20 - tak terbiasa

341 30 0
                                    

Sekarang Yoon Jae sedang menyiapkan kopi untukku. Dia ini tipe orang yang tidak ingin menyusahkan orang lain. Aku sudah berulang kali mengatakan tidak perlu repot-repot memasak lagi, karena aku takut dia terluka, tapi dia tetap kekeh pada pendiriannya.

"Apa kau sebegitu sukanya dengan memasak?" tanyaku padanya yang sedang mengaduk kopi.

Dia menatapku sebentar lalu menjawab pertanyaanku. "Iya, aku suka sekali memasak. Impianku menjadi koki terkenal."

"Menjadi koki? Tapi kenapa kau tidak ambil jurusan memasak?" tanyaku penasaran.

"Waktu itu aku agak ragu mengambil jurusan memasak, jadi aku ambil jurusan yang Ayah pilihkan untukku." Katanya.

"Ini kopinya." Yoon Jae menyodorkan kopi itu padaku. Tapi pada saat aku hendak menerimanya gelasnya jatuh. Kopi panas itu mengenai ujung celanaku.

"Omo, mi-mianhe, aku benar-benar tidak sengaja." Yoon Jae membungkukkan badannya meminta maaf. Dia tampak sangat menyesal dengan perbuatannya. Bahkan kulihat dia meremas tangannya sendiri karena gelisah.

Yoon Jae segera mengambil tisu lalu duduk dengan bertumpu lutut untuk mengelap ujung celanaku yang terkena kopi.

"Maaf, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal telah mengotori bajumu." Ujarnya sambil terus mengelap celanaku. Dia menunduk, tidak berani melihat wajahku.

Sebegitu takutkah dia padaku? Apakah aku membuatnya tidak nyaman?

Aku ikut duduk di hadapannya dan memberhentikan dirinya yang terus mengelap sisa kopi itu.

"Tidak apa. Jangan meminta maaf padaku. Kenapa terlalu takut denganku?" aku mengangkat perlahan wajahnya yang tertunduk. Aku kaget saat melihat mata Yoon Jae yang sudah berkaca-kaca.

"Yoon Jae-ya, kenapa kau menangis?" tanyaku bingung. Aku menghapus air matanya dengan ibu jariku.

"Aku selalu ceroboh dan merepotkanmu kan? Maafkan aku, aku tidak bisa menjadi pendamping hidup yang baik." Pipinya kembali tergenang air mata.

Apa yang dia pikirkan sampai menangis seperti ini?

Merepotkan? Justru aku yang merasa selalu merepotkanmu. Kau berusaha untuk mengerti aku, tapi aku tidak mengerti dirimu.

Aku membawa Yoon Jae ke dalam pelukanku. Aku ingin menenangkannya. Aku tidak ingin melihatnya menangis.

"Jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting. Kau sama sekali tidak merepotkan, Yoon Jae." Aku mengelus punggungnya untuk memberikan rasa nyaman pada Yoon Jae.

"Maafkan aku yang terlalu egois selama ini." Bisikku.

***

Sekarang sudah jam 10 malam. Aku sudah siap untuk tidur, tapi sampai sekarang Yoon Jae belum juga masuk ke kamar. Aku ingin menunggunya masuk, baru aku akan tidur.

Entah perasaanku saja atau tidak, aku pikir Yoon Jae selalu menungguku tidur duluan, lalu kemudian dia akan menyusul tidur.

Aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar agar bisa melihat apa yang sedang Yoon Jae lakukan. Ternyata dia sedang berdiam diri di sofa ruang tamu.

"Belum tidur?" tanyaku yang mengambil tempat untuk duduk di sampingnya.

Dia menggeleng.

Kami terdiam beberapa saat, sehingga hening menyelimuti kami. Aku melihat Yoon Jae yang melirik ke sembarang arah dengan tatapan canggung. Sepertinya dia masih belum terbiasa ada aku di sampingnya.

"Besok aku ingin mengajakmu menonton film di bioskop." Kataku langsung.

Dia merespon dengan kaget dan bingung.

Aku merutuki mulutku sendiri yang mengeluarkan perkataan itu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Aku tidak tahu apa yang ada di isi otakku sehingga berani mengatakan hal itu.

Tapi karena aku sudah mengajaknya, sekalian saja aku lanjutkan perbincangan ini.

"Aku ingin lebih dekat denganmu, Yoon Jae. Tidak salah kan, kalau aku ingin dekat dengan istriku sendiri?"

Gila. Aku menyadari diriku yang gila. Aku bisa melihat wajah Yoon Jae yang memerah karena malu.

Dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku jadi tidak tahu bagaimana harus bersikap.

"Ayo kita tidur, ini sudah malam." Kalimat itulah yang akhirnya aku suarakan. Dan lagi-lagi, aku merutuki mulutku yang berbicara ambigu.

Aku melihat wajah Yoon Jae yang sudah memerah sampai ke telinga. Pasti dia berpikir aku ini laki-laki tukang gombal.

"A--aku duluan," Yoon Jae berdiri dan berjalan dengan cepat masuk ke kamar.

Aku mengacak rambutku. Tadi itu canggung sekali.

Tapi pada saat aku memegang dadaku, aku merasakan ada dentuman berirama disana.

Deg... deg... deg....

TBC

Cieeee yang mulai falling in love💕💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cieeee yang mulai falling in love💕💕

PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang