Taehyung sedang menyiapkan makan malam untuk dirinya dan Yoon Jae. Sementara Yoon Jae hanya duduk menunggu di meja makan. Mungkin Taehyung masih marah padanya. Makanya dari tadi Taehyung hanya mengucapkan sepatah dua kata padanya.
"Ini." Taehyung menaruh semangkok bibimbap di hadapan Yoon Jae dan semangkok di hadapannya.
Setelah melepas celemeknya, Taehyung duduk dengan tenang di kursi lalu melahap makanannya dalam diam.
Yoon Jae mencoba untuk menikmati makanannya walau sebenarnya mulutnya sangat gatal ingin mengajak Taehyung berbicara. Dia tidak bisa terlalu lama diam-diaman dengan Taehyung.
"Mianhe." Ujar Yoon Jae dengan sangat pelan. Yoon Jae ragu apakah Taehyung mendengarnya atau tidak karena tidak ada jawaban yang diberikan oleh Taehyung.
Lelaki itu hanya meneguk air putihnya lalu melanjutkan kegiatan makannya.
Yoon Jae menghela napas.
Sebenarnya Taehyung mendengar ucapan maaf Yoon Jae. Hanya saja dia tidak tahu harus menjawab apa. Otaknya masih mengisyaratkan bahwa dia harus mendiami Yoon Jae sampai perempuan itu mau menceritakan apa masalahnya. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya Taehyung sangat ingin memaafkan gadis itu.
Sayangnya untuk saat ini Taehyung lebih mendengar apa yang otaknya serukan padanya.
"Jangan lupa lusa ada study tour ke Gyeongju. Aku harap kau tidak membuat masalah selama study tour nanti." Ujar Taehyung dingin.
Taehyung sendiri pun bingung kenapa dia bisa berucap dengan nada sedingin itu pada Yoon Jae.
"Nde," jawab Yoon Jae. Niatan Yoon Jae untuk mengajak Taehyung bicara seketika pudar sewaktu mendengar nada dingin Taehyung.
Hal itu seakan menyiratkan kalau Taehyung sedang tidak ingin berbicara dengannya.
***
Yoon Jae jadi ragu untuk masuk ke dalam kamar. Sekarang sudah jam setengah sebelas malam. Sepertinya Taehyung sudah tidur.
Dengan tangan yang berkeringat, Yoon Jae memutar knop pintu kamar. Ternyata Taehyung belum tidur. Dia masih berkutat dengan laptop di pangkuannya. Sepertinya ada pekerjaan yang belum terselesaikan.
Yoon Jae meneguk salivanya. Dia rasa akan canggung jika malam ini dirinya tidur dengan Taehyung, mengingat sekarang situasi mereka sedang bertengkar.
Sebaiknya Yoon Jae tidur di sofa ruang belajarnya saja. Yoon Jae ingin menutup kembali pintu kamar itu, tapi suara Taehyung membuat tangannya berhenti.
"Tidak masuk?" tanya Taehyung.
Yoon Jae menggeleng. "Tidak. Aku mau ke ruang belajar."
Yoon Jae menutup pintu kamar.
Kakinya melangkah untuk masuk ke dalam ruang belajarnya. Udara malam terasa dingin. Penghangat di ruangan ini tidak menyala dengan baik. Yoon Jae mencari-cari sesuatu yang kira-kira bisa dia jadikan sebagai selimut.
"Mungkin ini bisa." Gumamnya ketika melihat jaket kulit berwarna cokelat milik Taehyung. Yoon Jae menghirup jaket itu, membayangkan wajah Taehyung yang sedang tersenyum di hadapannya.
Rasanya Yoon Jae ingin menangis. Sekarang adalah masa sulit yang harus dia lewati untuk mempertahankan Taehyung.
Yoon Jae membaringkan tubuhnya di sofa dan menyelimuti tubuhnya dengan jaket itu. Matanya memejam berusaha untuk tertidur.
***
00.12 A.M.
sudah jam segini tapi Taehyung belum juga terlelap. Dia sengaja bergadang untuk menunggu Yoon Jae masuk ke dalam kamar. Katanya tadi gadis itu ke ruang belajar. Taehyung pikir Yoon Jae akan mengerjakan tugasnya. Tapi sampai sekarang Yoon Jae masih belum masuk ke kamar.
Taehyung merutuki gengsinya yang terlalu tinggi. Dari tadi dia ingin ke ruang belajar untuk melihat Yoon Jae. Tapi sepertinya otaknya masih bekerja terlalu keras untuk memberitahu Taehyung bahwa dia tidak perlu melihat Yoon Jae.
Taehyung pernah bilang pada Yoon Jae bahwa dia tidak akan tidur sebelum ada gadis itu di sampingnya. Taehyung sudah terbiasa tidur di samping Yoon Jae. Jadi ketika gadis itu tidak ada di sampingnya, Taehyung jadi merasa janggal.
"Aish," Taehyung mengacak rambutnya.
Dengan segala akal sehat yang sudah terkubur jauh di dalam tanah, Taehyung bangkit dari tempat tidurnya untuk melihat Yoon Jae yang berada di ruang belajar.
Pintunya dikunci ketika Taehyung ingin membukanya. Tapi Taehyung mempunyai kunci cadangan yang selalu dia letakkan di bawah karpet. Yoon Jae tidak tahu ada kunci cadangan di bawah karpet. Dengan kunci cadangan itu Taehyung bisa membuka pintu ruang belajar Yoon Jae.
Hatinya terasa ditekan oleh batu ketika melihat Yoon Jae yang terbaring di sofa. Dengan langkah perlahan Taehyung menghampiri Yoon Jae dan berjongkok untuk melihat wajah Yoon Jae.
"Pabo, aku menunggumu dari tadi, kenapa kau malah tidur di sini?" ujar Taehyung tanpa suara. Dia menyentuh pipi Yoon Jae yang terasa dingin.
Tangannya bergerak untuk memperbaiki jaket miliknya yang Yoon Jae jadikan sebagai selimut.
"Lain kali jangan tidur di sini. Tidur di sampingku saja, biar aku bisa terlelap dengan nyenyak."
TBC
Hai, semoga kalian tetap menikmati cerita ini yaa. Semoga kalian juga selalu support aku dengan cara vote dan comment.Karena belakangan ini aku merasa kesulitan untuk nulis. Entah kenapa otak aku lagi buntu banget buat ngetik, apalagi ditambah kegiatan lain yang buat fokusku hilang.
Di saat kayak gitu aku butuh semangat dan support kalian supaya aku bisa nge-push diriku untuk nulis lagi.
LOVE YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAGMA[√]
أدب الهواةMenikah dengan Kim Taehyung adalah impian banyak wanita, tak terkecuali Lee Yoon Jae. Dia sangat senang ketika mendengar bahwa Taehyung akan dijodohkan dengannya. Tapi apa jadinya jika pernikahan yang Yoon Jae pikir romantis, ternyata tidak seindah...