Gimana nih, saya menolak tamat 😂 baca aja dah ya
...
Suara deringan ponsel membuat Shani perlahan terjaga. Dia lalu mengambil sumber suara itu, yang ternyata ponsel Gracia. Rupanya Gadis itu terbiasa menggunakan alarm saat dirumah. Tapi tunggu, Shani menoleh. Ini kenapa malah Gracianya tetep anteng dan gak kebangun.
Shani menggeleng pelan dan tersenyum. Memorinya mengarah pada kejadian tadi malam, semburat merah di wajahnya yang putih tak bisa dia sembunyikan. Dia lalu menoleh dan mengecup dahi Gracia.
"Sayang, bangun. Nanti telat loh ke sekolah."
Melihat Gracia yang menggeliat, dia terkekeh dan menarik hidung Gracia gemas. Sebelum dia tergoda melakukan hal yang lain, Shani segera bangun menuju kamar mandi.
Sedangkan Gracia mulai membuka matanya dan menguap. Setelah mengumpulkan nyawanya, Gracia meraih ponselnya dan beranjak bangkit keluar menuju balkon. Dia mau mandi di rumahnya, ya masak mau mandi bareng sama Shani. Itu mah mau kalian.
...
Setelah Shani selesai bersiap - siap, dia segera turun dan pamit pada orang tuanya.
"Pah, mah Shani berangkat dulu ya, maaf gak bisa sarapan." Shani menyalami mereka, tak lupa mama Shani memberikan bekal.
"Ini ada dua, satunya kasih buat Gracia ya."
Setelah pamit, Shani mempercepat langkahnya menuju rumah Gracia. Dari jauh Gracia terlihat sudah siap di samping mobilnya yang sedang dia panasi di garasi.
Setelah berada di samping Gracia, Shani menggeleng. Bagaimana tidak, penampilan Gracia sungguh jauh dari kata pelajar. Kancing seragam yang di buka semua, memperlihatkan tanktop putih yang dia pakai. Dasi yang hilang entah kemana.
"Kamu mau sekolah atau mau bantuin preman pasar malak?." Tanya Shani sarkas.
"Ya mau sekolah dong, kenapa tanya gitu?."
Shani kemudian mendekat, mengancingkan seragam Gracia satu persatu. Dia bingung, ini seragamnya yang kekecilan atau Gracia yang seksi sih. Saat Shani hendak mengancingkan di bagian dada Gracia, dia meneguk ludahnya. Ukurannya sangat pas, maksudnya seragam Gracia terlihat pas atau kekecilan. Jangan mesum kalian.
"Ini besok aku gak mau tau kamu harus ganti seragam." Kata Shani ketus.
Gracia mengernyit. "Kamu kenapa dari tadi ketus banget sih?. Tamu kamu dateng?."
"Dasinya mana?."
Karena tak kunjung di jawab, Shani mengambil dasi cadangan yang ada di kantong roknya. Dia sengaja membawanya, karena belakangan ini dia sering melihat Gracia tidak memakai dasi.
Saat Shani sedang menyimpul dasinya, dengan iseng Gracia menarik pinggang Shani mendekat. Dia terkekeh melihat Shani salah tingkah. "Gak usah gugup gitu dong yang."
Semburat merah semakin kentara di wajah Shani. Dia lalu mendorong Gracia menjauh dan masuk mobil duluan.
Tawa Gracia semakin keras, bahkan senyumnya dari tadi tidak luntur sepanjang jalan. Membuat Shani memberengut kesal.
Saat memasuki parkiran, terlihat Aurel sudah berdiri di sana. Tidak heran lagi, pasti menunggu contekan dari Gracia. Lihat, baru saja mereka berdua turun Aurel sudah berdiri di samping Gracia dan mengikutinya.
"Kenapa lu cengar cengir gitu?."
Tanpa aba aba Aurel memijat pundak Gracia. "Hehehe biasa lah bos, B. Inggris udah kan?."
Gracia menepis tangan Aurel. "Udah, kenapa emang?. Gak mau gue bagi kali ini."
Aurel merengut kesal. "Halah, kok pelit sih lo sekarang. Gue nyontek Shani aja dah."
![](https://img.wattpad.com/cover/155258602-288-k262009.jpg)