“Aira!” panggil Dewa ketika Aira tidak mau berhenti. Gadis itu terus berlari keluar dari halaman sekolah dan menyusuri trotoar.
Dewa tidak membiarkan Aira meninggalkannya. Berlari sambil menangis di pinggir jalan raya, bukanlah pilihan yang terbaik. Bahaya bisa mengintai mereka. Dengan mengumpulkan tenaga lebih banyak, Dewa berlari lebih cepat dan dan menghentikan langkah Aira. Gadis itu berhenti saat Dewa menarik lengannya hingga tubuh Aira membentur tubuh Dewa.
“Lepas, Wa! Lo jangan peduliin gue lagi, biar gue nggak berat ngelepas lo,” tangis Aira sambil memukul dada Dewa berulang kali.
“Udah gue bilang jangan pernah berpikir kalau lo bisa pergi dari hidup gue. Gue cinta lo!”
Aira terkejut kemudian mendongak tak percaya. Matanya yang telah basah berlinang air mata kini semakin mengalir deras mendengar penuturan Dewa. Beberapa detik kemudian, tangisnya berubah menjadi tawa ringan. Gadis itu menggelengkan kepalanya.
“Nggak mungkin, Wa. Nggak mungkin lo cinta gue. Gue cuma pelacur. Pelacur murahan yang nggak pantas lo cintai.”
“Gue nggak peduli masa lalu lo. Gue cinta lo. Gue mau lo. Lo denger kan, Ra?”
Aira sesenggukan. “Jangan bikin gue semakin menderita. Udah cukup gue ditinggal sama orang yang gue cintai dulu. Jadi jangan ucapin cinta itu kalau pada akhirnya lo bakal ninggalin gue lagi.”
“Harus berapa kali gue bilang kalau gue nggak akan ninggalin lo?”
Aira tersenyum pahit. Gadis itu mencoba untuk menenangkan diri. “Iya, lo emang nggak akan ninggalin gue. Gue percaya. Tapi gue yang bakal ninggalin lo. Itu udah keputusan gue. Gue mohon, jangan halangin gue.”
“Nggak bisa. Kalau lo pergi berarti lo nggak percaya sama gue. Gue bakal ngelakuin apa aja asal bisa sama lo. Kalau perlu, gue bisa tinggalin keluarga gue.”
“Dewa!” teriak Aira terperangah mendengar ucapan Dewa. “Lo nggak tahu gimana rasanya kehilangan keluarga. Gue menderita karena nggak punya keluarga lagi. Sedangkan lo, lo mau ninggalin keluarga yang udah menyayangi lo begitu aja cuma demi pelacur kayak gue. Lo bener-bener gila, Wa!” Aira mengibaskan cengkeraman tangan Dewa di lengannya. Sayangnya dia tidak mampu melepaskan diri.
“Kalau begitu, jangan pergi dari gue.”
Tak sanggup menjawab lagi, Aira menjatuhkan kepalanya di dada Dewa. Seperti yang telah berlalu, Dewa kembali mendekapnya erat. Tak peduli apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya, dia telah bertekas untuk mempertahankan gadis itu. Apa pun yang terjadi.
***
Air mata Nala mengalir tak henti melihat adegan yang semakin merobek hatinya itu. Adegan di mana Dewa memeluk Aira begitu erat. Entah apa alasannya, Nala pun ingin Dewa mendekapnya erat disaat hatinya sedang remuk sekarang. Remasan kuat yang terasa di bahu kirinya tak ada artinya jika itu bukan dari Dewa. Apa pun yang dilakukan Afkar untuk meringankan penderitaannya, belum mampu merasuk ke dalam kalbunya.
“Kita harus pergi dari sini, La,” ucap Afkar di sebelah Nala. Cowok itu juga melihat adegan memilukan dari dua sejoli yang kadang-kadang membuatnya muak karena Dewa menyakiti hati cewek yang disayanginya. “Gue nggak mau lo semakin sedih karena lihat adegan tak berperasaan itu.”
Nala tak menghiraukan kalimat Afkar yang jika diucapkan dalam keadaan biasa tentu sangat menjengkelkan. Tapi apa pun itu, Nala membenarkan kalimat Afkar. Dia harus segera pergi dari sini. harapannya telah sirna seratus persen. Tak ada harapan lagi. Dewa meninggalkannya untuk selamanya.
Perlahan Nala berbalik dan masih dengan remasan kuat di bahunya. Dia berjalan tertatih seolah kakinya lemas tak bertenaga. Tak dibiarkannya suara isakan tangis menggema disaat dia sedang berada di dekat orang lain. Air mata yang mengalir itu hanya di hapusnya cepat sebelu napasnya terdengar sesenggukan.
“Lo mungkin nggak mau denger apa-apa dari gue. Tapi gue harus bilang, lo nggak pantes nangisin orang yang udah bikin lo kecewa. Di mata Dewa, lo nggak lebih berharga dari Aira. Sori gue harus bilang sejujur ini sama lo, La. Gue harap lo bisa berpikir jernih dan ngejalani hidup lo seceria dulu.” Afkar berhenti dan otomatis membuat Nala berhenti juga.
Ketika tak terdengar apa pun dari cowok yang ada di sampingnya, Nala menoleh kemudian mendongak. Saat itu Afkar juga sedang menatapnya.
“Lo jangan pernah lupa,” Afkar memegang kedua bahu Nala dan memandang gadis itu lekat-lekat, “masih ada gue di sini. Gue yang akan selalu sayang sama lo. Lo harus percaya itu.”
Nala tidak mengangguk atau pun menggeleng. Gadis itu hanya diam dan berpaling tanpa menjawab apa pun. Dalam keadaan seperti ini, sulit mencerna hati yang sedang goyah. Meskipun sebenarnya dia harus bersyukur. Disaat dirinya tersakiti, masih ada Afkar yang setia mendampinginya dan memberinya semangat untuk bisa melupakan semua hal yang sangat menyakitkan. Dua kata yang harus diucapkannya sebelum dia melupakan hal itu.
“Terima kasih.”
Aku nggak pernah menyangka, Kak, kalau aku akan sehancur ini. Dulu saat aku belum mengenal cinta, aku selalu merendahkan gadis-gadis yang menangisi cowok yang katanya sangat disayanginya. Aku pikir mereka terlalu berlebihan dan melupakan bahwa dunia ini terlalu indah jika hanya dihabiskan untuk menangisi satu cowok yang tega menyakiti hati wanita.
Tapi sekarang aku sendiri merasakannya, bahkan pada saat usiaku belum genap 16 tahun. Aku merasakan sakit yang teramat sangat. Kisah kita bukan kisah sederhana seperti kisah anak muda lainnya. Kisah kita berkaitan dengan kesadaran sebegitu dalam cintaku saat aku melihat kamu menyatakan cinta padanya.
Ini terlalu rumit. Aku nggak tahu kenapa aku terlibat dalam masalah serumit ini. Bukan hanya tentang kita dan dia, tapi juga keluargamu. Apa pun keputusannya, aku harus harus mensyukuri sesuatu, aku senang pernah mengenalmu dan menjadikanmu seseorang yang pernah mengisi sebagian hatiku.
Aku akan melepasmu, pergilah...
Afkar menarik lembut bahu Nala untuk melanjutkan perjalanan. Cowok itu tak peduli meskipun saat ini dia tak berarti apa-apa bagi Nala. Tak perlu orang lain tahu seberapa tulus dia menyayangi Nala. Tak peduli seberapa kesal Nala mendengar perkataannya yang seringkali menjengkelkan. Dia memang terlalu blak-blakan dan tidak ingin selalu terlihat sempurna seperti pada saat dia masih menjabat ketua OSIS dulu. Sekarang dia bukan siapa-siapa lagi di sekolah. Dia akan segera keluar dari sekolah ini secepatnya. Berpisah sementara waktu dengan Nala. Tapi dia berjanji dan bertekad bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan Nala. Dia bahkan melupakan mimpinya untuk kuliah ke luar negeri hanya karena takut suatu hari merindukan Nala.
Semoga suatu hari nanti kamu bisa menerimaku, La. Menerimaku dengan penuh kesadaran bahwa aku sangat menyayangimu, tak peduli sekali pun kamu menganggapku sebagai pelarian. Aku akan terima itu.
Sekarang aku akan buat kamu melupakannya. Kamu akan menjadikan kenanganmu dengannya menjadi sesuatu yang tak ada artinya lagi. Saat itu benar-benar terjadi, saat itulah kamu bisa dikatakan move on dari Dewa.
Jalan yang akan mereka tempuh masih panjang. Tapi Afkar percaya bahwa dia telah menemukan gadis yang tepat. Dia tak akan berjanji bahwa dia tidak akan jatuh cinta pada gadis lain. Tapi untuk saat ini dan seterusnya, selama Nala tetaplah Nala seperti yang pertama kali dia kenal, dia akan menjaga gadis itu, sekaligus menjaga cintanya.
***
Jangan lupa vote nya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love (Tamat)
Teen FictionDewa menyayangi Nala, gadis polos yang pada awalnya tidak begitu meresponnya, tapi kini telah resmi menjadi kekasihnya. Sayangnya, masalah keluarga yang berat membuatnya bertemu dengan Aira, gadis yang selalu menghindarinya karena berprofesi sebagai...