Suasana malam yang tidak terlalu cerah membuat udara seakan pas dirasakan. Sebenarnya ini sudah cukup malam, karena jarum pendek sudah menunjuk ke angka 10. Shani dan Gracia sedang duduk santai di ruang tengah rumah Gracia.
Mereka berdua jadi sering berada di rumah Gracia, karena mama Shani yang menyuruh anaknya agar selalu menemani Gracia. Tentu saja Shani tak menolak sedikit pun, dia malah senang. Karena semenjak dengan Gracia, hal random yang mereka lakukan jadi terasa menyenangkan.
Mereka berdua sedang menonton drama Korea yang bertemakan manusia yang menyamar jadi robot.
Saat di drama sedang menceritakan latar belakang sang tokoh utama, Gracia yang mulutnya masih penuh dengan camilan berkata. "Seandainya aja aku gak punya kamu, aku pasti bakal bernasib sama kayak tokoh itu. Sendirian."
Shani yang mendengarnya, menepuk pundak Gracia pelan. "Jangan ngomong gitu ah, orang tua kamu kan masih lengkap."
"Lengkap doang, tapi mereka gak pernah bener bener peduli sama aku. Sibuk sama kehidupan masing masing, sampe gak sadar kalo mereka punya kehidupan lain yang harus di urus juga. Aku." Kata Gracia lesu.
Shani yang menyadari suasana mulai berubah mellow, lalu segera mengambil camilan Gracia. "Jangan ngemil terlalu banyak, nanti gendut."
Gracia tidak terima, dia hendak merebut camilannya lagi. Tapi tidak bisa karena Shani berdiri dan mengangkat camilan itu tinggi tinggi. "Siniin dong sayang."
"Ya ambil sendiri sini, hahaha."
Gracia menghentakkan kakinya sebal, dia lalu duduk kembali dengan wajah masih di tekuk. Shani yang melihat Gracia seperti itu, lalu duduk di sebelahnya. Menaruh camilan itu di meja dan mencium pipi Gracia.
"Jangan ngambek dong, aku kan gak mau kamu sedih. Kita ganti tonton yang lain aja deh." Kata Shani.
Saat dia hendak berdiri mengganti tontonan mereka, Gracia menahannya. Dia lalu tersenyum pada Shani dan menarik Shani ke pelukannya. "Aku cuma bercanda kok sayang."
Shani hanya mengangguk dalam pelukan Gracia. Rasanya selalu nyaman saat dia memeluk Gracia, bahkan dia jadi ingat tempo hari, saat dia tidur dalam pangkuan Gracia yang sedang mengerjakan laporan. Mengingat itu, Shani jadi tersenyum sendiri. Lama mereka berada di posisi itu, hingga dering ponsel Gracia membuat pelukan itu terlepas.
Gracia mengernyitkan dahinya saat nomor tak dikenal menelponnya. Tapi Dia kemudian memilih mengangkatnya.
"Halo."
"..."
"Iya saya kenal, ada apa ya?"
"..."
Entah apa yang dikatakan sang penelpon, sehingga membuat Gracia segera mematikannya dan berlari menuju kamarnya. Tentu saja hal itu mengundang rasa penasaran Shani, terlebih Gracia keluar dari kamar sudah memakai jaketnya dan terlihat tergesa.
"Sayang, aku ada urusan sebentar. Kamu kalo udah ngantuk tidur duluan aja." Kata Gracia.
Saat Gracia hendak beranjak Shani menahannya. "Ada apa?"
"Nanti aku jelasin, maaf ya sayang aku buru buru."
Setelah mengecup dahi Shani, Gracia segera beranjak dan pergi. Entah siapa yang menunggunya, karena dia melajukan mobilnya seakan seperti sedang di kejar rentenir.
Mobil yang dia kemudikan membelah malam yang terasa sunyi. Tapi itu semua berubah saat memasuki jalan raya, Gracia melajukan mobilnya seperti pengemudi dalam film Fa*t and Furious. Meliuk sana sini, hingga mengerem mendadak di sebuah parkiran club malam.