Setelah upacara selesai, maka semua murid dibubarkan dan menuju kelas masing masing. Amira dan Adira selaku anggota PMR baru saja sampai ke kelas setelah mengembalikan tandu ke UKS, beruntung hari ini tidak ada yang pingsan.
Dari luar kelas terdengar ribut, teman temannya masih sibuk melepas rindu setelah libur panjang. Di mejanya sudah terdapat dua temannya yang lain yaitu Putri dan Syabila sedang menatap ponsel masing masing.
"Sibuk banget kayaknya," kata Amira, lalu duduk di kursinya yang berada disamping Adira.
Syabila menoleh lalu meletakkan ponselnya di meja. "Ya ampun... kalian, gue kangen tau. Tadi pagi gak ketemu," ucap cewek itu sambil merentangkan tangannya tanda ingin dipeluk.
"Sama gue juga." Putri ikutan seperti yang Syabila lakukan. Alhasil mereka berpelukan seperti telatubis.
"Gimana kabar lo sama Kak Febby? Udah ada perkembangan?" tanya Syabila
"Gak ada, datar datar aja kayak biasanya. Pas liburan, dia ke Bogor katanya tempat neneknya." Adira menghembuskan napasnya perlahan.
"Sekeluarga?" Putri ikut nimbrung.
"Kayaknya cuma berdua sama kembarannya si Kak Farhan, soalnya gue liat Bokap, Nyokapnya masih bolak balik ke rumah," jelas Adira.
Percakapan mereka terhenti karena seorang guru memakai hijab masuk kedalam kelasnya. Setelah mengambil posisi masing masing, mereka memberikan ucapan selamat pagi kepada guru tersebut.
"Udah ada yang kenal Ibu?" tanya guru tersebut.
"Belum bu!" celetuk murid laki laki dibelakang. Putra.
"Masa sih, kamunya aja kali yang ketinggalan zaman." murid kelas itu tertawa. "Baiklah, Ibu akan perkenalkan diri lagi, supaya kalian tambah ingat jangan kayak si Putra. Nama Ibu Riana Dianti, Ibu sekarang adalah wali kelas kalian selama setahun kedepan. Ada yang ingin ditanyakan?" ucap Bu Rianti.
Warga SMA Starla memang suka menyingkat nama beliau, karena guru yang bernama 'Riana' disini ada dua orang jadi kadang suka keliru kalo ada yang mencari salah satu dari mereka. Dan jalan satu satunya, menyingkat nama salah satu diantaranya.
"Saya Bu." Arifian mengacungkan tangannya "Udah punya pacar belum?."
"Saya udah punya anak satu masih umur dua tahun." sontak semua murid tertawa terbahak bahak.
"Lah si bego," ucap Adira lalu terbahak.
"Sudah, sudah. Berhubung kita kelas baru, kita harus punya perangkat kelas. Siapa yang mau jadi calonnya?"
"Adrian, Bu," celetuk salah satu siswa dari belakang.
"Fajar bu, Fajar." dan alhasil yang lain ikut menimpali
"Arifian bu."
"Putri bu."
"Eh kampret, siapa yang bawa bawa nama gue," ucap Putri tak terima.
"Liam bu, Liam."
"Adira bu, Adira."
"Nama gue juga disebut," kata Adira.
"Putra, tolong kamu tulisin nama teman temanmu yang mau nyalon di kertas selembar, nanti kita voting," ujar bu Riana, membuat sahut sahutan itu berhenti.
Cowok yang bernama Putra itu menuliskan nama teman temannya, lalu memberikan kertas tersebut kepada bu Riana.
***
Istirahat pun tiba, semua murid-murid keluar dari kelas dan berlarian kesana kemari dan tertawa. Adira beserta sahabat nya juga ikut ke kantin. Mereka telah sampai di meja biasa tempat mereka makan, setelah memesan makanan dan minuman masing masing.
"Kampret emang Putra, diem diem tuh anak pengen gue tendang rasanya. Apa apaan pula nama gue di tulis disana, udah tau gue males jadi perangkat kelas. Sekarang malah jadi sekertaris," ucap Adira yang tengah mengaduk aduk minumannya.
"Untung bukan gue yang kepilih," ucap Putri sambil mengelus dadanya.
"Syukurin aja siapa tau ada hikmahnya," sahut Amira, yang sedari tadi sibuk memakan siomay nya.
"EH ITU KAK FEBBY, " ucap Syabila dengan tangan menyenggol Adira.
Adira melotot lalu membekap mulut cewek itu, karena dia menyebutkan nama Febby sedikit kencang. Kan Adira takut kalau semua orang tau.
"Mulut lo bisa pelan dikit gak?" tanya Adira lalu melepaskan bekapannya, sedangkan yang ditanya hanya cengengesan.
Adira pun melihat arah yang ditunjuk Syabila, benar saja disana ada Febby yang lengkap dengan earphone nya beserta teman teman nya Derwin, Farel, dan Brian. Siswi yang berada di kantin sesekali menyapa mereka, sedangkan Adira hanya tersenyum kecil dari kejauhan. Mengingat bagaimana tadi pagi dia ditatap lekat dan tangannya dipegang oleh cowok itu.
Setiap melihat cowok itu, membuat debaran jantung Adira jadi tak menentu, seperti ada letupan letupan hebat disana. Apalagi ditatap seperti tadi pagi.
"Ngapa lo senyam senyum, kesurupan?" tanya Putri, matanya mengikuti arah pandang Adira. "Cinta bikin gila."
"Lo itu seharusnya deketin kak Febby kek, modus modus dikit, apalagi ya kak Febby itu temen akrab Abang lo dan sering main ke rumah kan?" ucap Amira membuka suara.
"Caranya?" tanya Adira polos.
Amira menepuk dahinya, "Ya, kayak minta tolong... apa gitu, pulang bareng kek, atau nanyain soal pelajaran, terserah lo deh."
"Tapi, gue gak bisa." Adira memanyunkan bibirnya. "Gue bukan tipe cewek pemberani."
"Haduh, kalo kayak gini terus gak ada kemajuan yang ada jalan ditempat."
"Gue udah nyaman jadi pengagum rahasianya. Bagaimana kedepannnya gue juga gak tau, udahlah yuk makan dulu kok malah ngebahas dia."
Amira memutar bola matanya jengah. Sifat Adira memang selalu begini, suka sama orang tapi gak berani deketin. Giliran Amira cari solusi hasilnya sama aja.
"Cowok masih banyak Dir, mendingan yang kayak gitu tinggalin deh, cari yang baru," ucap Putri, cewek itu memang tidak setuju jika dirinya dengan Febby.
"Cowok memang banyak, tapi yang kayak dia gak ada. Gak ada yang bisa buat gue bertahan sampe sekarang," ucap Adira matanya menatap lurus cowok yang tengah duduk diantara ketiga sahabatnya itu.
"Sebahagia lo dah, calon bucin. Udah ah dari pada bahas mahluk seperti cowok yang buat kita pusing sendiri, mending bahas yang lain deh."
"Tau nih, dari tadi pada bahasin kak Febby," sahut Syabila
"Ya kan lo yang mulai diluan," ucap Amira sewot.
Adira masih sibuk memperhatikan cowok di seberang sana, mata Febby tiba tiba bertemu dengan mata Adira. Keduanya saling tatap, cewek itu gelagapan dan langsung membuang muka. Saat itu juga pipinya memanas.
Melihat gelagat aneh dari Adira, Syabila pun bertanya "Ngapa lo?"
"Eh? E-enggak kok gak pa-pa." Syabila mengangguk lalu kembali memakan pesanannya.
Kantin yang hening tiba tiba menjadi ramai, karena Farhan—kembaran Febby datang bersama kedua temannya dari kelas Xl Ips3. Farhan dengan Febby mempunyai sifat yang bertolak belakang.
Kalau Farhan dia suka buat onar dan cocok jadi penghidup suasana. Seperti yang dilakukannya sekarang adalah memberi soal tebak tebakan kepada murid yang ada dikantin dan yang benar akan ditraktir, terkadang juga dia suka manggung bersama kawan kawannya di kantin. Farhan itu mudah berbaur.
Seketika kantin ramai karena sahut menyahut, untuk memberikan jawaban yang benar dari soal teka teki yang cowok itu buat. Sedangkan di tempatnya Febby nampak tak peduli, cowok itu malah asik makan sambil mendengarkan lagu lewat earphone.
"Cowok lo Mir, Kak Farhan," goda Adira, sedangkan yang digoda hanya tersenyum malu malu.
TBC
Jangan lupa Vote dan comment ya, biar gak siders
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Senior [Complete]
Teen Fiction[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia bukan tipe cewek yang caper jika ketemu kakak kelas, dia lebih memilih diam dan memendam rasa. Disaa...