Kedekatan Gracia dan Edgar mengundang gosip di seluruh sekolah. Kabar bahwa mereka berdua menjalin hubungan cepat menyebar, apalagi tak ada sanggahan dari kedua pihak. Baik Edgar maupun Gracia tampak adem ayem saja.
Tak sedikit siswi yang merasa patah hati karena sang pangeran sekolah sudah milik orang. Apalagi orang itu adalah Gracia, sang siswi baru disekolah yang banyak mencuri perhatian karena sempat menghajar seorang siswa.
Shani meremas ujung seragamnya kala pendengarannya menangkap sebuah bisikan mengenai sahabatnya. Dia menatap bekalnya tanpa minat, rasa lapar yang sedari tadi mengganggunya hilang entah kemana. Gracia sudah ke kantin bersama duo A dan Edgar tentunya.
Suara geseran kursi mengalihkan perhatiannya, dia menatap dua orang di depannya yang sedang menatapnya.
"kenapa belum dimakan?" tanya Gracia.
"udah gak laper" jawab Shani malas dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, disana juga ada Edgar. Kemanapun Gracia pergi kayaknya Edgar selalu mengikutinya, kayak anak itik sama induknya. Membuat Shani merasa kesal.
Gracia menghela nafasnya, meraih kotak bekal Shani. "sini gue suapin, kita makan bareng ya. Gue juga laper soalnya hehehe"
"yeeee, tadi diajak makan dikantin kagak mau" sewot Edgar.
"kalo ada yang gratis, ngapain bayar"
Edgar mendengus dan memilih memainkan handphone nya. Sesekali melirik pada Gracia dan Shani.
Dengan telaten Gracia menyuapi Shani dan dirinya sendiri tentunya. "ini nasgornya enak banget, besok bawa lagi ya Shan"
Shani mengangguk dengan mulut masih mengunyah, dia lalu hendak mengambil sendok di tangan Gracia, berniat makan sendiri. "hahu biha hendiri (aku bisa sendiri)"
"telen dulu elah, biarin napa sih gue suapin. Katanya kalo disuapin orang yang disayang itu rasanya makin enak tau" Gracia menyeka sudut bibir Shani, padahal tidak ada apa apa disana. Dasar modus.
Edgar yang merasa diabaikan, memanyunkan bibirnya. Dia lalu meminum isotoniknya dengan rakus. "terus aja lo berdua cuekin gue"
Gracia dan Shani menoleh, tapi Shani lebih dulu memalingkan mukanya.
"lo kalo gak ada kepentingan, balik sono ke kelas lo" usir Gracia.
"iya iya, tapi nanti malem jadi kan?" tanya Edgar.
Gracia hanya mengacungkan jempolnya, karena mulutnya sedang penuh. Dia lalu gantian menyuapi Shani.
Saat melihat Edgar sudah pergi, Shani menatap Gracia dengan serius. "Gracia"
Gracia menoleh sebentar lalu menutup kotak makan yang isinya sudah tandas. Dia mengambil air mineral yang tadi dibelinya dan meminumnya.
"aaaaaahhhh" Gracia mendesah lega saat tenggorokannya terasa segar. Membuat Shani yang mendengar merasa aneh.
'harus banget ya pake ndesah gitu?'
"mau ngomong apa?"
Shani menundukkan kepalanya, tak berani menatap Gracia. "bisakah kamu tidak pergi dengan Edgar?"
Gracia mengernyit, dia lalu menarik dagu Shani agar menatapnya. "liat gue kalau lagi ngomong, kenapa?"
Shani dengan gugup mengedarkan pandangannya ke segala arah, asal bukan pada mata Gracia. Haruskah dia berkata jujur bahwa dia merasa cemburu akan kedekatan mereka berdua.
Gracia masih menatap Shani yang kelihatan gugup. Dalam hati, dia tersenyum melihat tingkah Shani. Dia sudah tau kalau Shani cemburu, hanya saja dia ingin Shani mengatakannya langsung.
Suara bel menyelamatkan Shani dari situasi ini. Dia mendesah lega, Dengan segera dia mengeluarkan buku dan memperhatikan guru yang memasuki kelasnya.
.
..
...Di perjalanan pulang, Gracia sengaja memelankan laju motornya. Menunggu Shani melanjutkan obrolannya yang tadi sempat tertunda. Tapi nampaknya Shani tak berniat melanjutkannya.
Shani memajukan wajahnya, agar suaranya terdengar Gracia. "kok tumben pelan banget?"
Gracia menoleh, membuat bibirnya tak sengaja menempel di sudut bibir Shani. Membuat Shani tersentak.
Gracia terkekeh, "kenapa kaget gitu? Bukannya udah biasa ya?"
Dengan gemas, Shani mencubit pinggang Gracia. "ya ini kan di jalan, malu tau"
Perkataan Shani malah membuat tawa Gracia makin keras. "Oh jadi kalau gak di jalan mau dong hehehe"
Shani tidak menjawab, dirinya masih sibuk menetralkan debaran jantungnya. Belum selesai dengan itu, tangan Gracia menggenggam tangan Shani yang melingkar di perutnya. Jadi Gracia menyetir hanya dengan satu tangan.
"Tenang aja, gue gak mungkin pacaran sama Edgar kok"
Shani mencerna perkataan Gracia, pipinya memerah kala menyadarinya. Berarti tanpa sadar Gracia sudah menjamin bahwa dirinya tak akan melukai Shani.
'ah memikirkannya saja membuatku se senang ini.'
Tbc
Haaaaaiiii, akhirnya saya update lagi. Masih ada yang nungguin gak? 😅
Seperti biasa, Vote dan komen jangan lupa..
Keyhole 💖