Shani terduduk lemas kala melihat tetesan darah dari orang yang dicintainya. Belum reda kekhawatirannya, kini seolah semua itu terwujud. Gracia Bukan kembali membawa ketenangan, tapi malah membawa rasa yang tak di inginkan.
Airmata sudah mengaliri pipinya sejak tadi. Meluapkan rasa sakit yang dia rasakan di hatinya. Bagaimana bisa Gracia merasakan sakitnya luka tusukan itu, jika kekhawatiran saja sakitnya sudah sebegini parahnya.
Di depan ruang UGD dia bersimpuh di lantai sambil memeluk lututnya, menyembunyikan isakannya.
'Kenapa kamu gak nurut sih kalo aku bilangin Gre? Liat kan jadinya gimana. Kamu kayak gak ada kerjaan selain bikin aku khawatir'
Di sampingnya, Edgar juga sama. Hanya saja tidak terdengar isakan disana. Sedangkan Tio mengurus administrasi karena David juga belum sadar.
"Kenapa bisa gini sih gar?" Shani menoleh.
Edgar mendongak, berusaha menahan air matanya agar tidak menetes. "Gue juga gak tau, kejadian itu begitu cepat. Gue kira, gue yang bakal di tusuk. Ma- Maafin gue karena gak bisa selametin Gre."
Airmata Shani semakin deras mengalir. Menatap pintu ruangan itu dengan penuh harap dan dengan seluruh doa terpanjat. Sekuat apapun mereka menahan airmata, itu tak akan berhasil.
Memang benar, jika kau menyayangi seseorang, saat orang itu sakit. Kau akan merasakan sakitnya juga. Tio kembali dengan tergesa, dia segera memeluk putrinya untuk menguatkan. "Sabar ya sayang, doain yang terbaik buat Gracia." Dia lalu mengecup puncak kepala Shani.
"Hiks... hiks... ke-napa Gre bandel banget sih pah?. Kalo aja waktu itu dia gak pergi, pasti dia masih sama aku sekarang." Shani memukul pelan dada papanya, meluapkan apa yang dia rasakan.
Setelah menunggu yang menurut Shani sangat lama, akhirnya dokter keluar juga. Shani, Edgar dan Tio segera beranjak ke arahnya. "Gimana keadaan sahabat saya dok?." Tanya Shani.
Dokter itu sedikit mengusap matanya. "Apakah kalian keluarganya?."
"Saya walinya dok." Jawab Tio.
"Keadaan pasien sekarang sudah kembali stabil. Tetapi karena pelaku yang mencabut pisau, pasien mengalami luka penetrasi dan kehilangan banyak darah. Untungnya organ vitalnya masih bisa diselamatkan." Jelasnya.
"Jadi kapan pasien akan sadar dok?." Tanya Tio.
"Sejuah ini saya tidak bisa memprediksi kapan pasien akan sadar. Doakan saja yang terbaik. Kami akan memindahakan ke ruang rawat, Permisi. "
Sepeninggal dokter itu, Shani kembali menangis dan memeluk papanya. Sedangkan Edgar, airmata yang sedari tadi dia tahan akhirnya jatuh juga. Bahkan kini raungannya terdengar lebih memilukan daripada Shani. "Kenapa gue lemah banget sih jadi cowok aaarrgghh"
Tio segera melepas Shani dan gantian memeluk Edgar. "Tenangin diri kamu ya nak, ini rumah sakit. Gracia pasti kuat dan akan segera sadar."
Ponsel Edgar berbunyi, menampilkan nama pak Rahman disana. "Halo yah?."
"Kamu datang ke pengadilan sekarang ya. Polisi habis ini datang buat jemput kamu. Ayah udah ngurus semuanya."
Setelah mengatakan itu, pak Rahman menutup telfonnya. Raut Edgar kembali menajam, dia harus membuat Fadil merasakan dinginnya lantai penjara. Dia lalu menatap Shani dan berdiri di hadapannya. "Kali ini gue yang akan berusaha mendapatkan keadilan buat Gracia. Lo yang sabar ya, Gracia pasti akan segera bangun dan bikin lo senyum lagi."
Edgar tersenyum, mencoba memberikan sedikit semangat untuk Shani. Dari jauh polisi berjalan ke arah mereka, Edgar segera berbalik dan pergi bersama polisi itu. Menyisakan Shani dan segenggam harapannya.
'Cepet bangun ya Gre, jangan buat aku terlalu lama khawatir lagi'
.
..
...Saat akan memasuki ruangan sidang, Edgar menatap tajam Fadil yang berdiri dihadapannya.
"Hukum gak akan berlaku buat gue, liat aja nanti." Ujar Fadil sambil menatap remeh.
Edgar segera berlari dan melayangkan satu pukulan di pelipis Fadil. "BANGSAT LO!."
bugh
Polisi yang melihat itu segera melerai dan menarik Edgar. "Kendalikan diri kamu. Kamu juga bisa terjerat hukum jika begini!!!."
Fadil tertawa puas melihat Edgar, dia mengusap pelipisnya dan berlalu masuk. "Bye dude."
Di ruang sidang ketegangan jelas terasa, apalagi Fadil menolak mengakui perbuatannya kalau itu adalah sebuah penganiayaan. Dengan tenang Edgar melihat pengacara Fadil yang penuh kata bualan. Kini giliran dia yang menyampaikan kesaksiannya.
"Waktu itu hari Jum'at pukul 03.00 siang. Kami menuju ke kediaman pelaku berniat untuk berunding terkait masalah ayah dari korban. Untuk masalah itu nanti akan dijelaskan oleh pengacara saya. Setelah kami menekan bel, pintu itu terbuka dan kami masuk lalu kami tiba tiba mendapatkan hantaman di bagian belakang kepala hingga tak sadarkan diri-"
"Itu bohong!!! Dia yang nyelonong masuk tanpa ijin!!" Emosi Fadil.
"Saudara diharapkan tenang, akan ada waktunya saudara untuk menyanggah. Lanjutkan saudara Edgar." Jaksa menengahi.
"Setelah kami sadar, kami dalam posisi terikat. Saat itu saya sedang tidak sadarkan diri saat korban mendapatkan siksaan, tapi bekas tamparan jelas terlihat di wajah korban-"
"NAH DIA SAJA TIDAK SADAR!!" Emosi Fadil benar benar meluap..
"Saudara diharapkan tenang!!"
"Tapi saya sudah sadar saat pelaku menendang perut korban hingga mengeluarkan darah. Setelah tahu saya sadar, pelaku mengambil pisau dan memainkannya di wajah saya sambil melontarkan kata ancaman. Korban yang sudah lepas dari ikatan mencoba menyelamatkan saya, tapi kejadian itu begitu cepat saat pelaku berbalik dan menusuk korban. Dan membuang barang bukti setelah melakukannya. Sekian"
Ayah Fadil begitu geram karena baru kali ini menemukan lawan yang sebanding dengannya. Dia hanya menghela nafas pasrah melihat putranya.
Pengacara Edgar melengkapi keterangan Edgar dengan barang bukti sebuah pisau yang Fadil gunakan dan juga barang bukti lainnya.
"Dengan ini hakim memutuskan terdakwa dipidana berdasarkan UU KUHP pasal 353 tentang kasus penganiayaan yang direncanakan dengan hukuman penjara maksimal 7 tahun. dan UU KUHP pasal 354 tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat dengan hukuman penjara paling lama 8 tahun. Dengan ini hakim memvonis terdakwa bersalah dan berhak dihukum selama 15 tahun penjara......"
Helaan nafas lega begitu jelas terdengar dari Edgar. Akhirnya dia memenangkan keadilan untuk sahabat penyelamatnya.
'We did it Gre'
Tbc
Hollaaaa, gimana gimana? Komen dong 😁
Maaf kalau ada salah kata dalam penulisan tentang hukuman tadi. Maklum saya bukan anak hukum 😅
Maaf ya updatenya gak bisa sesering dulu, karena saya juga punya kesibukan lain 😅. Tapi saya usahakan seminggu sekali update 😊..
See you in next chapter.
Vote dan komen jangan lupa 😉
Keyhole💖