59 - rindu

152 21 1
                                    

1 tahun kemudian...

Akhirnya semua berjalan lancar bagi Yoon Jae. Orang-orang yang berada di dapur ini terasa lebih menyenangkan dibanding saat pertama kali Yoon Jae memperkenalkan diri pada mereka.

Tak terasa sudah setahun Yoon Jae tak bertatap muka secara langsung dengan Taehyung. Yoon Jae ingin pulang ke Korea. Tapi Jimin belum bisa memberinya cuti karena mereka pasti akan kekurangan chef. Jadi Yoon Jae hanya bisa pasrah akan keadaan dan mencoba untuk lebih bersabar menghadapi jarak seperti ini.

"Hooaaamm..." Yoon Jae terbangun dari tidurnya. Ketika dia melihat tanggal, dia langsung mebelalakkan matanya. 14 April. Hari pernikahannya dengan Taehyung.

Yoon Jae langsung mencari-cari hpnya untuk menghubungi Taehyung. Dia ingin berbicara dengan pria itu. Kalau dipikir-pikir sudah seminggu lebih Yoon Jae tidak menelepon Taehyung. Dia sangat merindukan suaranya.

Taehyung tidak mengangkat teleponnya. Yoon Jae pikir dia masih tidur. Mengingat sekarang masih jam 5 pagi.

Yoon Jae memilih untuk memasak di dapur. Ketika dia memotong sayur-sayuran, Yoon Jae teringat dengan wajah Taehyung yang akan marah jika tahu Yoon Jae memegang benda tajam. Selama di Jepang tak jarang Taehyung menanyakan apakah Yoon Jae terluka atau tidak.

Untungnya sampai sekarang Yoon Jae masih baik-baik saja dengan penyakit hemofilianya. Asalkan dia berhati-hati, maka semuanya akan baik-baik saja.

***

01.00 p.m, Tokyo, Jepang.

Yoon Jae cemberut. Ini sudah kali ketujuhnya menelepon Taehyung semenjak pagi tadi. Tapi nomor telepon Taehyung belum juga aktif. Sebenarnya Yoon Jae sudah menyiapkan kue dan lilin di meja. Dia ingin video call dengan Taehyung agar mereka bisa meniup lilin bersama-sama. Namun Taehyung tak bisa dihubungi.

Yoon Jae meletakkan hpnya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya dibalik kedua tangannya.

Sekarang dia harus bersiap-siap. Satu jam lagi dia harus pergi ke restoran Jimin. Dia mendapat tugas untuk memasak dari jam 2 siang sampai jam 9 malam.

Jadi lah sekarang Yoon Jae bangkit berdiri dengan langkah gontai untuk bersiap-siap pergi ke restorannya.

Dddrrrttt... dddrrrttt...

Yoon Jae berlari ketika mendengar getaran dari hpnya. Ketika dia melihat layar hpnya, dia sedikit kecewa karena itu bukan telepon dari Taehyung, melainkan telepon dari Jungkook.

Yoon Jae baru ingat kalau tadi dia memesan pizza medium karena sekarang dia ingin makan pizza tapi malas untuk membuatnya.

"Kau sudah sampai?" tanya Yoon Jae ketika dia sudah mengangkat teleponnya.

"Aku di depan apartemenmu."

Yoon Jae berjalan dengan menyeret kaki untuk membukakan pintu bagi Jungkook. Yoon Jae memanyunkan sedikit bibirnya ketika melihat lelaki itu. "Memangnya tidak ada pengantar lain selain dirimu?" sindir Yoon Jae.

Jungkook menyentil kening Yoon Jae. "Akulah yang bertugas mengantar pizza kemana-mana, pabo!"

"Aish," Yoon Jae memukul lengan Jungkook dengan keras karena sentilan Jungkook terasa sedikit menyakitkan baginya.

"Hei, mana suamimu yang kau bilang orang paling tampan di dunia itu? Apa dia sudah sampai di sini? Aku ingin bertemu dengannya." Ujar Jungkook.

Yoon Jae mengernyitkan keningnya bingung. "Apa yang kau bicarakan?"

"Kau tak tahu? Ah, sepertinya aku salah orang. Tapi tadi ada orang yang benar-benar mirip dengannya. Tapi kulihat warna rambutnya pirang sekali. Ku kira dia artis atau semacamnya." Jungkook menggumam sendiri.

Entah kenapa tiba-tiba jantung Yoon Jae berdetak sangat cepat. Apa mungkin Taehyung di sini?

"Tapi sepertinya aku salah orang. Taehyung kan warna rambutnya tidak pirang. Kau juga bilang padaku kalau Taehyung tak terlalu memperhatikan penampilannya. Mana mungkin dia sampai mau mewarnai rambutnya seperti itu." Komentar Jungkook.

Tubuh Yoon Jae jadi lemas kembali. Benar apa yang Jungkook katakan. Tak mungkin Taehyung mewarnai rambutnya jadi pirang. Untuk memilih baju di mall saja Taehyung selalu menutup mata dan mengatakan kalau baju yang dipilihnya adalah yang terbaik.

Yoon Jae menundukkan wajahnya. Jungkook jadi merasa bersalah karena sudah mengatakan hal yang tak pasti.

"Mianhe, Yoon Jae-ssi. Harusnya aku tak bilang padamu kalau aku bertemu dengan seseorang yang mirip Taehyung. Kau pasti sangat merindukannya." Jungkook merasa bersalah.

Yoon Jae menggeleng. Jungkook sama sekali tidak salah. "Hari ini hari anniversary kami. Mungkin aku agak menjadi sensitif karena Taehyung tidak dapat dihubungi. Kau benar, aku sangat merindukannya. Sudah setahun aku tak bertemu dengannya." Yoon Jae merasa ingin menceritakan semuanya pada Jungkook.

Jungkook terdiam sejenak. Membiarkan Yoon Jae yang sepertinya akan menangis.

"Kau gadis yanga baik." Jungkook menepuk-nepuk pundak Yoon Jae yang sudah bergetar. Hanya berselang beberapa detik tiba-tiba Yoon Jae pecah dengan tangisannya.

Jungkook hanya bisa bersabar menghadapi gadis yang sedang menangis sambil menghisap ingus di hadapannya ini.

TBC

Halo, semoga kalian gak bosan ya dengan ceritanya. Belakangan ini banyak banget yang harus diurus, jadinya gak punya waktu buat lanjut nulis.

Oh iya, aku pengen minta bantuan kalian buat share cerita ini ke teman-teman kalian supaya mereka juga ikut baca.

Makasih ya yang selalu kasih semangat buat aku, kalian tuh baiiiiiik banget.

PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang