Bab 26 Perseteruan

1.3K 75 7
                                    

Dewa menghirup minumannya dengan kasar lalu sebelum melemparkan botol itu ke tempat sampah, lebih dulu dia meremasnya kuat-kuat. Wajahnya tampak mengeras dan sorot matanya tertuju pada satu titik yang menandakan dia sedang menahan emosi.

Ketiga temannya tahu pasti bahwa Dewa sedang marah. Dalam situasi seperti ini Dewa tidak bisa diajak bercanda. Lexi yang sering meledeknya juga memilih untuk berbicara seadanya saja tanpa berniat menyinggung.

“Gue heran sama lo, Wa.” Diantara ketiganya, Surya yang paling berani menghadapi Dewa. Dewa pun agak segan untuk membentak Surya. Tidak seperti saat dia menghadapi Lexi atau Azka. “Lo cemburu Nala deket sama Afkar. Tapi lo sendiri deket sama Aira. Dan...” Surya tersenyum mesum, “gue yakin, kedeketan lo sama Aira udah di luar batas.”

Dewa melirik Surya cepat. Tapi bukannya takut, Surya justru tertawa ringan karena merasa tebakannya benar. Sedangkan Lexi dan Azka melongo sesaat.

“Emang udah sejauh itu hubungan lo sama Aira, Wa?” tanya Azka ingin tahu. Tapi Dewa tidak merespon. “Gue lihat-lihat sih, Aira emang cakep banget. Bener-bener tipe cewek yang bikin cowok dateng buat ngelindungi dia.”

“Eh, tahu dari mana lo sampe tahu sedetail itu?” tanya Lexi heran.

“Gue penasaran aja sama cewek yang dikejar-kejar Dewa. Jadi sewaktu habis ke toilet beberapa waktu lalu, gue mampir ke perpus pura-pura jatuhin buku ke kakinya.”

“Jangan bilang lo suka dia,” ancam Lexi pada Azka. Bukan karena tidak setuju jika Azka menyukai Aira. Tapi khawatir Dewa akan berang.

“Ya, nggaklah. Kalau disuruh milih, gue milih Bianca aja.”

Surya menoleh, “Bianca emang belum jadi pacar gue. Tapi gue juga nggak rela kalau lo sampe deketin dia.”

“Elaaah, gue kan bilang kalau gue disuruh milih.”

Dewa yang sedari tadi diam mendengar obrolan teman-temannya menatap Azka tajam. “Apa yang bikin lo pede nggak akan suka sama Aira?”

“Hah?” Azka bingung lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ya... ya lo tahu sendiri lah dia cewek udah banyak yang ngelonin. Gue agak gimana ya...” Azka mengusap lengannya sendiri seperti orang geli.

“Dia terpaksa menjual diri.”

“Gue prihatin sama nasibnya. Tapi gue tetep nggak bisa.”

“Jadi lo udah sejauh itu ngenalin si Aira?” tanya Lexi ingin mengalihkan perhatian Dewa pada Azka. Dia tidak ingin Azka akan menjawab yang lebih mengusik ketenangan Dewa.

“Begitulah. Sekarang dia aman bareng gue. Selama gue booking, kakak tirinya nggak akan lagi bisa maksa dia buat jual diri lagi. Yang jadi pikiran gue sekarang Afkar.”

“Afkar?” dahi Azka mengernyit. “Lo mau gue peringatin dia buat menjauh dari Nala?”

“Kalau mau peringatin Afkar, kita bareng-bareng aja. Biar gemeter tuh cowok.”

“Dia bukan cowok lembek,” sahut Dewa teringat akan tekat Afkar yang terang-terangan akan merebut hati Nala. “Dia jauh lebih berbahaya dari yang selama kita kira.”

“Masa sih? Gue lihat kalau dia lagi mimpin rapat atau berada di lapangan, Afkar ramah dan bukan cowok yang suka bikin onar.” Lexi menyahut.

“Kalau gitu kita samperin sekarang. Gue udah kirim pesan ke sekretaris OSIS, Merita,” ucap Surya enteng tanpa menghiraukan ucapan Lexi. Cowok itu menunjukkan layar ponselnya yang berisi percakapannya dengan Merita.

“Gila lo!” kata Lexi dan Azka berbarengan.

“Oke, kita ke sana.” Dewa tak menggubris kekagetan dua temannya yang semakin kaget saat dia berdiri. Sedangkan Surya hanya tersenyum miring. Cowok itu memang suka melihat perkelahian, menurutnya seru dan menghibur.

***

Afkar tampak tenang ketika melihat empat sekawan itu sudah berdiri berjajar di halaman belakang sekolah. Keempat cowok itu bergaya santai sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Afkar hanya mendengus melihatnya.

Beberapa menit yang lalu, Merita mengatakan kalau Dewa ingin bertemu dengannya. Dia sudah menduga kalau Dewa akan memperingatkannya karena sudah berani melemparkan serangan. Tapi dia pikir Dewa akan datang sendiri. Kenyatannya Dewa datang dengan ketiga temannya. Melihat itu tak urung membuat Afkar tersenyum sinis.

“Mau keroyokan?” tanyanya tak takut sedikit pun ketika tiba di hadapan keempat cowok itu.

“Kalau lo maunya begitu, boleh aja,” jawab Surya dengan senyum panas.

“Ah, gue pasti babak belur kalau dikeroyok,” Afkar berkata seolah itu hanya bercanda. “Tapi nggak papa-lah dikeroyok empat cowok pengecut macam kalian.”

Azka maju untuk mencengkeram kerah Afkar. Dia tak terima dibilang pengecut. Tapi Dewa lebih dulu menghalanginya.

“Gue baru tahu lo pemberani juga ya,” ucap Dewa mengimbangi sikap Afkar yang santai. “Ternyata dibalik gaya lo yang sok ramah, tersimpan tekat yang bikin hari-hari lo dalam bahaya.”

Afkar tertawa ringan. “Akhirnya lo ngancem gue. Buat apa?”

“Pura-pura bego lo!” Azka menyahut. “Lo deketin cewek Dewa!”

“Cewek Dewa.” Afkar menggumam seolah yang diucapkan Azka hanya bualan saja. Tingkahnya itu jelas membuat Dewa geram. Sebelum teman-temannya mencegahnya, Dewa menarik kerah Afkar. Tanpa takut, Afkar membiarkan saja Dewa melakukan aksinya. Tapi mata Afkar menatap penuh amarah.

“Lo nantangin gue. Selama ini gue nggak pernah ada masalah sama lo. Tapi kalau lo pengin uji nyali sama gue...”

“Kak Dewa!”

Sebuah suara memotong ucapan Dewa. Cowok itu menoleh mencari asal suara tersebut. Dia menangkap tiga cewek yang melihat mereka dengan wajah ngeri. Terpaksa dia melepaskan kerah Afkar dengan sekali dorong.

Nala berlari kecil mendekati mereka. sedangkan Bianca dan Dinna hanya diam di tempat. Tapi Dinna masih sempat melihat lirikan Lexi. Dia tahu, Lexi tidak mengizinkannya untuk mendekat.

“Kak Dewa, mau jadi jagoan lagi?” desis Nala sedikit kecewa dengan sikap Dewa yang arogan.

“Dewa cuma peringatin dia supaya menjauh dari lo,” ucap Surya ketika Dewa diam saja menatap gadisnya dengan tajam.

“Kak, gue nggak suka lihat lo berantem, apalagi hanya karena hal sepele. Gue cuma temenan sama Kak Afkar.”

“Sekarang emang masih temenan, La.” Afkar bersuara menjengkelkan. “Besok nggak tahu apa status kita...”

Dewa akan menarik kerah Afkar lagi dengan tangan menggenggam erat. Sayangnya Nala lebih dulu menghalanginya. Dan melihat keteguhan Nala membela Afkar, Dewa menyentak tangan Nala kemudian menarik tangan gadis itu untuk menjauh dari semua teman-temannya.

Nala pasrah dengan apa yang akan terjadi. Berdua dengan Dewa justru merupakan kesempatan untuk berbicara serius dengan cowok itu.

***

Jangan lupa vote tiap part ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote tiap part ya

Secret Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang