My Gang

6.4K 576 15
                                    

Gracia menatap sebal ke arah cowok di depannya. Dia lalu melangkah ke kanan, tapi cowok itu ikut melangkah ke arah Yang sama.

"Ck, Lo bisa minggir gak sih? Gue mau lewat" kesal Gracia.

Edgar bukannya menurut malah tersenyum. "Mau pulang kan? Gue anterin yuk"

"Lo pikir mau ke kuburan pake dianterin segala"

"Hahaha lo kok cantik banget sih kalo kesel gini. Gue makin penasaran kan jadinya" ujar Edgar sambil mengacak rambut Gracia.

Melihat sahabatnya di ganggu Edgar, entah keberanian darimana, Shani mendorong bahu Edgar dan menarik Gracia pergi. "Minggir, gue mau lewat"

Entahlah, dia hanya tidak suka saja melihat Edgar di deket Gracia. Mau apa dia mendekati sahabatnya? Jangan sampai Gracia jatuh sama tuh buaya.

Sedangkan Edgar sudah menggeruru tidak jelas. "Dih, mentang mentang udah cantik, jadi belagu tuh anak"

Gracia bukannya kesakitan, malah mengulum senyumnya saat tangannya ditarik kasar oleh Shani. Saat sudah sampai di samping motor Gracia, Shani melepaskan genggamannya.

"Aku bareng kamu pulangnya" ketus Shani tanpa sadar.

Gracia terkekeh, "lo cemburu?"

"Cemburu? Ngapain amat" elak Shani.

Gracia lalu memakaikan helm pada Shani, meski dia harus sedikit mendongak. "Oh gak cemburu, yaudah. Tapi mukanya b aja dong. Tapi aku seneng deh, kamu berani kayak tadi."

Di perjalanan pulang, Shani memeluk Gracia begitu erat. Seakan jika dia lepaskan, Gracia akan ikut terbang bersama sang angin. Entahlah, rasanya nyaman sekali. Dia merasa aman jika sudah bersama Gracia seperti ini. Angin membelai, menerbangkan rambutnya. Juga aroma khas dari seorang Gracia, anggur. Yang sekarang menjadi aroma favoritnya.

Jangan terlalu sering menghujaniku dengan kata manis, juga jangan terlalu sering membuat janji. Aku hanya takut kamu mengingkarinya dan membuatku merasakan sakit. Sendirian.

"Udah kali Shan peluknya, udah sampe ini" ujar Gracia, membuat Shani melepaskan pelukannya.

"Kenapa cepet banget?" heran Shani.

"Karena lo menikmatinya, benar?" ujar Gracia tersenyum.

'Ah, iya benar'

Tapi Shani hanya diam saja, dia lalu menyerahkan helmnya pada Gracia. "Gak mampir dulu?" tanya Shani.

"Enggak deh, gue mau ada urusan. Btw lo mau gak gue jemput mulai besok?"

Shani berpikir sebentar. "Boleh deh."

"Yaudah, kalo gitu gue balik dulu. Bye"

Cup

Shani tersentak saat Gracia dengan tanpa ijin mengecup pipinya cepat. Shani tersenyum, wajahnya menghangat. Dia menangkup kedua pipinya.

'Mama, aku kayaknya suka seseorang deh'

*...*

Gracia tidak langsung pulang ke rumah, karena baginya arti rumah adalah tempat untuk pulang. Tempat Mengistirahatkan jiwa dan raga. Tapi sejauh ini, basecamp sang ayahlah yang paling sering ia datangi dan paling layak dia sebut rumah.

Gracia menyetandarkan motornya dan masuk. Jika kalian berpikir basecamp ayah Gracia seperti bangunan tak terpakai, kalian salah besar. Basecamp disini lebih mirip seperti bengkel besar dan tempat pencucian mobil. Basecamp ini memiliki dua lantai, di lantai dua ada kamar dan juga ruang untuk menyimpan persenjataan.

Melihat Gracia masuk, David segera menghampirinya. Diputarnya ke kanan dan ke kiri wajah Gracia.

David berdecak. "Ini kenapa lagi sayang?" tanya David khawatir.

"Cuma luka kecil yah." jawab Gracia enteng.

"Luka kecil apaan neng, babak belur gitu." sahut bang Junot yang sedang mengganti ban.

"Om diem deh, urusin aja tuh bannya."

"Di bilang panggil abang aja, gak temen ah kita." junot pura pura ngambek, yang langsung saja di lempar kanebo oleh David.

"Gak usah godain anak gue lo, gak akan gue restuin." ujar David.
Gracia tertawa melihat muka kusut Junot, persis seperti kanebo tadi. Kalau sudah begini, mana ada yang tau kalau mereka anggota gangster. Apalagi namanya imut gitu.

Gracia menarik ayahnya masuk lebih dalam lagi, dia lalu duduk di sofa ruang santai dan menubrukkan tubuhnya pada sang ayah.

David mengelus kepala Gracia dengan sayang. "Anak ayah kenapa?" tanya David lembut.

"Ayah gak kangen sama mama?" tanya Gracia lemah.

David menghela nafasnya. "Semua udah beda sayang, maafin ayah."

Gracia melepas pelukannya, memperhatikan wajah sang ayah. "Sudah berapa lama gak cukuran yah?" Ujar Gracia.

David mengelus jambangnya. "Entahlah, kenapa? Ayah kelihatan tua ya?"

Gracia tersenyum. "Gak kok, ayah mah selalu ganteng. Cuman ya.... Keliatan makin serem gitu" Gracia nyengir.

"Biarin ah, ayah sayang sama brewoknya hehehe"

David terlihat berpikir. "Malam ini ayah ada tugas, kamu mau ikut?"

Gracia langsung berbinar. "Ikut dong yah, udah lama juga kan"

Sedangkan David terkekeh melihat semangat sang putri. Sudah lama Gracia ingin ikut, tapi David selalu melarangnya. Mungkin ini sudah saatnya, begitu pikirnya. Lagipula, Gracia bukan seperti remaja cewek kebanyakan.

*...*

Deru suara motor besar, meraung memenuhi jalan. Membuat siapa yang berada di jalan itu, akan menepi dengan sendirinya. Apalagi setelah melihat jaket yang dikenakan oleh mereka, membuat siapapun bergidik ngeri.

David dan segerombolannya segera turun dari motor gedenya, begitu melihat sampah sudah menghadang mereka. Bukan sampah sebenarnya, tapi sekumpulan orang yang bertingkah seperti sampah.

David maju kemudian berteriak. "Bisa kita bicarakan ini baik baik?"

Seseorang yang diduga ketua dari lawannya, mendekat ke arah David. "Lo gak akan bisa merebut wilayah ini dari gue, gue udah berkuasa lama disini" ujar seseorang itu dengan bau nafas menyengat.

David tersenyum. "Siapa yang mau merebut? Gue hanya ingin kalian gak semena mena sama warga asli sini. Lagipula gak ada untungnya juga buat rebut nih wilayah, lo aja yang sok kepedean"

Para kawan David terkekeh mendengar perkataan David, termasuk Gracia. Tak ada raut ketakutan di wajah mereka, padahal mereka jelas kalah jumlah. Junot mendekat ke arah Gracia dan merangkulnya.

"Suatu saat nanti, gue yang akan gantiin ayah lo" ujar Junot tersenyum.

Suara geraman dan teriakan menggema, pertanda bahwa David gagal bernegosiasi. Seketika wajah konyol Junot berubah mengeras.

"It's time to have fun Gre" setelah mengatakan itu, Junot segera berlari menerjang ke arah kerumunan itu.

Gracia hanya diam melihat pertarungan di depannya. Senyumnya terkembang saat melihat bahwa di kubunya sudah menguasai pertempuran.

Tangannya mengepal, mengeratkan pegangan pada tongkat baseball yang dia pegang. Perlahan senyumya luntur, diganti oleh seringai menakutkan.

'Yeeaah, it's time to have fun'

Tbc

Waduuuuhh si Gre serem ye 😰
Maaf ya, momennya dikit 😅soalnya mereka lagi banyak momen, saya kan jadi gesrek dan gk bisa lanjut 😳

Malming pada kemana nih? Saya mah sudah pasti lagi.... Dirumah dong 😅

Vote dan komen jangan lupa 😘

Keyhole💜

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang