Adira membuka matanya perlahan, yang dilihatnya sekarang adalah ruangan berwarna putih dengan bau khas obat obatan.
"Gue dimana?," tanyanya, ketika sudah tersadar.
"Lo di UKS, tadi lo pingsan," ucap Arif yang duduk disamping bankarnya. "Lo udah gak pa-pa? Apa masih pusing atau-"
"Masih sedikit pusing," ucap Adira memegangi kepalanya.
"Mau minum?," tawar Arif, sambil menyerahkan segelas air hangat.
"Enggak, makasih."
"Amira, tolong lo kasih minyak angin. Gue mau ke kantin beli makanan untuk Adira," ujar Arif, Amira yang berdiri diujung bankar langsung meminta minyak angin kepada petugas UKS.
Adira menarik tangan Arif yang hendak beranjak "Eh-gak usah gue juga gak laper."
"Gue gak terima penolakan." Arif berjalan keluar UKS, teman temannya masih berada diluar.
"Adira udah sadar, kalian bisa kembali ke kelas," ucap Arif, mereka menghela napas lalu beranjak dari UKS beruntung hari ini guru guru tidak ada yang melihat mereka di UKS.
Di dalam UKS, Amira duduk di kursi yang diduduki Arif tadi. Dia segera mengoleskan minyak angin ke kening Adira. Syabila dan Putri mereka duduk di kursi dekat pintu UKS.
"Masih pusing?," tanya Amira
"Sedikit. Nanti juga ilang," jawabnya
"Maaf ya kita benar benar lupa kalo lo paling anti sama lari. Saat itu pikiran kita gak sampe sana," lirih Amira, Adira yang melihatnya langsung meraih tangan Amira.
"Iya Dir kita berdua juga minta maaf," sahut Syabila. "Sumpah, gue panik banget."
"Kalian gak salah, gak usah minta maaf. Gue yang salah karena terus memaksakan lari," ucap Adira lalu tersenyum.
"Eh, gue perhatiin dari tadi Arif khawatir banget sama lo," ucap Putri yang masih duduk di dekat pintu.
"Iya. Dia yang bawa lo ke UKS, nanyain dokter Lia gimana kondisi lo, terus itu nungguin lo sampe sadar dan sekarang dia malah sibuk ke kantin beli makanan untuk lo," ucap Syabila "Apa jangan jangan Arif suka sama lo?." mendengar pertanyaan Putri, Adira tersedak salivanya sendiri.
"Hust! Kalian itu, Adira masih sakit udah berisik aja," ucap Amira lalu memberikan Adira segelas air putih.
Mendengar ucapan kedua temannya membuat Adira tertegun, kalau dipikir pikir sikap Arif akhir akhir ini agak beda sih, dari tatapannya aja udah beda. Tapi Adira tak mau ambil pusing toh dari kelas 10 dia dan Arif kalau sedang jam kosong sering main gitar berdua kadang anak lain suka ikut gabung gabung dan berakhir nyanyi bareng bareng termasuk Adrian dan Putra.
Karena ketiga sahabatnya itu sibuk selfi selfi daripada manyun mendingan gabung mengisi hobi. Karena Arif dan dia sama sama mempunyai hobi bermain gitar. Kadang juga mereka selalu perhatian tanpa melibatkan perasaan.
Tak ada hal apapun yang janggal menurut Adira. Sekarang dia, Amira, Putri, Syabila, Adrian, Arif dan Putra sering ngumpul bareng dan kekantin bareng.
Tidak lama dari itu, Arif kembali membawa plastik berisikan bubur ayam dan sebotol air mineral. Amira yang mengerti keadaan langsung mundur dan membiarkan cowok itu untuk duduk kembali disana.
"Biar gue aja, gue bisa," ucap Adira menahan tangan Arif yang hendak membantunya.
"Plis jangan nolak gue untuk kali ini, lo masih sakit Dir." Arif masih kekeh, mau tak mau membuat Adira mengiakan cowok itu. Cowok itu membantu Adira untuk duduk diatas bankar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Senior [Complete]
Roman pour Adolescents[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia bukan tipe cewek yang caper jika ketemu kakak kelas, dia lebih memilih diam dan memendam rasa. Disaa...