Gracia masih meringkuk di bawah selimutnya, tak perduli jika cahaya matahari sudah memenuhi kamarnya. Dia meraba raba kasurnya, mencari keberadaan hapenya. Saat sudah menemukannya, matanya membelalak kala melihat pukul berapa sekarang.
"Mati gue, udah jam tujuh.. Huuuaaa"
Dengan kecepatan yang ia bisa, dia segera masuk ke kamar mandi. Mencuci muka dan gosok gigi, tak usahlah mandi, takut makin telat juga kan.
"Ini kenapa Shani gak bangunin gue sih?... Oh iya, gue kan sekarang ada di basecamp yak, goblok."
Gak ada waktu buat nyalahin orang, mendingan dia sekarang cepet cepet buat ganti. Selesai dengan urusan seragam, dia segera meraih kunci motor dan berlari menuruni tangga. Tak memperdulikan sapaan dari anak buah David.
Dengan kecepatan diatas rata rata, Gracia bisa sampai di sekolah hanya dengan kurun waktu 10 menit. Sekarang yang harus dia pikirkan adalah bagaimana caranya dia bisa masuk.
Dia lalu turun dan melongokkan kepalanya ke dalam. "Duuuh ini satpamnya kemana sih?"
Setelah menunggu beberapa menit, dia akhirnya memutuskan untuk menuju ke belakang sekolah saja dan menitipkan sepedanya di warung dekat situ.
"Oke, ini kayaknya jalan buat anak bolos nih biasanya, kelihatan gak ada pagar durinya diatas"
Setelah mengambil ancang ancang, Dengan cepat Gracia melempar tasnya melewati pagar, setelah itu barulah ia melompat dan memanjat.
Hap
Dia mendarat dengan sempurna. "Waaah jago juga gue"
"Iya jago, sekarang cepat ke lapangan dan berdiri disana sampai istirahat pertama. Cepat!!!."
Gracia berjingkat, dia segera mengambil tasnya dan berlari dari sana. Lebih baik dia segera menjalankan hukumannya daripada mendengar pak Dion ceramah.
Jam istirahat pertama itu pukul setengah sepuluh, dan sekarang masih jam delapan. Oke, kayaknya Gracia harus bersabar kali ini.
"Ini kok langitnya bersih banget, gak ada awan kek gitu buat ngurangin panasnya. Huf"
Gracia mengipas ngipas tangannya ke wajah, padahal itu tak ber efek sama sekali. Dia mendongak ke atas, ke arah kelasnya. Dari sini dia tak melihat ada siswa yang berkeliaran, jadi pasti di kelasnya sedang KBM.
Matahari sedang semangatnya memancarkan sinar. Sekarang seragamnya sudah basah oleh keringat, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Dia menoleh kesana kemari, memastikan tak ada yang melihatnya, setelah dirasa aman dia segera berlari dari sana sambil membawa tasnya.
Gracia menunduk memegangi lututnya, nafasnya terengah. Dengan langkah gontai, dia memasuki kelasnya. Untung saja guru yang mengajar sedang keluar, kehadirannya mengundang tatapan dari seluruh kelas, tapi dia mengacuhkannya.
Gracia melempar tasnya dan segera duduk. Shani lalu mengambil air mineralnya dan diberikan pada Gracia, yang disambut dengan baik. Dia lalu mengambil kunciran disakunya dan menguncir rambut Gracia agar tidak kegerahan. Dia lalu mengipasi Gracia dengan bukunya, oke dia seperti dayang Gracia sekarang.
"Tumben lo telat, kenapa?"
Pertanyaan Aurel membuat Gracia menoleh ke belakang, lalu menatap Shani disampingnya. "Lo kenapa gak bangunin gue sih Shan?"
Gerakan mengipas Shani terhenti, dia tidak langsung menjawab. "Aku pikir kamu udah berangkat duluan."
Gracia mendengus, dia lalu beranjak berdiri dan keluar. Mengundang tatapan tanya dari temannya.
"Lah, dia ngambek?" tanya Angel.
"Susulin gih Shan."
Shani segera menyusul Gracia, ternyata dia hanya berdiri di depan kelas sambil melihat ke lapangan basket di bawah.