Part 21

21.5K 1.8K 247
                                    

Setelah pembubaran eskul, Adira berjalan menuju gerbang sekolah. Kali ini tujuannya bukan langsung pulang, tetapi dia akan ke fotokopian yang ada di ujung jalan SMA Starla untuk memotokopi kertas yang diberikan Gilang. Mumpung dirinya masih ingat, jika ditunda takutnya akan lupa.

Jika dilihat lihat dari kejauhan sepertinya tempat itu sepi, tidak ada anak SMA Cendana yang nongkrong. Lagian pula ini sudah hampir sore mana mungkin mereka ada disana. Adira terus saja melangkah.

Tempat Fotokopi sudah didekat, tapi disaat dia ingin berbelok ternyata lima orang siswa SMA Cendana masih ada disana tepatnya di warung yang berada di belokan jalan, motor mereka pun diparkir di dekat fotokopian, pantas saja tidak kelihatan. Adira ingin berbalik, tapi sudah kepergok oleh mereka diluan.

Mau tak mau dia harus melanjutkan langkahnya menuju tempat fotokopi tersebut.

Tau gini, gue fotokopiin di rumah aja batin Adira.

Para siswa itu menyadari Adira yang lewat, lalu mereka bersiul bahkan sampai menggoda.

"Anak SMA Starla tuh." ucap cowok berambut cepak yang duduk di pojok warung itu, dan teman temannya yang lain ikut menyahuti.

"Cantik juga, bolehlah gue gebet."

"Mau kemana neng?"

"Mau gak jadi pacar Abang?"

"Jangan mau sama dia, sama gue aja lebih ganteng."

Begitulah kira kira, kata yang mereka lontarkan membuat Adira meneguk salivanya takut. Pura pura tuli dan masa bodoh kini yang terlintas di pikirannya. Tapi ternyata tak sampai disitu.

"Gimana kalo kita jadiin pancingan supaya para siswanya disana pada keluar? Katanya kan jagoan," celetuk salah satu siswa.

Adira terus berjalan tidak mau mengiraukan, hingga dia dihadang tiga orang dari mereka dan dua diantaranya masih duduk dikursi sambil tertawa. Adira sangat takut saat ini, ingin rasanya menangis, tapi dia tak mau terlihat lemah di hadapan mereka.

"Mau apa kalian? Kalo macam macam gue teriak nih!" ancam Adira, tapi bukannya merasa takut mereka malah tertawa. Salah satu dari mereka menarik tangan Adira. Dengan sekuat tenaga cewek itu melepaskan tapi tenganya tak sekuat cowok itu.

"Teriak aja kalo mau. Gak ngaruh juga buat kita," ucap cowok berambut gondrong yang masih duduk di bangku panjang milik warung tersebut sambil menghisap rokok.

Rasa takut, membuat Adira tidak bisa berkata kata. Adira ditarik agar berjalan menuju warung tempat mereka nongkrong, dengan susah payah di memberontak tapi tetap saja tidak bisa.

Sungguh dia pasrah dan berharap seseorang datang menolongnya. Tanpa sadar air matanya menetes. Dia memejamkan matanya, takut.

BUGH...

Terdengar sebuah pukulan, dan tangan yang menariknya tadi perlahan terlepas. Adira membuka matanya, dan dia mendapati Febby yang masih memakai jersey basketnya tengah memukul cowok yang menarik tangannya secara paksa tadi. Sempat terjadi perlawanan diantara keduanya.

"Jangan macam macam lo sama dia," kata Febby sambil menarik Adira kebelakang tubuhnya.

"Wow ini ternyata ketos SMA Starla. Lo siapanya dia? Sok peduli amat," ucap cowok itu meremehkan.

"She is mine" ucap Febby sambil menarik kerah baju cowok itu. Mungkin kalo tidak dalam situasi seperti ini Adira akan tersenyum dan jantungnya akan berdebar debar. Tapi untuk saat ini itu tidak berlaku.

Sebuah pukulan mendarat lagi di perut cowok itu. Tidak hanya Febby yang berada disana tapi Brian, Derwin, dan Farel yang baru pulang eskul juga ada disana, mereka tengah melawan siswa yang lainnya.

Febby meraih tangan Adira menuntunnya agar berdiri disampingnya, lalu cowok itu merangkul pundak cewek yang masih tampak ketakutan itu. Bau mint dari cowok itu menyeruak ke indra penciuman Adira, menenangkan. Rasa takut itu menghilang begitu saja di ikuti rasa aman yang datang.

Melihat Kelima cowok tersebut tampak tak berdaya, Febby menghentikan teman temannya, "Sudah, jangan diterusin lagi," lerai Febby. Lalu mereka berjalan menuju motor yang terpakir dipinggir jalan.

"Yaudah, kalo gitu kita diluan ya?" pamit Farel mewakilkan yang lain.

"Yoi, hati hati." ucap Febby yang dibalas acungan jempol. Motor mereka bertiga sudah melesat jauh.

"Lo gak apa apa?" tanya Febby kepada Adira yang masih disampingnya. Cewek itu hanya membalas dengan gelengan kepala.

Febby menuntun Adira agar duduk di pinggir trotoar, kemudian cowok itu berjalan menuju motornya, membuka tas yang dia letakkan diatas jok, lalu mengambil botol mineral.

Febby menyerahkan botol tersebut kepada Adira. "Minum," ujarnya, tapi Adira hanya memandang botol tersebut tanpa berniat mengambil.

"Belum gue minum kok, airnya tadi cuman buat cuci muka. Gak ada racun juga." Febby membukakan botol tersebut, lalu menyerahkannya lagi kepada Adira.

Cewek itu menerimanya dan langsung meneguk air di botol tersebut. "Makasih kak," ucapnya, dan dibalas gumaman oleh Febby.

Cowok itu ikut duduk disamping Adira. "Lo ngapain jalan sendirian lewat sini, rumah lo kan arah sana," tanya Febby.

"Tadi niatnya, gue mau fotokopi" jelas Adira.

"Seharusnya cari kawan, disini itu tempat nongkrongnya anak SMA Cendana."

"Iya, gue kira tadi gak ada mereka."

"Kalo lo mau fotokopi lagi, gue saranin ajak temen. Sebelum masalah mereka tuntas sama Jio,  gak ada amannya ketemu sama mereka berlima. Untung gue liat lo tadi," ucapnya datar sambil melihat kearah jalanan.

"Makasih kak."

"It's okay." Disaat Febby ingin bangkit dari duduknya, tangan Adira mencegahnya membuat cowok itu terduduk lagi.

Segera Adira membuka tasnya, mengambil sebuah hansaplast lalu dengan perlahan menempelkannya di pelipis cowok itu.

"Thanks," ucap Febby dan Adira hanya mengangguk.

Setelah selesai, Febby kembali bangkit, berjalan menuju motornya, "Pulang bareng gue," ucap cowok itu lalu menyerahkan sebuah jaket kearah Adira.

"Jaket yang waktu itu belum gue balikin."

"Lo simpem aja dulu, kapan kapan gue ambil," ucap cowok itu sambil menghidupkan mesin motornya "Sekarang lo pake aja dulu jaket yang ini."

"Gak usah kak, gue bawa sweter kok," tolak Adira

"Pake aja, bawel."

Apa katanya, bawel? Pipi Adira memanas rasanya. Cewek itu menurut, lalu memakai jaket yang terlihat kebesaran itu ke tubuhnya. Setelahnya dia naik keatas motor cowok itu.

Sepanjang jalan hanya ada suara deruman motor yang berlalu lalang membelah jalanan sore itu. Tak ada percakapan diantara keduanya, hingga motor sport itu terhenti di halaman rumahnya.

Di teras rumahnya ada Faiz yang sedang duduk sambil bermain game online, terlihat dari ponselnya yang dimiringkan. Cowok itu menghentikan game nya lalu berjalan menuju Adira.

"Tumben pulang bareng?" tanya Faiz menatap dua orang itu secara bergantian "Oh, kalian pacaran ya?" ucapnya jahil.

"Apasih bang! Udah ah gue masuk dulu," kata Adira lalu meninggalkan Faiz dan Febby yang masih berdiri disana, mengobrol.

Setelah sampai dikamarnya, Adira langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur. Cewek itu menerawang di langit langit kamarnya, mengingat ucapan Febby tadi 'She is mine' lalu memeluk tubuhnya sendiri yang masih berbalut jaket milik Febby.

"Walaupun kata kata itu bukan ucapan pernyataan perasaan sesungguhnya dari kak Febby, setidaknya karena ucapan itu jiwa halu gue bisa merasakan gimana rasanya diakui seorang yang gue suka." Adira masih tersenyum memikirkannya.

TBC

Part ini ada manis manisnya :v

Jangan lupa vote dan comment, biar gak siders:))

See you, babay

My Ice Senior [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang