51 - melepas mimpi

185 24 3
                                    

Hari ini Yoon Jae pergi ke Kampus diantar Taehyung menggunakan mobil. Taehyung bilang dia juga akan membereskan barang-barangnya yang ada di Kampus.

Saat mereka berpisah di koridor, Yoon Jae bertemu dengan Dae Ri yang terlihat sedang menyantap rotinya sambil jalan.

"Annyeonghaseo, Ssaem." Yoon Jae membungkukkan badannya pada Dae Ri.

"Aigoo, kau sudah bisa tersenyum saat ini?" Dae Ri mencubit pipi Yoon Jae. Dae Ri memang orang yang paling bisa Yoon Jae ajak bicara.

"Yoon, kau tahu tidak, kalau Mirae berencana pindah kampus?" Dae Ri membuka topik pembicaraan. Yoon Jae seketika membulatkan matanya.

"Setelah kejadian malam kemarin pihak kampus langsung memberi peringatan pada Mirae. Entah bagaimana secepat kilat orangtua Mirae langsung tahu. Apalagi ayahnya Mirae itu calon pejabat, jadi akan sulit bagi Ayahnya untuk menang jika berita Mirae tersebar." Cerita Dae Ri.

"Jadi, orangtua Mirae menyuruhnya untuk mengundurkan diri terlebih dahulu daripada harus dikeluarkan." Dae Ri menutup ceritanya.

Yoon Jae geleng-geleng kepala mendengar cerita Dae Ri. Sejujurnya dia lumayan lega mendengar hal itu. Artinya Yoon Jae tidak usah khawatir lagi kepada orang yang akan mengganggunya.

"Tapi, bagaimana dengan Hyun Seo? Kemarin malam dia menghilang begitu saja. Dimana dia sekarang?" tanya Yoon Jae.

Dae Ri menaikkan bahunya pertanda bahwa dia tidak tahu. "Dia pasti sudah jera dengan kelakuannya sendiri."

Yoon Jae akhirnya bisa bernapas lega. Dia berharap kehidupan kampusnya berangsur-angsur akan kembali seperti semula lagi. Tidak ada tatapan sinis atau omongan-omongan yang tidak enak di dengar.

"Oh iya, apa kau mau tahu satu kejadian yang menakjubkan?" Dae Ri berbicara dengan volume yang dikecilkan.

"Apa itu?" tentu saja Yoon Jae penasaran.

Dae Ri meminta Yoon Jae untuk mendekat sehingga Dae Ri bisa berbisik di telinga Yoon Jae.

"Taehyung menciummu sewaktu kau pingsan." Bisik Dae Ri.

Cepat-cepat Yoon Jae menjauhkan jaraknya dengan Dae Ri karena kaget. Tentu saja itu artinya Taehyung melakukannya di depan umum.

"Ssaem, aku tahu itu bukan ciuman, itu napas buatan." Yoon Jae berusaha untuk mengelak.

"Kau tahu berapa kali Taehyung melakukannya?" Dae Ri menyenggol bahu Yoon Jae dengan sikunya. Sepertinya menggoda mahasiswi yang satu ini adalah hal yang menarik baginya.

"Tujuh kali." Dae Ri mengatakan itu dengan sangat kencang.

"Ssaem." Yoon Jae benar-benar malu. Tapi yang ada Dae Ri tertawa lepas dan berlari meninggalkan Yoon Jae yang pipinya sudah memerah seperti tomat. Yoon Jae ingin mengejar Dae Ri tapi sayang, dosennya itu sudah menhilang di belokan koridor yang ramai.

Ting!

Hp Yoon Jae berbunyi. Sebuah pesan masuk muncul di layarnya. Pesan itu dari Jimin.

Jimin: Bisa kita bertemu jam 2 siang nanti di kafe biasa?

Segera Yoon Jae membalasnya.

Yoon Jae: Baiklah.

"Yoon Jae-ya," seseorang memanggil namanya.

Ternyata Taehyung yang memanggilnya. Lelaki itu tampak menenteng sebuah kardus yang berisi barang-barangnya.

"Kau sudah selesai bersih-bersih?" tanya Yoon Jae.

Taehyung tersenyum. "Sudah. Sekarang aku akan pulang. Jam berapa kelasmu selesai? Aku akan menjemputmu."

"Tidak usah, aku ada janji bersama Ji—" perkataan Yoon Jae terhenti. Apa yang akan Taehyung katakan jika Yoon Jae bilang akan bertemu dengan Jimin.

"Kau ingin bertemu dengan Jimin?" Sayangnya kekasihnya itu adalah orang yang peka.

Yoon Jae jadi gelisah. Apa yang harus dia lakukan?

Terdengar Taehyung menghela napas sejenak. "Pergilah, pasti ada yang ingin kau bicarakan kan?"

Yoon Jae menatap Taehyung sebentar, kemudian dia menunduk. "Gomawo," Yoon Jae berucap dengan suara yang amat kecil.

"Taehyung-ssi!" Dae Ri memanggil Taehyung dari jarak 10 meter jauhnya. "Kemarin malam kau mencium Yoon Jae sebanyak tujuh kali kan? Hahaha ... aku melihat wajahmu kemarin, aigooo, aku kira aku sedang menonton drama korea secara live." Ledek Dae Ri.

Suaranya yang keras tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka mendengar.

Hal itu membuat Taehyung dan Yoon Jae sama-sama malu.

"Kwon, lebih baik kau pergi dari sana!" Teriak Taehyung.

"Astaga, kau sudah berani mengusirku, hah? Arraseo, aku akan pergi sekarang, jadi kalian bisa pergi dan menikmati waktu berdua kalian." Dae Ri kembali berlari pergi meninggalkan mereka.

Seketika hening menyelimuti mereka. Ingatkan Taehyung untuk menjitak kepala Dae Ri saat bertemu dengan gadis itu nanti.

"Yoon Jae, kau harus tahu, i—itu bukan ciuman, tapi—tapi pernapasan buatan seperti yang ...yang itu," Taehyung berbicara gagap. Seketika dia merasa harus belajar berbicara kembali.

"Iya, aku tahu maksudmu." Yoon Jae tak berani menatap wajah Taehyung karena sekarang pipinya sudah memerah.

Kemudian hening kembali menyelimuti mereka. Ini adalah situasi yang sangat canggung.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya. Jaga dirimu baik-baik." Taehyung melangkahkan kakinya pergi dengan cepat.

Jantung Yoon Jae berdetak dengan kencang. Untungnya Taehyung segera pergi. Kalau tidak dia akan terkena serangan jantung mendadak.

Yoon Jae memandangi punggung tegap Taehyung yang terlihat dari belakang. Setelah dipikir-pikir, Taehyung rela melepas karir dosennya untuk menjaga dirinya. Jadi seharusnya sekarang Yoon Jae harus merelakan mimpinya juga demi bersama Taehyung.

Bisakah dia melakukannya?

TBC

Haiiii...

Aku mau kasih pengumuman kalau aku baru buat kumpulan BTS ONESHOOT.

Aku udah pos 3 bab, bakalan random udpate karena itu cuma satu chapter doang.

Bagi kalian yang lagi malas baca cerita yang panjang-panjang, kalian WAJIB mampir ke work ku yang itu.

Hehehe....

Makasih semuanya.

PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang