Hari perpisahan itu telah datang. Setelah sebelumnya siswa kelas XII menyiapkan diri untuk menempuh Ujian Nasional, kini semua warga sekolah bersuka cita untuk mengadakan acara pentas seni sebagai acara perpisahan dengan murid kelas XII.
Dalam balutan masalah dan tekanan dari berbagai pihak, Aira dan Dewa dapat dengan lancar mengikuti ujian tersebut dan mendapat nilai yang baik. Meskipun nilai itu tak sebagus nilai teman-temannya, mereka sudah bersyukur karena saat didera masalah, sangatlah sulit memusatkan diri untuk belajar.
Di tempat yang berbeda, Nala menyiapkan diri untuk menampilkan sebuah lagu bersama Afkar. Di malam perpisahan dia akan menyanyikannya. Dia berharap Dewa melihat dirinya nanti di atas panggung. Supaya cowok itu tahu seberapa pedih perasaannya. Dipilih sebagai pacara kemudian ditinggalkan untuk gadis lain. Hati gadis mana yang tidak akan sakit?
Meskipun Afkar telah banyak memompakan semangat untuk melupakan yang telah berlalu, tapi tidak semudah itu bagi Nala. Dewa adalah cowok pertama dalam hidupnya. Cowok pertama yang memberikan perhatian padanya. Mana mungkin dia mudah melupakan sosok Dewa?
Nala lebih banyak diam saat detik-detik acara akan segera dimulai. Dia tidak berusaha mencari di mana keberadaan Dewa dan Aira. Dia fokus terhadap dirinya sendiri supaya tidak terbawa perasaan saat bernyanyi nanti.
“Lo yakin mau nyanyi, La?” Bianca agak ragu dengan keputusan Nala. Nala tentu akan lebih percaya diri bermain piano dari pada bernyanyi. Nala hanya mengangguk.
“Kita kan udah pernah lihat Nala latihan nyanyi, Bi. Suara Nala emang bagus. Jadi kenapa harus tanya begitu,” sela Dinna.
“Iya, gue cuma khawatir aja entar di panggung kalau sampai kenapa-kenapa...”
“Jangan berpikir yang nggak-nggak deh, Bi.”
“Gue akan baik-baik aja, kalian tenang aja,” sahut Nala berusaha melegakan kekhawatiran Bianca. Dia tidak mau menunjukkan tangisnya di depan umum. Biar saja Dewa dan Aira yang tahu seberapa sakitnya dirinya dikhianati seperti ini.
“Selama ada gue, Nala akan baik-baik aja.” Afkar berucap mantap di belakang Nala.
Melihat ketegasan Afkar, Bianca hanya mengangkat bahu kemudian dia dan Dinna berlalu untuk menuju lapangan basket yang digunakan untuk acara perpisahan tersebut.
Sebuah pentas besar telah siap, lengkap dengan alat musik dan lampu besar, beserta banner di belakang pentas. Sementara lapangan basket tersebut dibuat seterang mungkin dengan deretan lampu-lampu hingga suasana hampir menyerupai sore hari, padahal langit telah gelap.
Dua host memimpin acara dan dimulai dengan sambutan Kepala Sekolah, perwakilan guru kelas XII, perwakilan wali murid, dan perwakilan siswa kelas XII. Kemudian acara demi acara dimulai dengan tari-tarian, pembacaan puisi, paduan suara, penyerahan penghargaan dan hadiah.
Setelah acara inti dilakukan, beberapa guru dan wali murid meninggalkan tempat karena acara khusus anak muda telah dimulai, yaitu acara musik band dan penyanyi-penyanyi lainnya. Acara itu dimulai dengan suguhan band dari murid kelas XI. Pada acara kedua, nama Nala dan Afkar disebut.
Ada debaran aneh yang muncul saat Nala menaiki panggung. Dia berusaha tersenyum pada Afkar saat cowok itu sudah siap duduk di belakang keyboard. Nala duduk perlahan di dekat Afkar.
Dia menyapa penonton sebentar kemudian samar-samar melayangkan pandangan ke semua arah. Tepat di depan kelas yang remang-remang, Nala melihat Dewa berdiri sendiri tanpa ada siapa pun di samping cowok itu. Mata Dewa mengarah padanya lekat-lekat. Sorotnya sedih bercampur kecewa.
Nala berusaha untuk tidak terpengaruh. Dia memilih untuk berkonsentrasi dengan alunan keyboard yang Afkar mainkan. Kemudian dia mulai menyanyikan lagu Sang Penggoda yang dipopulerkan oleh Tata Janeeta.
Kau dulu pernah bilang
Aku ratu di hatimu sayang
Dan aku ratu di istanamu
Dan dulu pernah kau pun bilang
Takkan pernah tinggalkanku sumpah
Mungkin kau lupaLagu itu dinyanyikan penuh dengan penghayatan oleh Nala. Ketika dia membuka mata dia mengarahkan kembali pandangannya ke seluruh lapangan. Dewa masih di tempat yang sama dengan pandangan seperti tadi. Tak ada perubahan apa pun. Nala kembali melayangkan pandang, akhirnya dia menemukan keberadaan Aira.
Aira berdiri di seberang kelas tempat Dewa berdiri. Jaraknya mungkin sepuluh meter. Dalam mengalunkan lagunya, Nala keheranan kenapa Dewa dan Aira tidak berdiri berdampingan.
Dan kupernah jadi tersayang
Kupernah jadi yang paling kau cinta
Mungkin kau lupa
Dan disaat sang penggoda datang
Kau biarkan dia hancurkan istanaku
Ternyata kau lupa aku ratumuAira terkesiap mendengar lirk reff yang dinyanyikan Nala. Dalam diam, wajah Aira berubah panik. Matanya mengambang. Bola matanya bergerak gelisah. Berulang-ulang lirik itu mengusik ketenangannya.
Dan disaat sang penggoda datang...
Aira menggeleng-gelengkan kepalanya tanda kepanikan semakin menderanya. Nggak, aku bukan perempuan penggoda. Aku nggak pernah menggoda Dewa.
Lagu itu terus mengalun dan mengulang lagi lirik yang sama. Aira tak kuasa mendengar lagu itu lagi. Lagu yang dinyanyikan Nala seolah mengutarakan isi hati gadis itu. Lagu itu dinyanyikan khusus untuk menyindirnya.
Tak tahan lagi, Aira berlari cepat meninggalkan tempatnya berdiri sedari tadi. Dewa yang melihatnya, langsung bergerak cepat untuk mengejar gadis itu. Sementara Nala di atas panggung meneteskan air mata. Dia tak perlu mencari jawaban yang sebenarnya tentang perasaan Dewa. Keputusan Dewa untuk mengejar Aira sudah menjawab semuanya. Bahwa Dewa memang mencintai Aira. Jauh lebih dalam dari cinta Dewa kepada dirinya.
Malam ini, kesakitan hati Nala bertambah berkali lipat. Pada waktu sebelumnya dia masih berharap bahwa Dewa akan memilihnya pada waktu yang akan datang. Tapi kini semua terasa nyata bahwa harapannya adalah semu.
Namun entah dorongan dari mana datangnya, ada rasa tidak terima ketika kesakitannya tidak dihiraukan, Nala turun dari panggung untuk mengejar Dewa. Afkar yang melihat itu juga ikut turun dan mengejar Nala.
***
Komennya untuk cerita ini dong, gimana menurut kalian?
Follow ig : atiya_aw
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love (Tamat)
Ficção AdolescenteDewa menyayangi Nala, gadis polos yang pada awalnya tidak begitu meresponnya, tapi kini telah resmi menjadi kekasihnya. Sayangnya, masalah keluarga yang berat membuatnya bertemu dengan Aira, gadis yang selalu menghindarinya karena berprofesi sebagai...