Nethanada➡09

5.9K 235 0
                                    


Nethan celingak-celinguk ditempatnya, mencari sesuatu yang pernah dia curi dari Jesica--adiknya. Dia membuka laci lemarinya, bibirnya tersungging ketika mendapatkan apa yang dia cari.

Sebungkus pembalut natesh yang sengaja dia curi. Bukan untung dipakai selayaknya yang dipakai wanita-wanita. Tetapi pesiapan kalau perbannya sudah habis.

"bang, dipanggil mama papa, katanya mau makan mal--" ucapan Jesica terhenti karena melihat sesuatu yang ganjal dikaki Nethan. Kemudian, "abangg natesh gue kenapa ada sama lo?!!!!"

Nethan menyengir ditempanya, "gue cuma pinjam."

Jesica menghentakkan kakinya, pertanda kesal. Kemudian berjalan menghampiri Nethan dengan niat ingin menerkam abangnya itu. Nethan yang sudah tau rencana Jesica segera berlari keluar dari kamarnya. Nethan berlari menuruni tangga dengan suara yang tak enak didengar.

Bruk

Brak

Serta teriakan Jesica ketika kesal karena merasa dipermainkan oleh kakaknya sendiri.

Kekacauan itu terdengar sampai diruang makan, membuat Max--papa Nethan menatap Linda dengan alis kanan yang terangkat. Seakan ingin meminta penjelasan. Max memang baru kembali dari surabaya setelah mengurus urusan kantor.

"Jangan tanya ke aku, itu juga anak kamu. Nggak lupa kan kamu waktu dulu juga kayak gitu. Selalu bikin ulah."

"Jangan ungkit masa lalu dong ma,"

"Iya, jadi jangan heran kalau si Nethan kelakuannya kayak gitu. nurun dari kamu"

Nethan lari terbirit-birit menghampiri kedua orang tuanya. "Kalian berdua kenapa lagi?" Tanya Linda pada Nethan yang sudah duduk.

"Abang bisa nggak sih berlagak kayak manusia?" Jesica datang sambil menggobrak meja makan.

"Hei, ini dimeja makan." Linda memperingatkan. Dia beralih menatap Nethan seakan meminta penjelasan. Dengan terpaksa Nethan menghela nafas, "aku pinjem itu nya dia."

"Itu apa?"

"Net,..apa sih namanya." Nethan bingung, "natesh." Ucapnya kemudian setelah susah payah memikirkan nama barang itu.

"kamu apain?, itu buat cewek, Nethan."

"Emang itu apaan ma?" Kini Max bertanya.

"Itu dipakai kalau lagi datang bulan." Ucapan Linda membuat Max menatap Nethan tak menyangka, "kamu datang bulan?"

Nethan menghembuskan nafasnya, memang selama ini mereka menganggapnya laki-laki atau perempuan sih.

"Ya enggak mi," ujar Nethan kemudian dia memukul kepala Jesica dengan sendok, "dia aja yang pelit."

Jesica meringis, "sakit ih!, nggak tau diri." Cibirnya.

Nethan kemudian mendengus, "dipake dikaki doang buat perban"

"Tuh kan mi, ya kali otak abang ditaruh dipantat."

"Ya udah woles, ntar gue ganti."

Kali ini Nethan dijitak oleh Linda, "kamu itu jangan peak ya, lain kali kalo mau lakuin sesuatu dipikir dulu."

Nethan mengusap-ngusap kepalanya yang sakit, sementara Jesica dan Max tertawa renyah melihat Nethan yang menderita.

***

Si kampret : mbreng

Si kampret : besok temenin gue ke mall

Si kampret : bukan permintaan tapi perintah

Si kampret : okay?

Nada mengerjapkan matanya beberapa kali. Memangnya Nada siapanya dia sehingga berani memerintah Nada seperti itu. Majikan?. shit! tidak ada dalam kamus Nada.

Me : gue nggak mau.nggak pake,

Si kampret : di mau in mbreng

Me : mbreng apaan

Si kampret : nenek gombreng

Si kampret : gue nggak peduli yang pasti besok ikut gue!

Me : in your dream!

Belum lama setelah mengirim balasan pesan pada Nethan, kini handphone nya berbunyi pertanda ada telepon masuk. Nada mendengus ketika melihat kontak Nethan terpampang dilayar handphone nya. Dia segera mematikan panggilan itu dan melempar handphonenya ke kasur. Peduli amat dengan cowok itu. Nggak di sekolah, nggak dirumah, selalu mengganggu dan merusak mood Nada.

Nada menatap ke arah dinding, dia berkacak pinggang sambil membayangkan wajah Nethan yang..ganteng..eh ralat, sedikit ganteng.

"Lo tuh kenapa sih selalu ganggu hidup gue?!, gue kesel, benci, banget, banget sama lo tau nggak!" Nada berganti menaruh kedua tangannya didepan dada, "atau lo suka sama gue?, ngaku lo!"

Upsss! Nada menutup mulutnya, lalu menampar pipi kanan dan kiri. Mikir apa sih Nad.

"ya Tuhan maafkan hamba jika berbuat kesalahan, tetapi jangan biarkan kakak semata wayang hamba menj--"

"Lo ngapain disitu?" Ketus Nada ketika melihat Dafri yang sedang bermohon kepada Yang Maha Kuasa didepan pintu kamarnya.

Dafri mengubah posisinya dari berlutut ke posisi semula. "Gue tuh kasian sama lo, makanya gue doain lo biar nggak gila gitu."

Emosi Nada memuncak, tentu saja siapa yang tidak emosi jika dikatakan seperti itu. Nada mengambil sepatu sekolahnya dan melemparnya ke arah Dafri, "ihh ngeselin banget, sana lo, jangan balik-balik ke gue!" Dafri segera melarikan diri tidak ingin mendapat memar akibat dilempar dengan sepatu sekolah.

Nada mengusap keringat yang jatuh dipelipisnya, peristiwa tadi cukup menguras tenaga. tak lama kemudian hanphonenya berbunyi, Nada segera merebahkan dirinya ke kasur dan melihat siapa yang sedang meneleponnya saat ini. Dia memutar kedua matanya dengan malas ketika melihat tulisan 'si kampret' muncul dilayar hanphonenya.

Nada menerima panggilan telepon itu, "GUE NGGAK MAU!"

tleeettt.

Nada kembali melempar handphonenya dengan sembarang. Dasar Nethan kampret!

***

Minggu, 29 juli 2018

Nethanada (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang