Berjalan berdua dengan tangan saling menggenggam memang terasa menyenangkan. Gracia dan Shani sore ini sedang berada di taman kota, menikmati hari minggunya.
"Kamu beneran gak mau bilang pingin apa, soal taruhan kita itu?." Tanya Shani.
Gracia menoleh dan tersenyum, "Enggak sayang, lagipula aku gak menang kan?. Aku harus sportif."
"Aku gak keberatan nurutin kok, asal aku bisa lakuin itu. Aku cuma menghargai usaha keras kamu."
Gracia menarik tangan Shani untuk duduk di salah satu bangku. Dia masih bergeming, memandangi pasangan muda mudi yang di mabuk cinta. Sama sepertinya.
Helaan nafas keluar dari bibir Gracia. "Aku hanya ingin kita terus bersama seperti ini Shan, aku gak bilang bakal mudah. Dan aku juga gak akan bosan untuk selalu minta agar kamu tetep sama aku."
Merasa aneh dengan tingkah Gracia, Shani menatap wajahnya lekat. "Tanpa kamu minta pun aku bakal lakuin itu, kamu kenapa hem?."
Deringan ponsel Gracia mengalihkan perhatian keduanya, Gracia mengambilnya dan melihat ternyata Edgar yang menelpon.
"Halo"
"Gue butuh lo sekarang, di basecamp." Edgar menjawab dengan suara yang lemah sekali, seperti amat putus asa.
Mendengar itu, Gracia segera bangkit dan menarik tangan Shani.
"Ada apa?." Tanya Shani.
Saat sudah masuk ke dalam mobil dan mulai berjalan. Gracia menjawab, "Aku juga gak tau, suara Edgar lemah banget kayak abis hamilin anak orang."
Shani menggeleng gemas, jawaban Gracia dan ekspresi mukanya sangat tidak sinkron. Wajahnya keliahatan cemas, tapi jawabannya slengean gitu.
Mereka berdua di sambut Junot dan kawannya saat sampai. "Hai bang Junot, Edgar mana?."
"Di atap, mukanya lesu banget. Kayak abis ngutang sejuta dolar."
Gracia segera berlari masuk dan menaiki tangga menuju atap. Di ikuti Shani yang tergopoh di belakangnya. Pikiran Gracia penuh dengan Edgar, apa gerangan yang membuat Edgar terdengar selemah itu.
BRAAKK!!
Pandangan Gracia langsung tertuju di pojok dekat sofa. Disana Edgar terlihat jongkok dan menenggelamkan wajahnya di lengannya.
Mendengar langkah kaki yang mendekat, Edgar mengangkat wajahnya. Tatapannya nanar dan sendu. Membuat Gracia dan Shani bingung melihatnya.
"Lo kenapa ha?." Tanya Gracia.
Edgar langsung berdiri dengan mata berkaca kaca. "Gue habis ngerusak anak orang." Kata Edgar serak.
Gracia mengernyit. "Maksud lo?."
Edgar menundukkan wajahnya, tak berani menatap Gracia. "Gue udah having sex sama Dewa. Dan Dewa jauhin gue."
Emosi Gracia seketika tersulut, tapi dia mencoba menahannya. "Bisa lo jelasin kejadiannya?."
Melihat Gracia yang mulai emosi, Shani mendekat dan mengelus pundak Gracia. Wajah kekasihnya itu sudah penuh dengan amarah, membuat dia bergidik ngeri.
"Kemarin gue di telpon sama pegawai bar, katanya Dewa teler dan gak bisa pulang. Gue langsung panik dan nyusul dia. Dengan keadaan kayak gitu, gak mungkin gue bawa dia ke rumahnya. Akhirnya gue bawa ke apartement gue, dan ya. Semua itu terjadi." Jelas Edgar sambil menunduk takut.
"Waktu itu lo mabuk juga?." Tanya Gracia.
Edgar menggeleng. Gracia menggertakkan rahangnya dan kepalan tangannya menguat dan....