64 - teman

137 22 0
                                    

"Hyung," Jungkook sendiri tak percaya bahwa dia akan memanggil rival masa lalunya itu dengan sebutan itu.

"Jeon Jungkook?" nada bicara Taehyung jadi tidak enak.

"Yoon Jae ditusuk oleh preman." Jungkook tak kuasa untuk tidak meneteskan air matanya. Dia sangat ketakutan jika nyawa Yoon Jae tak tertolong.

"Mwo? A—apa katamu?" Taehyung meninggikan suaranya.

"Kemarilah secepatnya, nyawanya sedang menjadi taruhan." Ujar Jungkook.

"Tolong kirimkan alamatnya padaku, aku akan segera menyusul sebisa mungkin."

***

Taehyung tak percaya ini. Dia baru saja tiba di bandara Incheon tapi Jungkook langsung meneleponnya dan mengatakan kalau Yoon Jae ditusuk oleh para preman.

Lutut Taehyung seketika melemas. Kakinya bahkan tak kuat untuk menahan tubuhnya berdiri. Mata Taehyung mulai terasa panas. Kemudian sebuah genangan bening mulai turun membasahi pipinya.

Bruk.

Taehyung terduduk dengan lutut yang menopang tubuhnya. Tangannya berusaha untuk berpegangan pada dinding yang ada di sebelah karena tubuhnya terasa lemah dan gemetar.

Taehyung sudah tak peduli lagi dengan tatapan orang-orang yang melihatnya. Pikirannya benar-benar kacau apalagi ketika mendengar Jungkook bilang bahwa nyawa Yoon Jae sedang menjadi taruhan.

Taehyung menggigit bibir bawah sekeras yang ia bisa agar air matanya tak keluar semakin banyak.

Taehyung mulai menyalahkan dirinya sendiri. Harusnya dia tak pulang hari ini. Harusnya dia bisa meninggalkan segala urusan di Korea untuk berada lebih lama bersama Yoon Jae. Harusnya dia tidak membiarkan Yoon Jae mengantarkannya ke bandara karena di Jepang sudah malam. Taehyung terus menyalahkan dirinya karena dia merasa tidak bisa menjaga Yoon Jae dengan baik.

"Yoon Jae-ya, bertahanlah, jangan tinggalkan aku." Lirih Taehyung. Dia berharap Yoon Jae bisa mendengarkan ucapannya di sana. Dia berharap mereka bisa selalu terhubung lewat perasaan walau sedang berjauhan.

Taehyung berusaha untuk menghapus air matanya. Dia memaksakan dirinya untuk bangkit berdiri. Dia harus segera kembali ke Jepang. Dia harus segera menemui Yoon Jae.

Taehyung berjalan ke loket pembelian tiket dan menanyakan jadwal keberangkatan menuju.

"Jadwal keberangkatan ke Jepang berada pada jam 5 pagi besok. Apa anda mau memesan tiketnya?" tanya petugas tersebut.

"Apa tidak ada jadwal keberangkatan yang lebih cepat?" tanya Taehyung tergesah.

Petugas itu menggeleng. "Maaf, tapi itu adalah waktu yang paling cepat."

Taehyung menghela napasnya. Dia melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tidak ada waktu untuk pulang ke apartemen. Jarak bandara ke apartemen bisa memakan waktu 2 jam. Kalau pulang pergi berarti sudah memakan waktu 4 jam. Artinya Taehyung hanya punya waktu tersisa dua jam.

Tak ada hal penting yang harus ia lakukan di apartemen. Jadi dia memutuskan untuk tidur di hotel transit yang berada dekat gate 43.

***

5 a.m, Incheon Airport, Seoul, Korea Selatan.

Taehyung sudah berada di dalam pesawat yang sudah lepas landas. Selama hidupnya, dia tidak pernah merasa se-gelisah ini sebelumnya. Ini adalah hari dimana kakinya tidak bisa diam untuk menghentak, tangannya tak bisa diam untuk tak meremas jarinya, keringat dingin selalu membahasi seluruh dahinya.

Taehyung hanya ingin segera melihat keadaan Yoon Jae dan berharap wanita itu baik-baik saja.

***

Akhirnya Taehyung sampai di bandara internasional Tokyo setelah menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam. Di antara banyak orang yang berlalu lalang, Taehyung lah orang yang paling cepat bergerak. Bahkan Taehyung lebih sering berlari daripada berjalan.

Setelah memesan satu taksi, akhirnya Taehyung bergegas menuju rumah sakit tempat Yoon Jae dirawat.

Butuh waktu setengah jam untuk sampai di sana.

"Arigatou gozaimasu." Taehyung mengucapkan terimakasih setelah sopir taksi mengantarkannya ke rumah sakit.

Taehyung berlari terbirit-birit sambil membawa tas yang berisi beberapa pakaiannya ke dalam rumah sakit.

Dia menanyakan dimana ruang Yoon Jae dirawat pada salah satu suster dan suster itu pun mengantarkan Taehyung.

Taehyung merasakan keringat dingin membasahi pelipisnya ketika dia melihat dari kaca jendela memperlihatkan istrinya yang sedang terbaring lemah dengan alat bantu pernapasan di sekitarnya.

Ada kelegaan di dalam hati Taehyung ketika mengetahui fakta bahwa Yoon Jae masih hidup.

"Pasien masih belum bisa dikunjungi. Anda baru bisa mengunjunginya setelah dokter mengizinkan." Ujar suster yang menemani Taehyung.

Taehyung mengangguk pasrah.

"Dia koma." Ujar suster itu.

Taehyung tercekat dengan ucapan suster tersebut. "Pendarahannya sangat luar biasa. Para dokter juga sudah pasrah dengannya, tapi mereka masih mengeluarkan seluruh tenaganya, untung ada seseorang yang mau mendonorkan darahnya pada gadis itu." Cerita suster itu.

"Mendonorkan darah?" Taehyung tak tahu siapa orang itu.

"Kalau tidak salah namanya Jeon Jungkook. Sekarang dia sedang beristirahat di ruangan nomor 413."

Setelah mendengar hal itu, Taehyung langsung berterimakasih pada suster tersebut lalu pergi ke kamar yang dimaksud.

Taehyung mengetuk pintu tiga kali lalu masuk ke dalam. Ternyata Jungkook sedang terbaring di sana. Pasti dia butuh istirahat setelah mendonorkan darahnya.

Jungkook membuka matanya ketika melihat Taehyung datang.

"Hyung?" Jungkook dengan refleks mengatakan hal itu ketika melihat wajah Taehyung.

"Yoon Jae koma," lirih Taehyung pelan.

"MWO?" Jungkook kaget.

Taehyung duduk di sebuah sofa yang ada di ujung ruangan. "Terimakasih karena sudah menyumbangkan darahmu pada Yoon Jae. Kalau kau tidak ada mungkin nyawa Yoon Jae tak bisa diselamatkan."

Jungkook tersenyum mendengar hal itu. "Aku menyayanginya." Katanya.

Taehyung membelalakkan matanya.

Jungkook baru sadar kalau dia baru saja salah bicara. "Ma—maksudku dia adalah orang yang penting dalam hidupku. Dia sudah seperti teman dekatku, kau tahu,"

Taehyung menghela napas. Sebenarnya dia kurang suka dengan sikap pencemburu yang muncul dari dalam dirinya. Apa yang dia pikirkan? Jungkook adalah orang yang baik.

"Yoon Jae itu sangat menyayangimu. Kau tahu, dia selalu menceritakan dirimu ketika sedang mengobrol bersamaku." Cerita Jungkook.

Taehyung merasa nyeri melanda dadanya. Dia takut kalau dia tak bisa bersama gadis itu lagi.

"Dia bilang kau adalah orang yang paling tampan di dunia karena kau selalu ada untuknya." Sebenarnya Jungkook ingin sekali menceritakan hal-hal seperti ini kepada Taehyung.

"Aku harap kalian bisa selamanya bersama." Ujar Jungkook pada akhirnya.

Taehyung tersenyum. Sekarang dia baru tahu kenapa Yoon Jae bersyukur mendapatkan teman seperti Jungkook.

"Gomawo, Jeon Jungkook,"

PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang