Pagi ini seperti biasa Adira berjalan dari gerbang menuju kelas dan melewati koridor koridor kelas. Tapi, ada yang aneh hari ini. Setiap adik kelas, kakak kelas bahkan teman seangkatan nya yang dia lalui mereka tampak berbisik sambil memperhatikan dirinya.
Apakah ada yang salah dengan dirinya? Adira pun segera menuju toilet sekolah dan memperhatikan tubuhnya di depan cermin. Nihil, tak ada yang salah dengan penampilan nya hari ini. Setelah nya Cewek itu segera keluar dari toilet dan berjalan menuju kelas tanpa menghiraukan beberapa murid yang masih memperhatikannnya.
Sesampainya di kelas, reaksi yang diberikan teman temannya pun sama saja, memperhatikan Adira seperti itu.
Disaat Adira ingin meletakkan tas nya dia berpapasan dengan Eky sang bendahara kelas dan yang membuatnya tersentak adalah saat cewek itu bilang. "Gak nyangka gue sama lo Dir, ini cara lo biar menang voting suara ternyata."
Ha? Maksudnya gimana? Perasaan dia tidak melakukan apa apa. Dengan rasa bingung cewek itu pun duduk di kursi nya sambil merenung, mencoba mengingat ingat kesalahan apa yang dia buat kemarin.
"Kalo menang bakal teraktir satu sekolah. Cihh yang bener aja," ucap Dea dengan nada mengejek.
"Tau nih, mentang mentang orang kaya, gak usah hambur hambur uang kali demi biar bisa tampil di acara prom night," sahut Nica yang berada di pojok kelas.
"Gak nyangka gue, temen sekelas kita ada yang begitu." kali ini Rio yang selama ini anak pendiam di kelas ikut berbicara.
Adira yang masih dilanda rasa bingung pun akhirnya bertanya. "Maksudnya apa ya? Kayak nya kalian nyindir gue."
"Emang, udah deh ya gak usah sok pura pura gak tau," ucap Nica.
"Iya, gue tau kompetisi ini berarti buat lo. Tapi ya gak dengan cara menyogok satu persatu murid SMA ini dong," sahut Eky.
"Yang tadinya kita simpatik dan berniat bakal dukung lo malah berputar arah," ucap Deri yang dari tadi berdiri di dekat pintu kelas.
Adira yang merasa di pojokkan tanpa tau masalah sebenarnya pun merasa ingin menangis. Dia butuh sahabat sahabatnya sekarang juga. Dia ingin bertanya kepada mereka apa sebenarnya yang terjadi.
Disaat kebingungan yang melanda dirinya, seseorang pun datang untuk membelanya pertama kali. "Woi kalian jangan main hakim sendiri dong tanpa tau hal yang sebenarnya," ucap Arifian, cowok itu sudah berada di depan papan tulis diikuti kedua temannya dan ketiga sahabat Adira.
"Hal sebenarnya apa lagi? Udah jelas jelas di surat ini ada nama dianya" ucap Dea sambil menunjuk Adira.
"Gila ya kalian udah dua tahun lebih kita sekelas, udah kayak keluarga sendiri, udah paham sama sifat dan watak masing masing. Tapi ada masalah kayak gini bukannya ngedukung untuk cari kebenarannya malah memojokkan," ucap Putri yang udah kepalang emosi.
"Gue yakin nih ya, ini ada yang mengatas namakan Adira. Kalian tau sendiri kan hari harian nya Adira, dia gak pernah berbuat curang dengan hal apapun," ucap Amira. Lalu ketiga sahabatnya itu berjalan mendekati Adira dan merangkul cewek itu.
"Kita kan gak ada yang tau, seseorang itu akan berubah kapan. Sekarang yang kita perlu itu bukti bahwa Adira gak bersalah, bukan cuman omongan aja" ucap Eky dan disetujui yang lain.
"Oke kita akan ngasih bukti sama kalian sebelum hari pemilihan tiba," putus Adrian. Cowok itu menyuruh ketiga sahabatnya Adira untuk membawa cewek itu ke UKS terlebih dahulu.
Amira beserta Syabila dan Putri setuju atas usul Adrian, mereka bertiga pun membawa Adira ke UKS, agar Adira beristirahat dulu dan tidak mendengarkan ucapan ucapan dari mereka. Amira yakin pasti Adira syok, pagi pagi sudah dapet tuduhan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Senior [Complete]
Teen Fiction[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia bukan tipe cewek yang caper jika ketemu kakak kelas, dia lebih memilih diam dan memendam rasa. Disaa...