1 - Jodoh

576 50 2
                                    

Aku mulai gelisah. Ini sudah satu jam, tapi Taehyung belum juga datang. Memangnya apa yang membuatnya sampai bisa seterlambat ini?

Keluarga Kim juga sudah mulai tidak enak dengan keluargaku. Kim Sun Ju--Ayah Taehyung--mencoba untuk menghubungi anak semata wayangnya itu. Tapi sudah beberapa kali beliau menelepon, tetap saja tidak diangkat oleh Taehyung.

"Aku akan keluar mencarinya." Kataku yakin. Semuanya jadi memandangku.

"Ah, tidak usah. Kita tunggu saja sebentar lagi, Taehyung pasti akan datang. Lagipula ini sudah malam, nanti kau akan kedinginan." Tuan Kim mengkhawatirkanku.

Tapi aku tidak bisa diam saja menunggu. Harus ada sesuatu yang aku lakukan untuk mencari Taehyung.

"Maaf, aku terlambat." Suara Taehyung tiba-tiba terdengar dari belakangku.

Aku menoleh ke belakang dan mendapati Taehyung yang sedang membungkuk meminta maaf.

Kini matanya beralih menatap mataku dengan tajam. Aku langsung salah tingkah. Cepat-cepat aku putuskan kontak mataku dengannya.

Seketika jantungku berdetak kencang. Aku masih tidak percaya bahwa Kim Taehyung akan menjadi suamiku.

"Kau dari mana saja, Taehyung? Kau bilang akan terlambat sebentar, tapi ini sudah lebih dari satu jam." Tuan Kim tampak sedikit kecewa pada anak laki-lakinya itu

"Mianhe, Appa," jawab Taehyung seadanya.

"Kalian berdua mengobrol lah dulu. Pendekatan sangat penting untuk kalian. Kami akan pergi, jadi kami tidak akan mengganggu kalian." Kata Ibuku.

"Tapi, Bu, Taehyung baru saja datang, masa sudah mau langsung pergi?" tanyaku.

"Kau lah yang paling membutuhkan Taehyung saat ini. Kami tidak akan mengganggu. Lagipula Ibu dan Ayah harus jalan-jalan dengan keluarga Kim. Kami ingin bernostalgia bersama malam ini."

***

Ini benar-benar canggung. Aku tidak bisa ditinggal berduaan saja dengan Taehyung di restoran ini.

Kalau tahu begini, aku akan terus memaksa Ibu agar aku ikut dengan mereka.

Aku menatap Taehyung yang berada di hadapanku. Dia sedang memandang hpnya dengan serius lewat kacamata tipis yang ia kenakan. Sepertinya ada informasi penting di sana.

Tapi seberapa penting itu, memangnya dia tidak menganggap aku ada di depannya?

Aku menyendokkan makananku sedikit-sedikit ke mulut. Sebentar lagi makananku habis. Kalau makananku habis, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan di hadapannya.

Aku kembali menatapnya. Kali ini lebih lama. Tapi dia tetap fokus pada hpnya. Rasanya aku ingin mencampakkan hpnya sekarang juga.

"Aish," Aku mendengus pelan. Sangat pelan. Sampai-sampai aku sendiri pun tidak terlalu jelas mendengarnya.

"Kau sudah selesai makan?" tanyanya.

Akhirnya dia bersuara juga.

Karena gugup, aku segera menyendokkan makanan terakhirku ke mulut lalu mengunyahnya dengan cepat.

"Iya, sudah." Jawabku dengan mulut yang dipenuhi makanan.

"Kalau begitu pulang lah ke rumah. Aku harus pergi lagi sekarang." Katanya.

Aku melongo kaget. Dia mengusirku?

"Kau harus mengantarku pulang." Ucapku padanya.

Matanya kini beralih menatapku. "Aku tidak ada tanggung jawab untuk mengantarkan mahasiswi yang tidak lulus dalam ujianku di Kampus."

Astaga, haruskah dia membahas ini sekarang?

"M--maafkan aku, Pak. Aku sudah mencoba belajar, tapi pelajaran ekonomi sangatlah sulit." Kataku. Entah kenapa aku menunduk. Aku benar-benar seperti sedang dimarahi dosen. Padahal di hadapanku ini adalah calon suamiku.

"Kalau begitu kenapa kau mengambil jurusan itu?"

Aku merasa Taehyung sedang mengintrogasiku sekarang.

"Sudahlah, aku harus pergi sekarang. Aku harus menyusun materi untuk diajarkan besok." Taehyung bangkit dari duduknya.

"Tunggu!"

Perkataanku berhasil menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arahku dan menatapku seakan bertanya kenapa?

"Aku mau ikut." Kataku to the point.

"Kau istirahatlah di rumah. Apa kau lupa besok kau ada kelas di pagi hari?" Taehyung tidak memperbolehkan aku ikut dengannya.

"Kau ini memandangku sebagai apa?" kali ini nadaku meninggi. Aku lelah dianggap sebagai mahasiswi-nya terus.

Taehyung menghela napas panjang. Sepertinya dia tidak suka dengan pertanyaanku.

"Jangan berpura-pura tidak tahu fakta bahwa aku ini calon istrimu."

PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang