Pagi ini Gracia dan Shani terlihat sudah segar, tanda bahwa mereka sudah mandi. Ya kalo pagi mah Gre selalu mandi, Gre gak sejorok dan semales itu kok.
Langkah kaki mereka terhenti di tengah tangga, di meja makan terlihat ayah David sudah duduk disana. Lengkap dengan Veranda yang menyiapkan makanan untuk mereka semua.
"Pagi sayang sayangku, ayok sarapan dulu."
Gre dan Shani turun dengan canggung. Melihat itu David bersuara. "Santai aja kali, ayah gak akan jadiin kalian sarapan kok."
"Pagi Yah, udah daritadi?"
"Lumayan, tapi gak selama itu kok."
Shani duduk berhadapan dengan Veranda, dan Gracia dengan David. Tak ada percakapan yang berarti selama sarapan, hanya obrolan ringan seputar sekolah dan kegiatan sehari hari.
Kini mereka semua berada di ruang keluarga, menonton film bersama. Film Korea yang berjudul The Divine Fury. Semua terlihat fokus dengan jalan cerita film ini, hingga suara David membuyarkan mereka.
"Ayah gak tahan diem dieman sama Gre, jadi mungkin udah saatnya kita bahas lebih lanjut. Mumpung ada mama juga disini." David mengecilkan volume tvnya.
Veranda menatap David jengah. "Kamu yang jauhin Gre, kenapa kamu yang gak betah. Dan lagi, berkunjung ke rumah orang saat sarapan itu mengganggu."
David mengalihkan pandangannya pada Veranda, Greshan? Mereka hanya menonton perdebatan yang lebih menarik ini.
"Jadi aku udah gak boleh ganggu kamu lagi?" tanya David.
"Yah tentu dong, kita udah gak ada hubungan penting lagi selain mantan seorang yang pernah bersama." jawab Ve.
"Kamu dulu buang Gre, lalu kenapa sekarang ada disini lagi?"
"Gre udah tau yang sebenernya, kamu yang jahat karena menutupi masalah aslinya."
"Aku menutupinya karena gak mau Gre kayak kamu!"
"Dan aku juga gak mau Gre jadi kayak kamu!" balas Veranda.
Atmosfer ruangan ini memanas, baik Shani ataupun Gre tak ada yang berani menginyerupsi. Bahkan nafas aja mereka jadi pelan, takut ganggu jalannya debat.
"Lagian aku udah tau yang mau kamu omongin, aku udah restuin mereka. Gak ada yang salah sama mereka." ujar Ve santai.
David mengusap wajahnya kasar. "Jelas ini salah Veranda, Gracia perempuan dan Shani juga. Agama dan Negara sudah jelas menolak mereka bersama."
"Om kita udah bahas ini sebelumnya." kata Shani, dia sudah lelah dengan anggapan David. Kurang apa cintanya pada Gracia, cinta itu gak pernah salah, gak bisa memilih kepada siapa akan jatuh.
"Lalu yang menurut kamu benar itu yang bagaimana?" tanya Ve.
"Gre boleh sama siapapun, asal dia sama LELAKI, bukan perempuan."
"Dan aku udah bilang sama ayah, aku cinta sama Shani bukan karena Shani perempuan." Gracia kira selama ini ayahnya merenung untuk mendalami dirinya, ternyata masih sama saja.
David sudah emosi sekarang, dia menatap Veranda tajam. "Ini salah kamu, kamu ninggalin Gracia saat dia sedang mencari jati dirinya. Lihat dia sekarang."
"Gak ada yang salah sama Gracia, David! Dan sekali lagi, aku gak pernah ninggalin Gracia. Kamu selalu nyalahin Gracia soal perasaan dia, bisa kita hilangkan soal gender dan lihat dengan benar apa yang Gracia rasakan?"
"Aku gak bisa melihat dengan benar untuk sesuatu yang dari awal sudah tidak benar."
"Aku gak mau ngomong ini sebenernya, tapi aku harus biar kamu sadar."