New Home

5.6K 536 33
                                    

Shani sangat peka terhadap sesuatu. Dari kecil, inderanya sudah dipaksa untuk selalu waspada. Dia bahkan saat bangun tidur dia tak pernah menggunakan alarm. Dia bisa terbangun hanya karena sedikit cahaya matahari menembus tirainya.

Sepasang matanya mengerjap, menyesuaikan pandangannya dengan terpaan cahaya. Sesaat, dia merasa tidak yakin, apakah dia masih hidup atau tidak. Karena sepasang matanya menangkap sosok yang terlalu indah sebagai manusia. Berasa di surga dia sekarang.

"Selamat pagi" bisik Gracia sambil menghujani Shani dengan kecupan.

Shani tersenyum seraya mendorong wajah Gracia menjauh, "pagi"

Matanya mengamati Gracia yang sudah rapi di depannya, tumben sekali. Ini kan hari minggu. Dia lalu bangkit, mengumpulkan sebagian nyawanya.

Gracia tersenyum kala melihat muka bantal Shani, 'lucu banget sih, jadi pengen lihat setiap pagi kan'

Merasa di perhatikan, Shani kembali menutup dirinya dengan selimut. "Kamu keluar dulu gih, aku malu tau"

Gracia tertawa, dia bukannya menurut, malah menarik selimut Shani. Adegan tarik menarik pun terjadi, Shani yang tenaganya belum terkumpul sempurna tertarik ke arah Gracia.

Bruk

Dia terkesiap, nafasnya tertahan. Pasalnya dia berada di atas tubuh Gracia sekarang, tangan kanan kirimya menopang disisintubuh Gracia. Dengan kondisi seperti ini, dia bisa leluasa melihat wajah cantik Gracia. Debaran jantungnya kembali berpacu kala matanya beradu degan manik kelam Gracia.

Shani menurunkan wajahnya perlahan, sedikit memiringkan wajahnya. Gracia yang sudah paham, melingkarkan tangannya pada pinggang Shani. Saat hampir saja bibir mereka bertemu, ketukan pintu terdengar.

Tok tok tok

"Shani, bangun sayang, udah siang ini" seru Dira dari luar.

Helaan nafas terdengar, membuat Gracia terkekeh melihat wajah memerah Shani. "Kapan kapan aja ya" ujar Gracia.

Bukannya bangun, Shani malah membiarkan tubuhnya menimpa Gracia. Menyusrukkan wajahnya pada ceruk leher Gracia. Dia menghirup dalam dalam aroma yang menguar disana. Pengen peluk terus iiih.

"Geli Shan"

Dengan sekali gerakan, Gracia membalikkan posisi mereka. Membuat Shani terkejut. Gracia yang merasa gemas, menurunkan wajahnya dan mengusap usap hidung Shani dengan hidungnya. Shani memejamkan matanya, menikmati tingkah manis Gracia.

Gracia lalu iseng menaruh telinganya diatas dada kiri Shani. Dia tertawa kala mendengar jantung Shani berpacu begitu cepat. "Cieeee Shani deg deg an, kenceng banget lagi suaranya. Hahahaha"

Reflek, Shani mendorong Gracia dari atas tubuhnya. Dia segera berlari menuju kamar mandi. Meninggalkan Gracia yang masih menertawakannya.

'Dasar jantung sialan'

*...*

Ruang makan di rumah Shani terasa lebih hidup sekarang. Jika biasanya hanya diselingi basa basi seperlunya, tapi tidak dengan sekarang. Canda tawa terdengar memenuhi ruangan itu.

"Jadi kamu pernah ngerjain balik senior kamu, pas smp?" tanya Tio antusias.

"Iya om, kan waktu itu aku lagi makan. Eh tiba tiba meja aku digebrak, yaudah aku senggol sekalian aja baksoku. Tumpah deh kena sepatu dia" cerita Gracia. Di smp memang dia belum kena bully, atau lebih tepatnya berani melawan.

Shani lebih memilih menjadi pendengar yang baik saja, saat semua obrolan berlangsung. Karena tak ada yang menarik untuk do ceritakan. Kini mereka semua berada di ruangan keluarga, melihat kartun Doraemon.

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang