#50.(8).S2

25 8 0
                                    

"Yosh. Semoga malam ini lancar." Levi sibuk merapikan dasi yang dia pakai. Dia tampak elegan dengan setelan jasnya di selingi tindik hitam di telinganya.

Kemudian dia mengambil ponsel dan menelpon Miya.

Hallo Miya. Apa kau sudah disana?

Iya, aku dan mama sudah di perjalanan. Kalau sudah sampai aku akan menelponmu balik.

Tut.

Levi berjalan keluar kamar dan mendapati papanya yang sudah siap sedia.

"Ayo pergi pa. Nggak usah bawa pengawal" ucap Levi di sertai anggukan papanya.

Mereka pun pergi ke March resto. Tempat elite dimana hanya konglomerat yang bisa menginjakkan kaki di sana.

Sesampainya di sana, Levi menelpon Miya tanpa sepengetahuan papanya.

Hey Miya. Aku sudah sampai. Aku akan menuju meja mu ya.

Iya Onii-chan.

Levi berjalan diikuti papanya dari belakang.

Levi memandangi tempat itu sejenak dan merasakan sesuatu yang hilang.

(Tempat ini... Ternyata sama sekali tidak berubah.... Cih.. Kenapa aku tidak bisa melupakan saat aku dan dia kemari... Haah...) Tanpa sadar air mata Levi menetes. Dan kebetulan sekali papanya melihat hal itu.

"Levi-kun!! Kamu kenapa?!" tanya nya dengan sedikit panik.

"Ah,papa.. Aku cuma.. Mataku kemasukan debu. Jadi mataku agak perih." kata Levi dengan menyeka air matanya.

"Kemasukan debu??!! Masa sih?! Coba papa liat." saking paniknya Tenma mencoba mengecek mata Levi di tengah keramaian resto.

"Apaan sih pa?!!!. Malu maluin aja!!!." karena papanya mulai sok perhatian, Levi berusaha mempercepat langkahnya.

(Hm... Tidak biasanya Levi-kun keluar air mata gini... Aneh sekali.. Sebenarnya dia itu kenapa ya.) Tenma membatin.

---

Langit malam nan mendung menghiasi alun-alun kota di provinsi Riau. Saat itu Lena sedang melaksanakan tugas pelayanan masyarakat yaitu menyapu pendopo alun-alun. Tiba-tiba Yura datang sambil membawa air mineral.

"Lena. Ayo minum dulu." Yura menyodorkan air minum pada Lena.

Yura penasaran kenapa wajah Lena terlihat masam. Karena bukan hari itu saja tetapi setiap hari Yura mengamati Lena yang selalu begitu. Memang sejak menginjakkan kaki di asrama rehab, Lena berubah jadi pribadi yang pemurung namun sangat penurut.

"Lena. Bentar lagi-"

"Aku akan pulang?!" serobot Lena dengan wajah memastikan.

Yura memandang Lena dengan sedih dan simpati, kemudian dia mengelus rambut Lena.

"Tidak. Bukan itu. Kakak cuma ingin mengingatkanmu kalau bagianmu sudah selesai. Kamu harus kembali ke asrama." kata Yura dengan ragu.

"Iya." jawab Lena singkat dan dingin.

"Ayo. Kakak akan mengantar kamu sampai kamar." Yura menuntun Lena dan kembali ke asrama.

Sesampainya di kamar , Yura menyuruh Lena bebersih diri dan lagi-lagi Lena hanya mengangguk dan menjawab singkat.

Saat sudah selesai, Yura menghampiri Lena yang duduk di meja belajar yang sengaja di sediakan Yura dan mulai membaca buku fisika.

HEART STRING [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang