum aku benar-benar meraup kebahagiaan seutuhnya. Tapi biarlah. Sebelum luka itu semakin membunuh, ada baiknya kita keluar dari zona nyaman untuk berlari mencari zona aman.

     "Apa? Tidak, Shalena. Aku mencintaimu!" pekik Evan yang lalu mencengkram kedua bahuku dengan lengannya, memaksa tubuhku untuk berbalik ke arahnya.

     "Lupakan tentang cinta, Van! Ada Angela yang lebih berhak kauperjuangkan!"

     "Tidak, aku mencintaimu bukan Angela."

     "Kau tidak bisa egois, Van! Jelas-jelas dia mencintaimu begitu banyak. Jangan bodoh. Jangan sia-siakan dia," gumamku dengan air mata yang meluruh sempurna.
     Evan menatapku dengan kalut, lantas bersimpuh di lututku dengan bahu berguncang. "Persetan dengan itu, Shalena. Aku tidak bisa menceraikanmu. Aku tidak mau. Kau berarti bagiku."

     Aku benar-benar berada di posisi tersulit kali ini. Hatiku menjerit kesakitan, meneriakkan aku mencintai juga membenci Evan di saat yang sama. Hatiku mengintruksi agar aku segera meraih Evan, memeluknya, memaafkan kemudian hidup bahagia dengannya. Tapi logika dengan segera mengingatkan: bahwasanya semua ini hanya fatamorgana, hubungan ini diawali oleh kebohongan, orangtua Evan tidak akan pernah setuju, dan ada hati lain yang terluka saat aku memilih bersama Evan. Melukai wanita sebaik Angela membuatku benar-benar buruk.

     Aku membenci konflik batin yang penuh drama seperti ini. Aku hanya ingin hidup normal. Jatuh cinta dan dicintai pria yang hanya milikku dan memilikiku seorang, sehingga tidak ada kata nista yang orang lain ucapkan padaku seperti kata pelakor. Aku sungguh tidak bermaksud merebut suami orang, tetapi yang terjadi nyatanya? Aku benci semua ini.
     "Terimakasih untuk mencoba membuatku yakin atas perasaanmu, Van. Kau berhasil. Hatiku luluh padamu, aku jatuh cinta padamu. Tapi hari ini, cinta yang kauberi berhasil membuatku merasa menjadi wanita paling buruk di dunia," gumamku. Kemudian mengambil koper kecilku yang hanya kuisi dengan beberapa keperluan yang menurutku penting saja.

     "Shalena, Shalena, jangan pergi!" Evan meracau dengan tangannya menggapai-gapai ke arahku.

     "Semua sudah berakhir. Jika kau tidak mau menceraikan aku, biar aku yang menceraikanmu," kataku untuk yang terakhir kali.

[][][]

GALABATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang