Biang Onar

6.4K 557 51
                                    

Shani merasa hidupnya tidak akan sama lagi setelah Gracia datang, bahkan sejak lima tahun lalu. Dia memang lebih pemberani, tapi jika di banding Gracia, jelas saja keberaniannya tak sebanding. Buktinya, baru saja dua hari Gracia pindah, dia sudah mendapat banyak teman.

Aurel tergesa memasuki kelas, nafasnya terengah. Shani yang melihatnya menatapnya heran.

"Hah hah hah, S-shan Gracia berantem di kelas 12 Ipa 3" ujar Aurel di tengah tarikan nafasnya.
Shani segera menutup bukunya dan berlari keluar kelas dan menuju kelas yang tadi disebut Aurel. Nafasnya tercekat melihat pemandangan di depannya.

Disana di depan kelas, Gracia sedang menghajar senior cowok yang di ketahui bernama Fadil. Wajah Gracia sudah babak belur, tapi wajah Fadil lebih parah lagi.

"Anjing, banci lo. Rasain nih"

BUGH BUGH BUGH

Siswa siswi yang melihat kejadian itu hanya diam saja, tak ada yang berniat untuk melerai. Tatapan Gracia sangat tajam menatap cowok di bawahnya yang sudah tak berdaya. Sisi lain seolah menguasai Gracia sekarang, wajah memerah dan nafas terengah, persis seperti orang kesetanan.

Shani segera berlari dan menarik Gracia menjauh.

Tapi Gracia memberontak dan hendak menerjang Fadil kembali. Dengan tenaga yang tersisa, Shani memeluk Gracia dari belakang.

"Please, tahan diri kamu" bisik Shani.

Seakan mendengar sebuah mantra sihir, tatapan Gracia perlahan melunak. Tapi dia tak membuang pandangannya dari Fadil, "sekali lagi lo gangguin Shani, pulang tinggal nama lo" ancam Gracia. Dia lalu menarik Shani pergi dari sana, meninggalkan Fadil yang bangun saja tidak mampu.

Dari kejauhan, sepasang mata yang melihat keributan itu sambil menggeleng. Saat melihat Gracia keadaannya jauh lebih baik dari Fadil, seseorang itu melebarkan senyumnya.

Makin penasaran kan gue jadinya sama tuh anak.

---

Shani sedikit menekan luka diujung bibir Gracia.

"Aw, pelan pelan dong Shan. Kalo gak ikhlas sini biar gue sendiri." pekik Gracia.

"Aku tau kamu jago berantem, tapi gak usah digedein gitu lah masalahnya." tutur Shani.

Gracia kembali menggeram mengingat kejadian tadi. Tadi saat Gracia hendak mengambil buku di loker, dia iseng membuka loker Shani. Karena memang kuncinya menempel. Tapi Gracia malah terkejut dengan isinya.

Banyak sekali teror yang dialamatkan kepada Shani. Satu yang paling mencolok, yaitu sebuah kotak yang berisi, maaf, kondom dengan masih ada spermanya.

Untung saja disitu tertera setidaknya nama kelas si pengirim.

Dasar bajingan gila. Batin Gracia.

Dia lalu mendongak, menatap Shani yang berdiri di depannya. "Kenapa lo gak bilang, kalo setiap hari di loker lo ada yang naroh hal gak bener"

Shani merutuki kebodohannya, dia menyesal kenapa dia tak melarang Gracia lebih awal untuk tidak membuka lokernya.

"Kenapa diem? Gue tau dari duo A tadi"

Dengan telaten, Shani membersihkan luka di wajah Gracia. "Aku udah gak gunain loker aku. Lagian siapa yang mau nolongin orang kaya aku."

Gracia menatap Shani kesal. "Kalo ada masalah itu dihadapi Shan, bukan lari. Kalau lo takut sendirian, ajak gue. Itu gunanya teman Shan" ujar Gracia.

Shani telah selesai membersihkan luka Gracia, tapi posisi mereka tidak berubah. Gracia yang duduk di ranjang, dan Shani yang berdiri di depannya.

Shani sedikit menunduk meneliti wajah sahabatnya, wajah yang jauh dari kata baik baik saja. Babak belur sana sini, sangat bukan ciri ciri gadis baik baik. Tapi wajah inilah yang dulu sangat dirindukannya setiap akan tidur, wajah yang babak belur karena mati matian membelanya.

"Kenapa kamu selalu lindungin aku?. Aku ini hanya nyusahin kamu aja." pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Shani.

Gracia diam saja, dirinya seolah hanyut dalam tatapan Shani. Entahlah, dia betah sekali memandangi Shani berlama lama seperti ini. Lima tahun sukses merubah Shani menjadi seorang yang sangat cantik. Tangannya tanpa sadar terulur untuk melepas kepangan rambut yang menjuntai di kedua bahu Shani.

Gracia menyusupkan jari jarinya di helaian rambut Shani, menyisirnya perlahan. Dia lalu menarik wajah Shani dan mendaratkan kecupan di sudut bibir Shani.

"Karena hanya itu yang bisa aku lakukan" bisik Gracia.

Shani memejamkan matanya, menikmati sebentar saja berada se intens ini dengan Gracia. Saat tersadar, dia segera menarik tubuhnya menjauh, jantungnya berpacu tak karuan jika Gracia sudah dalam mode menggoda seperti ini.

"S-sebaiknya kita kembali ke k-kelas" gugup Shani.

Gracia hanya menatap geli ke arah Shani. Sahabatnya itu sangat lucu jika sedang gugup seperti ini.

Di jalan menuju ke kelas, tatapan para siswa tak pernah lepas memandang Shani. Mungkin semua heran, kemana gadis aneh yang selalu mereka cemooh. Kini hanya ada gadis cantik yang terlihat malu dan gugup.

Gracia yang ada disamping Shani mengulum senyumnya. Tak sia sia usahanya melepas kepang sialan Shani tadi.

Di dalam kelas pun sama, semua seakan heran, kemana saja mereka selama ini sampai tidak tahu, bahwa ada bidadari yang sedang menyamar menjadi gadis aneh.

Sedangkan duo A, sudah menjatuhkan rahangnya di meja. Oke ini lebay.

"Gila, ini beneran elo Shan?" tanya Angel setelah Gracia dan Shani duduk di bangkunya.

Shani yang melihat itu langsung menarik Gracia, menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Gracia. "Gre, aku malu" ujar Shani.

Gracia melepaskan pelukan Shani lalu mengangkat dagu Shani agar tidak menunduk. "Denger gue, lo itu cantik. Jangan pernah nundukin kepala elo karena gak pede. Angkat dagu elo, tunjukin kalo elo tuh gak pantes di perlakuin kayak gini" tutur Gracia.

"Tapi aku takut"

"Buang semua takut lo, berapa kali bilang. Gue bakal selalu disamping lo. Lo itu cantik, bener gak guys?" tanya Gracia pada duo A.

"Bener banget Shan, beda sama Gracia yang mukanya kayak preman kesasar di sekolah" jawab Aurel.

Gracia lalu melempar Aurel dengan buku yang di meja. "Sialan lo"

"Beneran kamu bakal tetep disamping aku?" tanya Shani.

"Janji" Gracia lalu menarik tangan Shani dan pinky promise yyeeyy.

"Kita juga bakal selalu jadi temen elo kok Shan, lo tau kan selama ini kita gak bermaksud jauhin elo?" kata Aurel.

"karena kita takut jadi korban kayak elo, tapi sekarang kan ada Gracia, jadi kita gak takut lagi. Soalnya dia pasti lindungin kita juga, kita kan teman pertamanya hehehe" tambah Angel.

Gracia rolling her eyes, "mana mau gue lindungin kunyuk berdua kayak lo, sana ke hutan lindung aja."

...

Bel pulang sudah berbunyi, Gracia sedang berjalan berdua dengan Shani di koridor.

Bruk!!

Tbc

Nah loh, kenapa tuh?

Jujur aja, saya pribadi kehilangan feel sama nih cerita 😥 apa saya unpub aja ya 😖

Penyakit author amatiran gini nih.

Lihat kedepannya aja deh gimana.

Keyhole💜

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang