Random

3.9K 379 25
                                    

Hujan deras mengguyur seakan tanpa niat untuk reda. Gracia dan Shani masih dalam perjalanan pulang sekolah. Udara sedikit terasa lebih dingin kali ini.

"Kayaknya mulai besok bawa mobil terus aja deh ya, lagi musim hujan soalnya." Gracia membuka suaranya. Dia bingung, kenapa Shani daritadi diam saja. Pandangannya juga seperti sedang kosong.

Gracia menghentikan mobilnya saat lampu merah. Dia menggenggam tangan Shani, membuatnya menoleh. Seutas senyum Gracia nampak, "Kamu kenapa?."

Sementara Shani mulai kembali memaksakan senyumnya, "Bilang sama aku kalo kamu cuma cinta sama aku."

Kernyitan dahi Gracia mulai nampak, dia menatap bingung. "Kok gitu, kenapa sih?. Kamu masih ragu sama aku?."

"Cukup bilang aja apa susahnya sih?." 'Kadang aku lebih suka kebohonganmu yang tak terlihat'

Saat lampu mulai menyala hijau, Gracia menjalankan mobilnya tanpa menjawab Shani.

Hujan mulai sedikit reda, menyisakan embun yang menghiasi kaca samping Shani. Dengan random dia menulis nama Gracia di kaca itu.

Gracia yang melihatnya, menghela nafas. Kini mereka sudah sampai di rumah Gracia, saat Shani hendak turun, Gracia menahannya.

"Apapun yang mengganggu pikiran kamu, hapus itu. Kalau kamu masih ragu sama aku, lalu kenapa kamu kemarin terima aku?. Kita masih baru bersama Shani, jangan buat semua serumit ini." Jelas Gracia.

Shani mendengus, "Aku cuma minta kamu buat bilang gitu aja, kenapa bahasannya jadi kemana mana. Gak salah kan kalau aku juga ragu."

Gracia memejamkan matanya sejenak, ingat Gracia itu orang yang mudah terpancing emosi. Hanya Shani yang bisa buat Gracia jinak.

"Mencintai itu kata kerja, dicintai itu kata sifat. Tapi cinta itu bukan kata benda, tapi kata hati, dan kamu adalah pemilik hati aku. Kamu mencintaiku, tapi kamu juga dicintai olehku." Jelas Gracia. Dia kemudian menarik Shani lebih dekat dan mencium dahinya.

Turun ke hidung dan terakhir di bibir. Kini wajah Shani sudah semerah tomat, bahkan dia terburu turun karena malu. Malu karena dirinya bisa se-childish itu.

Gracia yang melihatnya hanya menggeleng maklum. Iyalah, siapa yang bisa menolak pesona Gracia. Sekali kecup juga udah lumer.

Dia kemudian segera turun dan masuk ke rumahnya.

.

...

Selesai mandi, Gracia menghempaskan tubuhnya di ranjang. Lelah sekali rasanya, apalagi tangan dan pundaknya terasa sangat pegal. Keterlaluan emang bu Nat, masa princess kaya Gracia di suruh ngelapin kaca. Belum lagi, pulangnya dia harus nyetir dalam keadaan hujan. Beeeuuh kalo saja tangannya ciptaan china, udah rusak kali.

Tak lama deringan ponsel terdengar, oh iya dia kan sedang tukeran ponsel sama Shani. Gak ada niatan sih, cuma ya gitu.

Melihat nama yang tertera, Gracia heran, kenapa Aurel menelpon Shani. Dia pun mengangkatnya.

"Ada perlu apa lo telpon Shani?."

"Buseet selaw bosqu. pacarnya ngamuk nih, gimana gue gak gesrek sama kalian kalo kayak gini. Henpon aja tukeran."

"Gak usah bacot lo, ada apa?."

"Gue cuma mau makasih sama Shani karena udah nyontekin gue pas ulangan MTK."

"Besok kan bisa, kenapa mesti nelpon sih?."

"Oohh berarti gue secara gak langsung ngeganggu dong ini ya. Waduuhh kalian lagi naena ya?. Bag-"

Tut

Gracia langsung mematikan panggilannya karena merasa bahasan Aurel udah gak faedah. Lagian nanti Gracia tergiur buat naena sama Shani lagi. Gak, itu gak boleh terjadi. Kecuali kalo Shani yang mulai mah Gracia ayo ayo aja. Padahal dia yang kang pancing ya.

Setelah menghidupkan seluruh lampu di rumahnya, Gracia menuju rumah Shani. Tentu saja dengan cara abnormalnya itu. Lompat antar balkon.

Padangannya mengitari ke seluruh kamar Shani. Penghuninya kemana nih, mandi kali ya. Dia lalu melihat ponselnya tergeletak di atas meja belajar dan mengambilnya, dia kemudian menukar dengan milik Shani yang tadi dia bawa.

Ceklek

Shani keluar dari kamar mandi dan sedikit terkejut mendapati sudah ada Gracia. Untung saja dirinya tadi sudah ganti di dalam, jadi gak perlu ada reka adegan mesum disini.

Tanpa berkata apapun lagi, dia mendekat dan memeluk Gracia erat. Menghirup dalam dalam aroma Gracia. Begitupun sebaliknya.

"Maafin aku ya sayang, aku cuma takut kamu pergi lagi. Apalagi setelah kedatangan mantan kamu, aku makin takut." Kata Shani.

Gracia lalu mengelus punggung Shani, " Aku ngerti kok, mana mungkin aku pergi dari kamu yang udah nunggu aku selama ini. Kamu juga jangan pergi, karena sekarang aku sadar sainganku juga banyak hehe."

Shani melepaskan pelukannya dan menatap Gracia pongah. "Waiya dong, awas aja kalo kamu macem macem."

Bukannya marah, Gracia malah terkekeh. "Satu macem aja aku mah, cuma sama kamu."

Shani kemudian membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan buku paket MTK punya Gracia. "Ini kata bu Nat kamu besok ulangan susulan sendiri, aku udah tandain materi mana aja yang bakal keluar."

Gracia bersedekap menatap Shani, sebuah ide muncul di kepalanya. "Aku kan gak jago math nih, kita taruhan aja yuk. Kalo aku bisa dapet nilai math diatas 80, kamu harus rela lakuin apa aja buat aku. Bgeitupun sebaliknya. Gimana?."

Kekehan pelan keluar dari bibir Shani. "Yakin banget nih bisa dapet diatas itu?. Tapi okelah, siapa takut."

Gracia mengambil bukunya sambil menyeringai, dia kemudian mendekat dan berbisik. "Makasih ya."

Cup

Sedangkan Shani hanya melongo sembari melihat Gracia yang mulai keluar dari kamarnya. Kayakya mulai sekarang dia harus sudah mulai terbiasa dengan sikap tiba tiba seorang Gracia.

.

...







Tbc

Jadi kalian team Gracia atau Shani nih? 😎
Komen di bawah ya 😂

Keyhole💖

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang