Kita Dulu

4.6K 439 11
                                    

Shani memandang Gracia kecil dengan heran. Pasalnya Gracia setiap main dengannya selalu saja masih memakai seragam sekolah. Kali ini dia masih memakai seragam olahraganya.

"Kamu gak ganti baju dulu?." Tanya Shani pada Gracia yang gegoleran di lantai teras rumahnya.

Gracia menggeleng, "enggak, besok juga udah gak dipake. Sekalian kotor."

Shani hanya mengangguk. "Kita mau main apa sekarang?."

Gracia bangun, lalu menarik tangan Shani untuk berdiri. "Om, Tante!!! Ci Shani aku ajak main ya." Teriak Gracia.

"Iya, sebelum maghrib harus udah pulang ya." jawab Dira dari dalam.

"Tuh udah dikasih ijin, ikut aku yuk."

"Ci?." Tanya Shani heran.

Gracia menghentikan langkahnya. "Iya, ci. Kamu kan lebih tua dari aku."

"Kamu? Aku?." Shani dibuat bingung dengan tingkah Gracia saat ini. Kenapa mendadak panggilannya berubah dan kata Gracia juga udah gak pakai elo-gue lagi.

Gracia menghela nafasnya, "Kenapa sih?. Aku emang lagi pengen begini, gak salah kan?."

Shani hanya menggelengkan kepalanya, masih berusaha mencerna perubahan Gracia.

Sebelum benar benar keluar, Gracia menoleh ke dalam garasi Shani. "Itu sepeda masih bisa dipakai kan?." Tunjuk Gracia pada sepeda mini itu.

"Masih kok, kenapa emang?."

Gracia menggaruk pipinya, "Bisa bonceng aku gak? Aku pengen banget ngerasain di bonceng cici." Tanya Gracia sambil menunduk dan nyengir cantik.

Shani menggeleng gemas, tidak tahan, dia lalu menjapit hidung Gracia. "Bisa kok, tunggu ya."

Senyum Gracia semakin lebar saat melihat Shani menuruti keinginannya. Jikalau bisa ujung bibirnya sampai tertarik ke masing - masing telinga hehehe.

"Ayo naik."

Gracia segera duduk di boncengan dan merangkul pinggang Shani dengan erat. Shani terkekeh pelan, "Kita cuma mau main sepedah loh, bukan mau balapan. Harus banget ya meluknya erat gitu?." Tanya Shani sambil mulai mengayuh sepedanya.

Shani merasakan Gracia mengganggukan kepalanya, karena kepala Gracia menempel tepat di punggungnya. "Iya dong, biar gak jatuh. Ya kalo jatuh cinta gak sakit, lah kalo ini pasti sakit."

"Kata siapa jatuh cinta itu gak sakit" kata Shani sepelan hembusan angin.

"Apa ci?."

Shani gelagapan. "E...enggak kok, ini kita mau kemana?."

Gracia lalu berdiri di boncengan Shani, yang ternyata ada bostepnya (pijakan di bawah boncengan), membuat keseimbangan Shani sedikit hilang. Dia merangkulkan tangannya pada pundak Shani. "Itu di depan kita belok kanan, terus mentok ya."

Alis Shani mengerut. "Mentok? Itukan jalan buntu, ngapain kita kesana?."

"Udah ikutin aja, ada yang mau aku tunjukin."

Shani menurut dan segera membelokkan sepedanya. "Kalo mentok berarti masih agak jauhan."

Gracia hanya mengangguk, dengan posisi masih berdiri. Dengan iseng dia menciumi rambut belakang Shani.

Cup cup cup

"Kamu kenapa sih?" Tanya Shani.

"Gak papa, suka aja sama wangi rambut cici." Gracia kembali menciuminya.

Kayuhan sepeda Shani memelan, jantungnya tiba tiba berdetak tak wajar. Ada apa dengan dirinya? Ini hanya Gracia. Teman dia satu satunya. Lantas kenapa rasanya berdebar saat Gracia mencium kepalanya dan merangkulnya.

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang