"Feb, jadi bener kata murid SMA ini lo udah jadian sama adek kelas yang lo tolongin pas persami dua hari yang lalu?" tanya Derwin yang baru saja menarik kursi dan duduk di samping Febby yang masih asik menulis catatan di papan tulis.
Lalu diikuti Brian dan Farel yang baru saja masuk ke kelas dan duduk di meja yang ada di depannya. Saat jam kosong begini mereka bertiga biasanya keliling koridor kelas X untuk sekadar menyapa lebih tepatnya modusin adik adik kelas.
Tak ada jawaban dari Febby, cowok itu hanya diam sambil terus menulis. Tidak menyangkal dan tidak juga mengiakan, membuat ketiga temannya gemas sendiri ingin menampolnya.
"Kalo lo diem berarti kita anggap iya," sahut Farel
"Dapet info dari mana?" tanya Febby, lalu menyusun kembali alat alat tulisnya.
"Udah rame kali, yang ngomongin kalo lo sama Adira itu jadian. Lo kayak gak tau SMA Starla aja, ada berita dikit cepet banget dah nyebarnya," ucap Derwin, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi.
"Tapi, kok lo gak pernah cerita sama kita kalo lo mau nembak adek kelas itu. Kalo kita tau kan gak mungkin mau nyangka lo homo," ucap Brian lalu terkekeh, seketika mendapatkan jitakan langsung dari Febby.
"Emang gue harus beri pengumuman dulu sama kalian, kalo gue mau nembak cewek?" Febby menanya balik.
"Ya itu harus! Soalnya lo aneh gak ada angin gak ada hujan tiba tiba nembak cewek. Kan auranya jadi serem," ucapan Brian mendapat persetujuan oleh Derwin dan Farel.
"Yang mau gue tanya sekarang, lo beneran suka sama tuh adek kelas?" tanya Farel.
"Enggak," jawab Febby membuat ketiga temannya memasang raut bingung.
"Ini maksudnya apa sih kok gue bingung," celetuk Derwin sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.
Brian yang ikut gemas, kini menegakkan punggungnya menghadap Febby, lalu menimpali ucapan Derwin. "Kalo ngomong itu yang jelas dikit kenapa sih Feb, gak rugi amat suara lo keluar lebih banyak dari biasanya." mendengar itu Febby mendengkus kasar.
Brian dan Derwin memang suka sekali menggoda lebih tepatnya mengolok olok Febby–teman yang menurut mereka datar seperti papan triplek itu. Sedangkan Farel, dia adalah manusia ternormal diantara mereka berempat.
"Kemarin itu gue gak sengaja denger ucapan Kanta si biang onar," ucap Febby membuka suara.
"Eh, itu cewek yang ditolongin sama Febby kan?" tanya Yogi salah satu teman Kanta, saat Adira menyanyikan lagu malam itu.
"Pacarnya atau gebetan ini?" Ghani temannya yang lain ikut menimpali
"Mungkin gebetannya," sahut Kanta santai.
"Gue punya ide, bakalan seru nih," kata Yogi, membuat Kanta dan Ghani menatapnya. "Gimana kalo lo," cowok itu menunjuk Kanta "Jadiin dia pacar, lo buat dia baper. Gak perlu lama lama lah dua minggu aja abis itu putusin deh." Kanta dan kedua temannya itu tertawa. Mereka tak sadar bahwa dari tadi Febby sedang mendengar percakapan mereka.
"Wow, boleh juga ide lo," ucap Kanta. Mendengar itu Febby langsung menghampiri ketiga orang tersebut.
"Gue gak setuju," ucapan Febby mampu membuat Kanta dan kawan kawannya menoleh.
"Eh ada tamu, lo nguping ya ternyata," ejek Kanta
"Jangan jadiin Adira mainan kalian!"
"Jadi namanya Adira? Bagus juga," puji Kanta dengan nada mengejek "Emang urusannya apa sama lo? Lo siapanya Dia? Pacar? Bukan kan."
Febby yang mendengar hal itu pun merasa geram, "Iya gue pacarnya." ucapan itu terlontar begitu saja dari mulutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Senior [Complete]
Fiksi Remaja[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia bukan tipe cewek yang caper jika ketemu kakak kelas, dia lebih memilih diam dan memendam rasa. Disaa...