47 - Mirae

224 25 4
                                    

"Itulah yang ingin kutunjukkan pada Yoon Jae. Bahwa aku mencintainya, aku ingin melindunginya dan membuatnya berada di sisiku selamanya. Dan kau tidak akan bisa menghalangi itu." Taehyung sama sekali tidak ragu-ragu dalam mengeluarkan kalimatnya.

"Kalau begitu akan kubuat kau dipecat dari pekerjaanmu!" bentak Hyun Seo dengan suara yang bergetar karena menahan tangisannya.

Taehyung menghela napas sabar. "Sepertinya kau belum juga sadar atas tindakanmu itu." Taehyung menjeda kalimatnya. "Terserah apa katamu. Aku tidak takut kalau kau memecatku, yang penting Yoon Jae tetap di sisiku."

Taehyung sudah muak dengan semuanya. "Untuk terakhir kalinya aku bilang padamu bahwa aku sama sekali tidak tertarik padamu."

Setelah mengatakan itu Taehyung pergi menuju kamar Namjoon, meninggalkan Hyun Seo yang menangis sesegukan.

***

Acara makan malam bersama sudah dilaksanakan dari 3 jam yang lalu. Semuanya mulai mengambil makanan dan minuman yang telah disediakan. Terlihat wajah senang karena mereka menikmati acara ini. Tapi tidak untuk Yoon Jae. Dia terlihat menyendiri di gazebo sambil memandang langit malam.

Di saat seperti ini dia ingin sekali pulang ke rumah orangtuanya. Ibu adalah orang terbaik yang paling mengerti perasaaan Yoon Jae. Dia merindukan wanita itu. Rasanya Yoon Jae ingin memeluk ibunya sekarang.

"Tidak bergabung bersama yang lain?" tiba-tiba Kwon Dae Ri sudah duduk di samping Yoon Jae.

Yoon Jae menggeleng sebagai jawaban. Mereka terdiam sejenak, menikmati indahnya langit malam yang dipenuhi oleh bintang-bintang.

"Terkadang dunia ini terasa tidak adil. Ketika kita menjadi korban, kita seakan dibuat menjadi tersangka yang paling kejam. Bukankah begitu?" kata Dae Ri sambil menatap wajah murung Yoon Jae.

Yoon Jae mengangguk. "Rasanya aku ingin menghilang dari dunia ini. Tapi aku tahu aku akan menyesal mengambil keputusan itu. Jadi aku harus bertahan dengan semua yang dunia berikan padaku."

"Kau benar."

"Eonni," panggil Yoon Jae. Dae Ri menatap Yoon Jae. Tiba-tiba Yoon Jae memeluk Dae Ri. Wanita itu membalas pelukan Yoon Jae dengan hangat.

"Terima kasih karena telah menemaniku, Eonni." Kata Yoon Jae.

"Sama-sama, Yoon." Dae Ri mengelus puncak kepala Yoon Jae. Rasanya Dae Ri seperti memiliki adik sendiri.

Setelah melepas pelukannya mereka melihat orang-orang sudah mulai membereskan makanan mereka. Sepertinya acara sudah selesai.

"Aku bantu beres-beres dulu. Apa kau akan tetap di sini?" Dae Ri bangkit dari duduknya.

Yoon Jae mengangguk. "Aku akan tetap di sini. Aku ingin melihat langit malam lebih lama lagi."

***

Orang-orang sudah kembali ke dalam hotel. Sekarang sudah jam 9.25 malam. Sudah waktunya mereka untuk beristirahat.

Tadi Yoon Jae sudah diajak masuk oleh Dae Ri dan dosen lainnya, tapi dia menolak. Dia hanya ingin lebih lama di sini. Tapi yang ada dia malah tertidur dengan posisi duduk di gazebo yang terlihat gelap.

Mirae yang kebetulan lewat dari depan gazebo tersebut berhenti di depan Yoon Jae. Niat awalnya adalah untuk mengambil gelangnya yang terjatuh di sekitar kolam berenang. Tapi sepertinya niatan itu sudah berubah mejadi niat lain.

"Dia terlihat menyedihkan walau sedang tidur." Gumam Mirae.

Dia tersenyum miring. Di dalam otaknya sudah tersusun sebuah rencana yang semua orang tahu itu adalah rencana busuk, tanpa Mirae perlu mengatakannya.

Dengan kasar Mirae mendorong bahu Yoon Jae sehingga gadis itu terkejut dan langsung terbangun.

"Hai, Yoon Jae. Kenapa tidur sendirian di sini? Diasingkan, ya?"

Malam ini Yoon Jae kembali melihat sebuah seringai yang sangat dia benci dari seorang Mirae.

PRAGMA[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang