Ini novel pertamaku yang diterbitkan, juara 2 Lomba Novel Remaja oleh Lumiere Publishing tahun 2018.Silakan yang berminat order untuk menghubungi nomor di atas. Makasih.
.
.
.
.
.
.
.
.Prolog
Langit berwarna jingga setelah matahari terbenam di ufuk barat. Warnanya menyilaukan mata jika menatapnya secara langsung. Tapi keindahannya tak bisa disangkal lagi. Menandakan kuasa Tuhan yang tak tertandingi. Sebuah pesawat melesat tinggi membelah langit. Semakin lama semakin menghilang ditelan awan.
Lolita duduk termenung memeluk lutut melihat pemandangan indah itu di langit. Mengamati kelap-kelip lampu pesawat yang terlihat jelas karena tempatnya berada kini dekat sekali dengan bandara. Ya, dia terpekur sendiri di Pantai Kuta, Bali, yang masih sangat ramai menjelang malam.
Dalam diam, sesekali dia melihat ponsel. Tak ada dering apa pun. Pertanda kekasihnya belum juga memberi kabar. Dia selalu meyakinkan diri sejak awal bahwa hubungan jarak jauh mereka akan baik-baik saja karena rasa sayang mereka tak dapat disepelekan begitu saja.
Dua tahun lamanya dia tidak bertemu dengan kekasihnya. Memendam rindu yang dia sangsi hanya dirinya saja yang merasakannya. Wajah itu... wajah itu selalu terbayang di kepalanya, mengganggu konsentrasinya setiap hari. Wajah seorang gadis yang menyeruak dalam obrolan ketika mereka ber-video call beberapa waktu yang lalu.
“Siapa dia, Max?” tanya Lolita saat itu dengan wajah terkejut. Ketika dia sedang meluapkan rindu dengan memandang wajah Max, tiba-tiba saja seorang gadis muncul di belakang Max kemudian mencium pipi kekasihnya.
Tampak Max juga terkejut, tapi hanya sesaat. Karena kemudian pemuda itu meminta gadis itu untuk pergi. Tapi bukannya segera pergi, gadis itu justru mendekatkan wajahnya ke layar laptop kemudian berkata, “I’m his girlfriend.” Setelah berkata begitu, gadis itu melambaikan tangan dan dengan tenangnya berlalu.
“Jelaskan sekarang, Max!” tuntut Lolita tidak sabar mendengar pengakuan gadis itu sebagai pacar Max.
“Dia Varinda.”
“Dia ngerti pertanyaanku.”
“Dia memang gadis Indonesia.”
“Apa hubungan kalian?”
“Lol, kami cuma teman. Mahasiswa Indonesia sering kumpul bersama, seperti sekarang. Jadi bukan berarti aku dekat dengan dia.”
“Jadi gara-gara dia kita semakin jarang berhubungan?” Mata Lolita panas. Ada butir-butir air mata yang ingin menyeruak keluar. Mati-matian dia menahan untuk tidak menangis di depan Max.
“Jangan salah paham, Lol.”
“Nggak akan salah paham kalau dia nggak cium kamu.”
Bahkan dirinya saja yang sudah menjadi pacar Max sejak SMA, tidak pernah berani mencium, kini justru gadis lain tanpa malu, tanpa takut, mencium Max di depannya.
“Dia memang begitu, suka iseng. Please, jangan marah.”
Iseng? Lolita muak melihat wajah Max yang memelas. Segera ditutupnya layar laptop itu bersamaan dengan air matanya yang meluncur turun tak tertahan. Dia paham beginilah risiko berpacaran jarak jauh. Masing-masing bisa saja tergoda dengan kehadiran orang lain. Tapi jika teringat perjuangan Max mendapatkan cintanya dulu, membuatnya yakin bahwa Max tidak akan pernah tergoda. Mengingat dengan santainya gadis itu mencium Max, itu sudah membuktikan bahwa gadis itu pernah melakukannya sebelumnya. Terlihat tidak canggung sama sekali.
Tak terasa air mata kembali turun teringat hal itu. Lolita mendongak melihat kembali awan merah yang berarak, berharap tangisannya terhenti dengan sendirinya. Beberapa menit kemudian ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Max.
Kamu marah kalau aku jalan sama Varinda?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love (Tamat)
Teen FictionDewa menyayangi Nala, gadis polos yang pada awalnya tidak begitu meresponnya, tapi kini telah resmi menjadi kekasihnya. Sayangnya, masalah keluarga yang berat membuatnya bertemu dengan Aira, gadis yang selalu menghindarinya karena berprofesi sebagai...