Part 4

28.7K 2.1K 35
                                    

Setelah bel pulang berbunyi, Febby langsung menarik tasnya dan memakai hoodie hitamnya. Kemudian cowok itu berjalan menuju parkiran.

Motor sport hitam sudah diduduki seseorang disana, Farhan. Cowok itu masih asik menggoda adik adik kelas yang melewati parkiran atau mengambil motor mereka di pikiran.

"Ngapain?," tanya Febby.

"Ngomong sama gue, lo?." Farhan berbalik nanya.

"Hmm."

"Ya nungguin lo lah Feb, gimana sih. Yakali gue nungguin Bu Dini."

"Motor lo." Febby menggerakkan dagunya ke motor ninja berwarna merah disebelahnya.

"Iya iya gue tau. Lagian gak akan lecet motor kesayangan lo itu." Farhan berdiri dari posisinya lalu berpindah ke motor merah itu.

"Tumben."

"Ha? Maksudnya?."

"Nungguin gue."

"Apasih, gue gak ngerti. Kalo ngomong itu gak usah irit, lagian ngomong itu gratis gak bayar," ucap Farhan sewot "Berasa ngomong sama cewek yang lagi marahan gue."

"Tumben lo nungguin gue," jelas Febby, dia jengah mendengar celotehan Farhan seperti burung beo itu.

"Mau aja, siapa tau dapat pahala kan lumayan." Febby melengos, mengeluarkan motornya dari barisan parkiran lalu menstater motornya dan cowok itu menancap gas keluar dari sekolahan diikuti oleh Farhan.

Febby dan Farhan sampai di rumah berwarna putih. Alis Febby mengeryit, menatap mobil hitam yang terparkir digarasi.

"Papa udah pulang?," tanyanya kepada Farhan.

"Iya, ceramah abis abisan ini. Lagian ngapain sih lo nanya udah tau itu beneran mobil Papa."

"Bukannya lusa Papa pulang."

"Mana gue tau." Farhan mengangkat bahunya acuh "Yang pasti gue males kalo dapet ceramahan lagi. Pusing." cowok itu melenggang masuk dan diikuti Febby.

Baru saja mereka melangkah masuk kedalam rumah, suara pria paruh baya mampu menghentikan langkah kedua cowok itu.

"Febby, Farhan. Papa mau bicara." ucap Anggara yang sudah duduk manis di kursi ruang tamu.

Febby menghela napasnya, sebenarnya dia sama seperti Farhan. Paling malas jika sudah dipanggil begini pasti ujung ujungnya ceramahan panjang.

Dengan langkah berat Febby melangkah sambil menyeret Farhan yang hendak kabur, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Papanya.

"Iya Pa." jawab Febby.

"Gimana sekolah kamu Febby?," ucap Anggara to the point.

"Baik."

"Masih aktif Osis dan basket?." Febby mengangguk "Bagaimana pelajaran kamu, apakah meningkat atau justru turun?."

"Meningkat."

"Bagus, Papa suka itu, pertahankan prestasi kamu. Karena setelah lulus kamu akan Papa kuliahkan di luar negeri dan akan menjadi penerus Papa di perusahaan. Ingat! Papa tidak mau mendengar kamu bermasalah di sekolah apalagi nilai kamu turun. Mengerti?!," tegas Anggara, cowok itu hanya mengangguk menurut.

"Mengerti." Anggara tersenyum lalu menepuk pelan kepala putra sulung nya itu. Ini yang Febby tidak suka, dia selalu dipaksa agar menjadi nomor satu.

"Dan kamu Farhan, Papa harap kamu bisa berubah!. Ikuti langkah Febby, jika kamu bisa, Papa akan kuliahkan kamu bersama Febby di Universitas terkenal di Amerika." muak sebenarnya Febby mendengar ini semua. Dimana dia dan Farhan selalu dikekang agar menjadi yang terbaik.

My Ice Senior [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang