Comfort Zone

5.8K 491 48
                                    

"Kita ini bagaimana Gracia?"

Gracia sontak menganga, "hah?"

Shani semakin memperdalam tarikan pelatuknya, membuat Gracia semakin panik. Matanya bergatian menatap ke arah pistol dan mata Shani. Dia masih gagal paham. Bahkan kini hidung Shani sudah menelusuri hidungnya, mengusap usapnya perlahan.

"Kamu sering cium cium aku, dan kamu juga udah tau perasaanku. Jadi kita ini bagaimana? Beri aku jawaban yang memuaskan, jika tidak, maka kamu akan dituduh pembunuh"

Hembusan wajah Gracia begitu terasa menerpa wajah Shani, membuatnya memejamkan matanya. Sangat kontras dengan Gracia yang merasa cemas dan keringat dingin.

Dengan kemampuan merayu yang pas pasan, Gracia mencoba menghentikan aksi Shani. "Heh, jangan gila ya. Kamu pikir aku takut kamu ancam begituan. Berhenti bermain main Shani"

'Bodoh, bukan itu yang harus lo bilang sama dia' Batin Gracia.

Dengan gerakan secepat mungkin, Gracia sedikit memukul siku Shani, sehingga pistol itu terlepas dan Gracia menangkapnya. Dengan gusar dia mengosongkan pelurunya dan berlari masuk ke dalam.

Shani masih terpaku dengan kejadian cepat barusan, ya, Gracia memang secepat itu mengatasi sebuah problem. Dengan langkah pelan, dia kembali masuk ke kamar Gracia dan melihatnya yang sedang membuka laci meja belajarnya dengan nafas memburu.

Sekarang gantian dia yang merasa takut, Shani semakin gemetar saat Gracia berjalan ke arahnya dengan tatapan tajam dan nafas memburu. Dia memejamkan matanya, bersiap menerima sebuah resiko dari perbuatannya, mungkin sebuah tamparan akan mendarat di pipinya.

Bruk

Shani terjatuh ke ranjang dan membuka matanya terkejut, kala mendapati Gracia menubruk memeluknya, bukan menamparnya seperti dalam bayangannya. Isakan perlahan terdengar dalam pelukannya, tangannya terulur mengelus rambut dan punggung Gracia yang berada di atasnya.

"Kamu minta apapun bakal aku kasih Shan hiks.... Asal jangan pernah lakuin hal bodoh kayak tadi .... hiks hiks"

Shani yang awalnya hanya ingin mengerjai Gracia, merasa bersalah sekarang. Apalagi dia sampai membuat Gracia menangis seperti ini. "Aku minta maaf Gracia"

"Jangan pernah lukain diri kamu sendiri apalagi itu di depan aku, jangan bikin aku merasa kehilangan lagi Shan. Aku disini udah sendirian"

Merasa tak tahan dengan tangisan Gracia, dia menarik wajah Gracia agar menatapnya. Sebuah kecupan dia daratkan di bibir manis sahabatnya, merasa Gracia sedikit tenang, dia melepaskan kecupannya.

"Maaf udah buat kamu panik, aku cuma bercanda tadi."

"Bercandanya gak lucu tau, salah sedikit aja tadi nyawa kamu melayang" Gracia semakin erat memeluk Shani, menaruh kepalanya diatas dada Shani. Dia tersenyum tipis kala mendengar jantung Shani yang masih terpacu jika ada di dekatnya.

"Iya iya, gak lagi deh" Shani bangkit, lalu duduk dengan Gracia yang masih bergelayut di pelukannya.

"Akunya gak bakalan pergi kok, turun gih" tambah Shani.

Gracia hanya menggeleng di pelukan Shani, dia menaruh tangannya melingkari leher Shani sambil menciumi rambutnya. Menyusupkan tangannya pada sela sela rambut Shani.

Shani mengeratkan pelukannya pada Gracia, menghirup dalam dalam leher Gracia, membuat Gracia sedikit mengerang. "Coba kamu pikirin, sahabat itu gak ada yang kayak kita. Kamu bebas nyentuh aku, begitupun sebaliknya.."

"S..... Shaniihhh" Gracia mengerang kala merasakan Shani dengan nakal menggigit pelan daun telinganya.

"Kita mengambil porsi terlalu banyak jika hanya sebagai sahabat, hhhhh"

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang