45

4.2K 373 48
                                    

Drrrtt drrtt

Entah apa yang merasukimu~

Deringan ponselnya memaksa seorang Gracia untuk segera membuka matanya. Tangannya meraba raba meja samping tempat tidurnya.

Klik

"Halo"

Sapa orang diseberang sana. Tanpa melihat Display Name si penelpon, Gracia sudah hafal betul suara siapa itu.

"Iya sayang, ini bangun kok. Lagian ini kan hari jumat, santai dulu lah ya."

Si penelpon yang ternyata adalah kekasih Gracia yang cantik jelita, menawan rupawan dan aduhai manisnya a.k.a Shani Indira mendengus malas.

"Semua hari sama aja, ayo cepet bangun. Aku udah siap nih."

Gracia menyibakkan selimutnya dan segera turun dari ranjang. Dia membuka gorden pintu balkonnya dan membukanya. Udara pagi yang walaupun tidak sesegar di desa, mendesak masuk ke paru parunya. Saat dia keluar, Shani sudah berada di samping balkonnya. Ingat, balkon mereka sebelahan.

Shani terlihat kesal menekan hpnya. Dia sudah lengkap memakai seragamnya. "Kok bisa baru bangun sih?"

Sedangkan Gracia, dengan muka bantalnya hanya nyengir saja. Dia menopang dagunya sambil menatap Shani menggoda. "Hari ini aku gak masuk, kamu masuk aja ya."

"Loh, kok gitu?"

Gracia semakin semangat menggoda Shani, jadi Shani beneran lupa nih. Dia mengerlingkan matanya genit. "Aku mau ngurus KTP sayang. Lupa ya?"

Ohiya Shani baru ingat, Gracia meskipun setingkat dengannya kan usia mereka terpaut satu tahun. Jadi dia baru 17 tahun sekarang. "Ya masuk aja dong, kan kalo dokumen kamu lengkap suruh siapa aja kek gitu. Kan orang suruhan ayah kamu banyak."

"Nah kan, kamu lupa juga. Ayah gak ngijinin aku gunain fasilitas beliau juga. Gak inget waktu mobilku mogok dan akhirnya kita harus usaha sendiri nyari kang bengkel?"

Setelah Gracia mengatakan itu, dia jadi ingat saat itu. Sudah hampir sebulan ayah Gracia belum menegur Gracia. Bahkan Gracia beberapa kali sudah mencoba meyakinkan ayahnya. Kalau saja rumah Gracia pemberian ayahnya juga, maka sudah dipastikan Gracia tidak boleh menempatinya juga.

Melihat Shani yang melamun, Gracia segera melompat ke balkon itu. "Aku tau yang kamu pikirin, maaf kalau aku masih selalu menjadi beban pikiran kamu. Aku harap kamu bersabar ya."

Lihatlah, bagaimana Shani bisa meninggalkan kekasih menakjubkan yang InsyaAllah berkah ini. Melihat Gracia saja sesuatu dalam dirinya selalu membuncah. Shani segera menarik Gracia dalam pelukannya. "Aku juga berharap kalau kamu gak pernah nyerah buat perjuangin aku. Jadi, mari kita berjuang bersama ya."

"Wkwkwk kayak member jeketi aja kamu."

Shani mendengus malas, selalu aja kalau merusak suasana Gracia itu juaranya.

Gracia mendongakkan wajahnya, tersenyum menatap Shani. "Kamu kok wangi banget sih Ci. Aku jadi sendu."

Shani mengernyitkan dahinya. "Sendu?"

"Seneng ndusel." setelah mengatakan itu, Gracia mengecup singkat pipi Shani. Yang langsung Shani lepaskan pelukannya.

"Kamu belom mandi, bau iler." Shani sok ngambek, padahal mah matanya lagi sibuk ke segala arah asal gak ke Gracia.

Melihat tingkah pacarnya itu, eh atau bukan pacarnya tapi pemilik hatinya, Gracia terkekeh dan memeluk Shani sangat erat. Bahkan kini Gracia sengaja mengusap usapkan wajahnya di pundak Shani.

"Nih nih nih, rasain. Biar kamu bau iler semua."

Sedangkan Shani meronta ronta cantik walau tak berhasil. "Iihh kamu, aku Mau bolos juga deh."

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang