Chocolate

6K 564 17
                                    

Tak

Tak

Tak

Shani menggeliat dari tidurnya, melihat jam di nakas.

01.00

Tak

Tak

Lagi, suara yang menghantam kaca jendelanya terdengar. Shani dengan sedikit takut, menyingkap selimutnya dan turun dari ranjang.

Dengan langkah perlahan, dia mulai berjalan menuju jendelanya, dia lalu menyalakan lampu utama. Dengan tangan gemetar dia memegang tirainya.

Srek!!!

Shani hampir saja terjengkang kebelakang, jika saja tidak cepat menyadari wajah tersenyum di balik jendelanya.

Shani lalu keluar dari pintu balkon dan menuju sumber suara.

"Ngapain kamu malem malem kesini?" tanya Shani.

Dia meneliti penampilan Gracia, ya sosok itu adalah Gracia.

Dengan cengiran bodohnya, Gracia mendekat pada Shani. "Gue masuk boleh gak?" Gracia memasang wajah memelasnya.

"Yaudah ayo masuk aja" ajak Shani.

Saat Gracia memasuki kamarnya, barulah Shani melihat kondisi Gracia dengan jelas. Wajah dengan lebam lebih parah dari kemarin, dan juga baju yang berantakan.

"Gue pinjem kamar mandinya boleh?"

Shani mengangguk, masih shock dengan penampilan Gracia. Okelah, jika disekolah Gracia bisa dikatakan siswi yang begajulan. Tapi siapa sangka dirumah juga sama, malah lebih parah.

Ceklek

Gracia keluar hanya dengan mengenakan tanktop hitam dan celana pendek dengan warna sama. Dari sini, jelas sekali terlihat lekuk tubuh Gracia. Dia terlihat lebih segar sekarang, walau tak bisa menutupi wajah kelelahan dan lebam disana.

Baru kali ini Shani tertarik berlama lama melihat tubuh orang. Terlebih sahabat sendiri. Gracia duduk di sofa samping Shani, mengundang tatapan semakin menyelidik dari Shani.

"Kamu habis ngapain?" tanya Shani akhirnya.

Gracia menoleh, tapi bukannya menjawab pertanyaan Shani, dia malah berdiri dan kembali memakai pakaiannya. Aneh.

"Gue pulang dulu deh, sampai jumpa nanti pagi ya" ujar Gracia sambil berlalu.

Sebelum Gracia benar benar pergi, Shani menahan lengannya. "Jawab dulu pertanyaan aku" tuntut Shani.

"Melakukan sesuatu yang menyenangkan, nah udah gue jawab. Udah ya"

Lagi, Shani menahan Gracia yang hendak keluar. Tangannya reflek terulur mengelus pelipis Gracia yang robek.

"Awh, sakit tau" erang Gracia sambil memegang tangan Shani.

"Ini udah mau pagi, tidur sini aja ya. Besok pake seragam aku" pinta Shani.

Gracia mengulum senyumnya. "Kenapa? Lo gak mau gue tinggal?" tanya Gracia dengan nada menggoda.

"Iiiihh siapa yang kangen, yaudah sana pergi" ketus Shani.

"Gue tadi gak bilang kangen loh ya... "

Wajah Shani seketika memerah, menyadari dia baru saja secara tidak langsung, ngomong kangen sama Gracia. Sejak kemaren Gracia mengantarnya pulang, Shani sedikit merasakan aneh saat di dekat Gracia. Aneh dalam hal menyenangkan, berdebar tapi membuat candu.

Shani lalu segera berbalik dan mengunci pintunya, menghiraukan Gracia yang tertawa di balik pintu balkonnya.
"Sampai jumpa nanti Shani"

Meskipun suara Gracia tak terdengar, tapi Shani bisa membaca lewat gerak bibir gadis itu. Gracia tersenyum sebentar, sebelum akhirnya turun dari balkon Shani dan menghilang di balik pagar rumah Shani. Entahlah bagaimana teknik gadis itu memanjat.

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang