58 - LDR

149 23 1
                                    

Jimin memberikan waktu pada Yoon Jae untuk belajar selama seminggu di dapurnya, barulah setelah itu Yoon Jae akan diberi kepercayaan untuk membuat makanan pelanggan.

Dan hari ini telah genap seminggu Yoon Jae beradaptasi di dapur Jimin. Jadi dia sudah diberi kepercayaan untuk memasak. Yang masih membuat Yoon Jae tidak nyaman adalah tatapan para chef di sini masih saja terasa tidak bersahabat. Yoon Jae sudah memutuskan untuk menunjukkan apa yang dia bisa kepada mereka.

Restoran mulai dibuka. Para pelanggan mulai berdatangan. Saatnya Yoon Jae memasak makanan untuk mereka.

"Satu Nakji Bokkeum," ujar seorang pramusaji sambil menempelkan kertas pesanan.

Yoon Jae bersiap di tempatnya untuk membuat makanan. Dia mulai memotong bahan-bahannya dan memasak dengan ulet.

Yoon Jae tak menyangkal fakta bahwa sekarang dirinya tengah diamati oleh mereka. Seperti tatapan menilai tentang bagaimana cara Yoon Jae memasak.

Tapi gadis itu tak terlalu mempedulikan lagi tatapan mereka. Dia hanya fokus saja memasak. Setelah setengah jam berlalu akhirnya masakan Yoon Jae telah siap. Dia menaruh makanannya di meja agar pramusaji mengambilnya.

"Kerja bagus, Yoon Jae." Ujar Jimin yang ternyata melihat Yoon Jae memasak dari 15 menit yang lalu. Yoon Jae tak menyadari itu.

Yoon Jae tersenyum atas pujian Jimin.

"Aku permisi dulu ya," Yoon Jae pergi ke toilet untuk buang air kecil. Setelah itu dia akan kembali memasak. Pada saat Yoon Jae masuk di salah satu bilik kamar mandi, dia mendengar orang-orang menyebut namanya dengan bahasa Jepang.

"Memang apa bagusnya dia? Nakji bokkeum-nya sama sekali tidak menarik. Kalau hanya begitu aku juga bisa melakukan jauh lebih baik darinya." Suara seorang wanita terdengar jelas dari luar.

"Tenang saja, dia itu hanya chef sogokan. Mungkin dia sudah menyogok Jimin dengan uang yang banyak agar bisa jadi chef di sini." Balas temannya yang lain.

Yoon Jae mengepalkan tangannya. Mereka pikir Yoon Jae tak mengerti bahasa Jepang apa? Setiap kata yang mereka keluarkan Yoon Jae tahu apa artinya.

Dengan sedikit kasar, Yoon Jae membuka pintu toilet sehingga kedua wanita itu terkejut melihat Yoon Jae.

"Aku tak pernah menyogok Jimin dengan uang. Apa kalian pikir dengan keberhasilan Jimin sekarang dia masih membutuhkan uang sogokan dariku? Dan satu lagi, aku dipilih di sini karena Jimin bilang skill memasakku bagus. Jadi kuharap kalian tidak lagi menggosipiku yang tidak-tidak." Wajah Yoon Jae sudah menjadi merah api karena menahan marah.

"Apa perlu aku laporkan sikap kalian kepada Jimin? Secara tidak langsung tadi kalian sudah merendahkan dia." Ancam Yoon Jae dengan seringainya.

Dua wanita Jepang itu langsung menggeleng dengan cepat. "Jangan beritahu Jimin tentang ini."

"Kalau begitu berhenti menggosipiku."

Dengan langkah yang dihentak, Yoon Jae keluar dari toilet meninggalkan kedua wanita itu.

Dia pergi ke taman belakang dari restoran ini. Sepertinya tempat ini akan menjadi tempat favoritnya untuk menenangkan diri.

Dia segera menelepon Taehyung. Rasa ingin kembali ke Korea kembali muncul dalam benak Yoon Jae. Betapa dia merindukan lelaki itu.

Yoon Jae menatap ponselnya. Taehyung tak menjawab teleponnya. Yoon Jae berusaha untuk kembali menelepon Taehyung. Setelah menunggu beberapa detik, nomor Taehyung tidak dapat dihubungi.

Yoon Jae menghela napas. Dia harus mengerti. Bukan hanya dirinya saja yang sibuk di sini, tapi Taehyung juga. Bahkan Yoon Jae yakin lelaki itu jauh lebih sibuk ketimbang dirinya.

Yoon Jae memasukkan hpnya ke dalam saku celana dan kembali ke dapur.

Mungkin sekarang Yoon Jae harus belajar mandiri. Setelah dipikir-pikir dia belum pernah merasakan hidup sendiri. Dia selalu bersama kedua orangtuanya lalu langsung bersama Taehyung. Yoon Jae berusaha untuk menghibur dirinya. Sekarang adalah waktu yang tepat bagi Yoon Jae untuk hidup mandiri.

Tanpa Taehyung.

***

Sekarang sudah jam 7 malam dan Yoon Jae sudah tiba di apartemennya. Dia merogoh hpnya lagi untuk memeriksa pesan yang tadi Yoon Jae kirimkan pada Taehyung.

Yoon Jae: Tae, kau sedang sibuk ya? Kenapa tidak menjawab teleponku?

Yoon Jae: Aku merindukanmu :'(

Yoon Jae: Telepon aku jika kau tidak sibuk.

Yoon Jae meletakkan hpnya di atas kasur lalu menenggelamkan wajahnya di balik bantal. Kalau saja doraemon mau meminjamkan pintu kemana saja untuk Yoon Jae, pasti sudah dia gunakan dari dahulu untuk menemui Taehyung.

Tapi tentu saja itu hanyalah khayalan yang tidak akan terjadi. Pada kenyataannya Yoon Jae hanya bisa tertidur sambil memeluk guling, membayangkan wajah Taehyung yang sedang tersenyum sambil mengelus rambutnya agar Yoon Jae bisa tidur dengan tenang.

***

Taehyung memasuki apartemennya dengan langkah yang terseret karena sangat kelelahan setelah bekerja seharian. Banyak sekali yang harus dikejar saat meeting di kantor tadi. Belum lagi Taehyung yang harus mengurusi beberapa karyawannya yang ketahuan korupsi. Hal itu membuat kepalanya seakan ingin pecah.

Dia membaringkan tubuhnya di kasur yang terasa dingin ini. Biasanya di saat Taehyung stress akibat tekanan kantor, selalu ada Yoon Jae yang berada di sampingnya, mengelus rambutnya sambil berkata 'kau bekerja dengan baik'.

Taehyung tersenyum mengingat hal itu. Seharian ini dia belum ada memegang hp karena terlalu sibuk. Taehyung jadi khawatir kalau Yoon Jae sudah mengirimnya banyak pesan dan meneleponnya beberapa kali.

Jadi sekarang dia meraih hp yang tadinya tertinggal di atas kasur itu untuk melihat notifikasi dari Yoon Jae.

Benar saja, gadis itu sudah mengirimnya pesan. Taehyung mendial nomor Yoon Jae. Tapi setelah menunggu beberapa detik, telepon itu tidak diangkat. Taehyung mencoba untuk kedua kalinya tapi hasilnya Yoon Jae tetap tak mengangkatnya.

Padahal sekarang Taehyung ingin sekali mendengar suara Yoon Jae. Ketika Taehyung melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, Taehyung jadi mengerti kenapa Yoon Jae tak mengangkat teleponnya.

Taehyung beranjak untuk melihat jadwalnya selama satu tahun ini. Ternyata benar-benar padat. Taehyung jadi lebih sibuk dibandingkan saat menjadi dosen. Kali ini dia sangat fokus dalam mengurusi kantor. Jadinya dia banyak menghabiskan waktunya di sana.

Taehyung mengacak rambutnya pelan. Ternyata selama satu tahun kedepan dia tidak punya waktu kosong untuk dapat mengunjungi Yoon Jae di Jepang. Itu artinya dia tidak bisa melihat secara langsung wajah Yoon Jae selama setahun.

Taehyung kembali ke kasurnya dan mematikan lampu untuk bisa beristirahat dari kepenatannya hari ini. Sebenarnya sekarang Taehyung merasa stress. Dia merasa tertekan karena tidak ada Yoon Jae di sampingnya. Sepertinya dia sudah bergantung dengan wantia itu.

Taehyung menghadapkan badannya ke samping, ke sisi kasur yang kosong. Dia menepuk-nepuk sisi kasur tersebut, membayangkan seorang Yoon Jae yang sedang tertidur dengan pulasnya.

"Selamat malam, sayang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang