25 - impian

315 30 4
                                    

Yoon Jae POV

Malam itu aku terus memikirkan tentang ucapan Taehyung yang berkata bahwa aku harus mengejar apa yang aku suka. Ketika memikirkan perkataannya, aku langsung memikirkan satu hal:

Memasak.

Aku sangat suka memasak. Aku suka ketika makananku dicicipi orang dan mereka akan merasa senang ketika memakan masakanku.

Aku sadar aku sudah menjadi pengecut yang waktu itu takut mengambil jurusan memasak saat akan memasuki kuliah. Aku merasa aku tidak akan sukses hanya dengan memasak. Tapi aku juga menyadari bahwa jurusan ekonomi yang aku ambil pun tidak akan membuatku bahagia karena aku payah dalam bidang itu.

Aku jadi iri pada Taehyung yang dapat melakukan apa yang dia sukai. Aku ingin sepertinya. Aku ingin melakukan apa yang aku suka sehingga aku dapat berguna bagi orang lain.

"Sedang apa?" suara Taehyung terdengar saat pintu kamar dibuka olehnya. Aku yang sedang berbaring menatap langit-langit kamar pun hanya menjawab "tidak ada" sambil tersenyum padanya.

Lalu dia ikut berbaring di sampingku.

Apa yang dia lakukan? Aku jadi salah tingkah ketika dia berbaring sambil terus menatapku. Apa aku harus keluar dari kamar dan menunggunya sampai tidur baru aku kembali? Ya, aku harus melakukan itu.

"Taehyung-ssi, aku keluar dulu," ujarku. Saat aku hendak bergerak, tangannya menahan lenganku. Lalu dia membuat badanku kembali terbaring, kali ini menghadap dirinya.

Dengan piyama bermotif kotak-kotak cokelat seperti itu, kalau boleh aku katakan Taehyung sangat tampan.

Suamiku itu memiliki visual sempurna.

Lalu entah apa yang dia pikirkan, tangannya menarik wajahku medekat sehingga kening kami bersentuhan.

Matanya menatapku tajam. Deru napasnya terdengar teratur dan terasa hangat ketika menerpa wajahku.

"Kau sangat cantik." Pujinya.

Oh, ya ampun, ini yang selalu membuatku tidak fokus seharian. Ucapan dan tindakannya berhasil membuat duniaku menjadi kacau hanya karena memikirkannya.

Lalu tangannya meraih punggungku. Kali ini bukan hanya wajah kami yang berdekatan tapi juga tubuh kami. Tangannya mengusap punggungku teratur.

Aku jadi deg-degan. Bisa saja Taehyung melakukan hal yang lebih dari ini. Aku jadi menelan saliva ku sendiri.

"Jangan takut, aku tidak akan macam-macam." Ujar Taehyung tersenyum. "Aku ingat kau ini masih sekolah."

Aku jadi malu Taehyung berujar seperti itu. Dia diam sejenak, memperhatikan wajahku sambil terus tersenyum.

"Entah kenapa aku jadi semakin menyukaimu." Taehyung mengusap pipiku dengan hangat. Perlahan dia mencium keningku, lalu mencium kedua pipiku, dan berakhir dengan mencium bibirku.

Semua ciumannya terasa manis. Aku suka.

"Apa kau sekarang merasa bahagia?" tanya Taehyung.

Awalnya aku agak bingung. Bahagia yang bagaimana yang Taehyung maksud. Melihat aku tidak menjawab pertanyaannya, bibirnya kembali bergerak untuk bersatu dengan bibirku.

"Apa kau bahagia hidup bersama denganku?" tanyanya saat dia melepas ciumannya.

Aku memberanikan diri untuk balas memeluknya. "Iya, aku bahagia."

Aku jadi teringat dengan impian yang tadi aku pikirkan. Aku ingin menjadi seorang chef. Aku pikir aku akan semakin bahagia jika berhasil meraih hal itu.

"Taehyung-ssi, bagaimana menurutmu kalau aku menjadi chef?" tanyaku pada Taehyung. Aku ingin dengar pendapatnya.

Tiba-tiba air muka Taehyung berubah. Yang tadinya Taehyung tersenyum sekarang berbuah menjadi datar. Aku jadi bingung melihat perubahan ekspresinya.

Tanpa aba-aba Taehyung langsung memelukku erat. Menenggelamkan wajahku di dadanya yang bidang. Bisa kudengar suara jantungnya berdetak kencang.

"Aku takut kau terluka." Lirihnya. Terdengar sekali nada khawatir disana.

Ternyata dia mengkhawatirkan penyakit hemofiliaku.

Aku menarik tubuhku dari pelukannya dan menatapnya dalam-dalam.

"Taehyung-ssi ... apa kau tahu aku sangat menyukai memasak?" aku mulai berucap. Dia mendengarkan dengan baik.

"Belakangan ini aku selalu memikirkanmu ketika aku memasak. Aku sangat senang melihat kau menikmati masakanku. Rasanya aku ini telah berhasil membuat orang lain bahagia." Tanganku merapikan rambut-rambutnya yang terlihat berantakan.

"Berkat dirimu, sekarang aku percaya bahwa mengejar impian itu harus mau berkorban. Untuk membuat orang lain bahagia kita juga harus rela terluka." Aku lihat tatapannya berubah menjadi sendu.

"Aku ingin kau mengizinkan aku untuk melakukan apa yang aku suka." Sambungku.

Taehyung kembali memelukku. Kali ini lebih erat dari sebelumnya.

"Tidurlah," katanya lalu tidak mengatakan apa pun lagi.

Tbc

Hai guys, aku pengen nanya, kenapa sih kalian suka BTS? Komen dong di sini. Pengen tau.

Kalau aku suka BTS karena mereka itu asik, talented, dan keren.

Nb: ini updatenya jam 00.00 teng lhoo...😁

PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang