Bab 11 Siapa Gadis Itu?

1.7K 82 8
                                    

“Lo jangan kasar sama cewek!” teriak Dewa menarik gadis itu supaya terlepas dari cekalan Aldi. Gadis berambut ikal panjang berhias pita besar itu menoleh, menatap Dewa penuh kekagetan.

“Heh, lo siapa?” Aldi balik bertanya dan segera menarik gadis itu lagi.

Bukannya berterima kasih atas pertolongan Dewa, gadis itu justru mengibaskan tangannya dan menutup wajahnya dengan tas mungil yang dibawanya. “Lepasin!” ucap gadis itu dan mendorong keras dada Dewa. Dewa tertegun di tempat. Gadis itu berlari meninggalkan mereka berdua dan berbelok ke rumah yang dituju papanya.

“Awas, lo!” peringat Aldi sambil menjulurkan jari telunjuknya. Lelaki itu mundur dan mengejar gadis itu hingga keduanya memasuki rumah.

Masih membeku di tempat, Dewa terpaku. Apa hubungan dua orang tadi dengan wanita yang dibawa papanya? Mengapa mereka memasuki rumah yang sama? Dewa tak mau dihinggapi rasa penasaran yang teramat sangat. Dia berlari mengejar dan menggedor pintu rumah itu berkali-kali.

“Heh, buka pintunya! Papa keluar!” teriak Dewa seperti orang kesetanan. Tak perlu menunggu waktu lama sampai Aldi membuka pintu.

“Lo lagi? Mau apa lo? Gue gebukin baru tahu rasa lo!”

“Gue mau ketemu bokap gue.” Dewa mendorong Aldi dan segera dicekal oleh Aldi. Tangannya dipelintir namun Dewa dapat segera menangkisnya. Tak sia-sia selama di SMA dia belajar berkelahi, ternyata ada gunanya juga. Aldi terjungkal di lantai. “Papa keluar!” Dewa masih berteriak dan memasuki rumah dengan tak sopan.

Dari belakang, Aldi mendorong punggung Dewa hingga Dewa menabrak vas besar yang diletakkan di dekat tangga. Vas tersebut pecah berderai. Untung saja Dewa dapat menahan diri di pegangan tangga sehingga tubuhnya tidak jatuh menimpa vas. Saat itulah Papa dan wanita simpanannya keluar dari kamar yang sama. Di samping kamar itu juga keluar gadis yang masuk bersama Aldi tadi. Namun ketika melihat kedatangan Dewa, gadis itu membeliak dan segera memasuki kamarnya lagi.

“Dewa!” panggil Pak Atmaja terkejut dari atas tangga.

“Papa ngapain di sini? Nggak puas-puasnya nyakitin hati Mama, hah?” teriak Dewa penuh kemarahan.

Aldi yang akan meringkusnya lagi, tertahan di tempat karena panggilan Dewa kepada papanya. Terang saja anak muda itu melawannya tanpa ampun. Ternyata lelaki yang datang bersama Tasya adalah ayah dari anak muda ini.

“Kamu pulang sekarang!” geram Pak Atmaja sengit.

“Papa yang pulang. Sudah berapa hari Papa nggak pulang? Ngencani pelacur terus?”

Sebuah bogeman mampir di pipi kanannya. Dewa jatuh tersungkur tiba-tiba. Nyeri hebat melanda ujung bibirnya yang mulai berdarah. Dia melihat Aldi yang memukulnya. Sekali pun kesakitan, Dewa tak berniat untuk membalas. Sakit hatinya terhadap papanya jauh lebih besar dibandingkan dengan pukulan Aldi.

“Papa bilang pulang!” teriak Pak Atmaja lagi tak memedulikan meski anak lelakinya jatuh karena dipukul seseorang.

Dalam hati, Dewa menangis. Bukan karena kesakitan. Tapi karena sakit hati atas pengkhianatan papanya. Tanpa berniat untuk membalas, Dewa berdiri perlahan dan mendongak melirik papanya yang masih berdiri kaku dengan wanita simpanannya. Lalu dengan sebongkah amarah, Dewa pergi sambil membanting pintu.

***

“Gue udah jadian sama Dinna,” ucap Lexi santai sambil melahap baksonya yang masih mengepulkan asap. Ketiga temannya menatap takjub. Lexi, cowok yang lama menjomlo itu akhirnya punya pacar untuk pertama kali.

“Gercep lo, Lex. Hebat!” puji Azka tidak tulus. Itu karena dirinya merasa kehilangan sahabat yang sama-sama single.

“Demen banget si Dinna sama lo,” sindir Surya dengan tatapan lurus pada ponselnya. “Kalau gue jadi cewek, gue pasti mikir seribu kali dipacarin cowok otak kosong kayak lo.”

“Sialan lo!” Lexi melemparkan garpunya kepada Surya. Spontan Surya menangkisnya. Saku bajunya terkena sedikit noda saus berwarna merah. Cowok itu menyumpah-nyumpah kesal. “Dari pada lo, biar genius, otak lo mesum. Kerjaan lo onani tiap jam.”

Bukannya marah, Surya justru tertawa seperti orang bodoh. “Kalau lo naksir gue, bilang jujur aja, Lex. Gue nggak masalah juga.”

“Najis inggris, cuih!” Lexi hampir menyemburkan bakso dalam mulutnya ketika menirukan kalimat andalan salah seorang artis muda. Spontan Azka tertawa. Sedangkan Dewa hanya mendengus.

“Lo gimana, Wa? Udah jadian juga sama Nala?” tanya Azka ngeri kalau sampai Dewa sudah jadian, itu berarti tinggal dirinya yang jomlo. Baginya Surya tak masuk hitungan karena cowok itu memang tidak pernah terlihat tertarik pada cewek. Karena itu Lexi sering meledek Surya dengan sebutan hombreng alias homo brengsek.

“Udah,” jawab Dewa pendek sukses membuat ketiganya mendelik.

“Yuhuuu, berarti kita traktiran dong!” seru Lexi lupa kalau dirinya juga baru saja jadian.

“Sip, traktiran hari ini Dewa besok lo.” Surya menimpuk Lexi dengan garpu tadi. Hal itu sukses membuat Lexi melotot kesal.

“Makanya kalau jadian nggak usah bilang-bilang,” Azka mengambil gelas minuman Lexi yang masih penuh.

“Eh, balikin minuman gue!”

“Anggep aja ini DP buat traktiran besok,” jawab Azka tenang sambil menghabiskan minuman itu hanya dengan beberapa teguk.

“Lo beneran jadian sama Nala?” tanya Surya tanpa menghiraukan candaan Lexi dan Azka. Mendengar pertanyaan Surya yang terdengar serius, keduanya terdiam ikut menyimak.

“Iya,” seperti biasa Dewa menjawab pendek. Selain karena memang irit bicara, Dewa juga sedang tidak berselera untuk bercanda. Kejadian semalam masih membayang di setiap kerjapan matanya.

“Gue heran sama adek-adek kelas yang cantik-cantik itu. Betapa terpesonanya mereka sama kita-kita sampai dideketin sebentar aja udah jatuh klepek-klepek,” ucap Surya kemudian tertawa garing. “Kayaknya gue juga perlu deketin Bianca. Dia selembek teman-temannya atau berkeras hati nolak aksi gue buat ngedeketin dia.”

“Nala nggak lembek,” bela Dewa tidak terima.

“Dinna juga nggak lembek.” Lexi ikut membela kekasihnya. “Punya lo tuh yang lembek gara-gara lo kocokin melulu.”

“Brengsek lo!” Surya kembali melempar sesuatu ke arah Lexi yang duduk tepat di depannya. Kali ini sendok es yang sukses menyentuh dahi Lexi. Lexi meringis sambil mengusap dahinya.

Seketika Azka tertawa paling keras mendengar ucapan Lexi. Cowok itu geleng-geleng kepala. Tawanya baru berhenti ketika Dewa berdiri tiba-tiba lalu melompati kursi sampai kursi itu terjatuh menimbulkan suara keras yang menarik perhatian siswa-siswa lain di dalam kantin.

***

Secret Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang